" Dimana kotak obatmu?" Taehyung menoleh, menatap Hyerim bertanya pada wanita bersurai coklat itu, dan setelah itu Hyerim berjalan dan mengambil kotak berisi obat dan antiseptik itu yang sebelumnya tersimpan nyaman di nakas dekat lemari kaca. Lantas memberikannya kepada Taehyung.

"Duduklah disini," Taehyung menepuk sisa tempat yang ada untuk Hyerim. Memposisikan tubuhnya untuk menghadap wanita itu dan meraih pergelangan tangan selembut bunga teratai di pagi hari. Membersihkan beberapa luka lecet dan lebam di beberapa bagian. Meninggalkan Hyerim yang menahan nyeri ketika luka itu di beri antiseptik beberapa kali hingga sisa darah yang telah mengering itu hilang. Taehyung lantas memberikan beberapa tetes obat merah itu dan membalutkannya dengan kain kasa.

"Sudah selesai,"ucap Taehyung ketika membalutkan kain putih tipis berserat itu untuk terbalut sempurna di pergelangan tangan Hyerim. Taehyung terkejut bukan main ketika Jaewook melukai tangan Hyerim secara kasar, meninggalkan beberapa luka lecet dan lebam di berbagai bagian seperti halnya di sudut bibir tipis itu. Jaewook benar-benar kakak yang begitu gila yang pernah Taehyung temui.

Sedangkan Hyerim masih memaku, mengatur degupnya sendiri heran ketika pria di depannya ini tanpa ragu membersihkan, mengobati lukanya. Padahal Hyerim dapat melakukannya sendiri namun Taehyung bersikeras untuk mengobatinya. Hyerim beruntung ketika ia pergi dan menemukan dunia baru masih ada orang yang simpati dan peduli padanya di tengah keterpurukan, kekecewaan dan kesedihan yang ia dera bertahun-tahun.

"Terimakasih, aku tidak tahu Tae. Jika kau tidak membantuku di kafé tadi. Mungkin aku sudah babak bel—" belum sempat Hyerim menyelesaikan ucapannya Taehyung telah menutup ranum tipis itu dengan telunjuknya.

"Stt, tidak perlu diteruskan. Bukankah seorang teman harus membantu teman yang lain?" Taehyung memberikan pengertian paling sederhana untuk Hyerim, entahlah sedari tadi Taehyung hanya mengikuti naluri saja.

" Apa kau mau ramyeon? Aku juga memiliki beberapa mangkuk kimchi." Hyerim menawarkannya untuk Taehyung. Hyerim tahu pria itu belum makan karna jika dilihat pakaiannya pria itu bahkan masih memakai pakaian kantornya lengkap yang menandakan mungkin Taehyung juga baru pulang bekerja sama sepertinya. Yang nyatanya dijawab anggukan gamblang pria di depannya.

" Ayo kita buat!" Hyerim terlihat antusias, lalu berjalan menuju dapur di susul Taehyung yang mengikuti di belakang dengan kaos kaki hitam itu. Lalu duduk dan melihat bagaimana punggung Hyerim begitu keren dan telaten memasak ramyeon untuknya. Tanpa ia dasari hatinya menyentak kehangatan, merasa dipedulikan, merasa ini istimewa dan spesial. Padahal baru beberapa jam lalu dirinya mengenal Hyerim namun seperti sudah mengenalnya begitu lama. Hingga pada akhirnya dua mangkuk sedang ramyeon dan juga satu mangkuk kimchi telah tersaji rapi di meja dekat sofa, memilih makan sambil melihat drama.

Taehyung dan Hyerim sama-sama antusiasnya memakan gulungan mie itu dalam diam tanpa banyak bicara sambil melihat adegan dramanya. Terkadang juga sesekali memasukkan helai kimchi itu dan mengeksplorasi rasanya.

"Hye, kenapa sikap kakakmu begitu kasar. Aku tidak menyangka sifatnya seperti itu." Suara Taehyung tiba-tiba mengudara, membuat wanita itu seketika menoleh. Hyerim belum menjawab pertanyaan Taehyung bahkan sumpitnya berhenti untuk mengambil gulungan mie itu.

"Baiklah, jika kau belum siap untuk memberitahukannya padaku" ucap Taehyung ketika tak menemukan jawaban atas apa yang dirinya tanyakan. Mungkin terdengar sensitif. Namun Taehyung juga tidak dapat membiarkan rasa penasarannya lebih lama. Seketika  keadaan menjadi canggung beberapa saat.

"Dia bukan kakak kandungku, dia saudara tiriku," ujar Hyerim lirih sebelum memasukan helaian sawi putih dengan pasta geochang itu ke mulutnya

" Baiklah, aku mengerti." Taehyung telah memakan ramyeon itu dalam beberapa menit saja, dan setelah itu kembali meminum sisa air di gelas dan kembali melihat dramanya.

"Nah kan benar, akhir yang menyedihkan Hye" Taehyung jelas mengubah topik pembicaraan ini, memilih untuk berkomentar sedemikian padahal dirinya tak tahu bagaimana cerita di drama tersebut. Hanya melihat sekilas ketika pemerannya memperagakan ketika dua orang kekasih yang terpisah akhirnya bertemu kembali di sebuah stasiun kereta,dimana sang wanita terlihat bahagia menyambut sang kekasih dengan segala sukacita dan tangis bahagia.

          "ini akan jadi happy ending, Tae."

           "Tidak, itu jadi sad ending."

           "Bagaimana bisa, apakah kau tidak lihat mereka bahagia setelah bertemu?"

            "Itu belum akhir, Hye."

            "Lalu kenapa kau sudah menyimpulkan bahwa endingnya akan menyedihkan? Kau bukan cenayang kan? Aku jadi takut."

            " Iya juga ya," Mendengar itupun Hyerim hanya dapat menepuk jidatnya.

  Begitulah pertengkaran yang terjadi ketika mereka melihat drama, seperti anak taman kanak tapi memang asik dan ringan. Gelak tawa keduanya juga membuncah ketika menyadari kebodohan yang mereka lakukan beberapa saat yang lalu.

" Memangnya kenapa kalau aku cenayang?" Taehyung mendekatkan wajahnya dan menatap dalam Hyerim. Yang ditatap dengan posisi duduk seperti ini apalagi wajah Taehyung yang terlihat serius dengan kemeja putih yang lengannya telah di gulung hingga siku membuatnya gugup seketika.

" Tentu saja tidak apa-apa. Sudah sana pulang ini sudah malam." merasa candaan Taehyung harus segera dihentikan, Hyerim memilih mengeluarkan ultimatum untuk Taehyung.

" Ya, sudah aku akan pulang sekarang." Pribadi jangkung itu bangkit, meraih jas hitamnya di sofa lantas memakai sepatu dan melirik jamnya—pukul delapan lebih sepuluh menit.Setelah itu mengikuti Hyerim yang telah membukakan pintu untuknya di depan.

" Jadi aku benar diusir, ya?" Taehyung berucap kembali sambil berjalan keluar area rumah Hyerim, mempoutkan bibirnya seperti anak-anak yang di perintahkan untuk tidur siang padahal masih ingin bermain.

" Iya, memang ku usir," ucap Hyerim datar sebelum Taehyung telah menaiki mobil Hyundai hitam itu sebelum menyalakan mesin. Dan menyalakan klakson lalu berucap.

"Baiklah,

" Hye, aku pulang."

[ ]

Remembrance ✔️Where stories live. Discover now