🔟➕3⃣

5.1K 575 57
                                    

"Nah, selanjutnya kita harus apa?" Tanya Glacier. Lalu mereka semua saling menatap.

"Haruskah kita keluar dari sekolah ini?" Bukannya memberikan jawaban, Blaze malah bertanya kembali.

"Tapi... Belum tentu disana aman 'kan? Apalagi kita sudah kehilangan 1 orang. Dan Glacier sedang terluka". Jawab Gempa. Mengingat ada satu orang yang terluka, mustahil bagi mereka untuk selamat dari amukan para zombie.

"Kita coba keluar saja dulu. Setidaknya carilah bantuan, mungkin masih ada yang hidup di luar sana". Tambah Halilintar, menyetujui perkataan Blaze.

"Jika tidak ada yang hidup?" Supra, ia sudah membayangkan yang tidak - tidak.

"Beralih ke rencana yang lainnya". Halilintar, ia berkata seperti itu hanya untuk menguatkan tekad temannya.

Kemudian, mereka membuka pagar sekolah. Suara deritan pagar sekolah terdengar kecil dan belum ada tanda - tanda datangnya makhluk mengerikan itu.

Matahari masih terik, malam belum datang. Kini mereka berkumpul di depan pagar dalam keadaan waspada. Sekolah mereka dekat dengan perumahan - perumahan kecil. Anehnya, tidak ada satupun zombie yang datang atau berkeliaran. Sangat sepi.

"Ayo, kita jalan". Lanjut Halilintar dan melangkah lebih dulu.

Beberapa langkah kemudian, Gopal menendang sebuah kaleng hingga menimbulkan suara yang cukup kencang. Dan dalam sedetik para zombie menampakkan dirinya dengan jumlah yang cukup banyak.

Mustahil bagi mereka untuk melawan. Sangat mustahil.

"Beralih ke rencana selanjutnya!"

Semua merespon perkataan Gempa dan mengangguk. Dengan cepat arah jalan mereka berbalik seratus delapan puluh derajat. Namun, Tuhan memberikan banyak ujian untuk mereka. Lihat saja, sudah tidak ada kata 'selamat' karena mereka dikelilingi banyak zombie.

Tanpa aba - aba dari siapapun, Halilintar menyerang zombie dengan kedua pisau belati yang baru saja ia dapat. Begitu pula dengan yang lain.

Halilintar yang sudah siap untuk menyerang lagi. Aksinya terhenti, karena ia melihat Yaya dan Ying terkepung beberapa zombie disana. Dengan secepat kilat, Halilintar melindungi mereka dan menyerang zombie yang mengganggu temannya.

"Kalian tidak apa - apa?" Halilintar berbalik mengahadapi kedua teman perempuan itu. Tidak menyadari bahwa zombie di belakang siap untuk menerkamnya.

"HALI! AWAS!" Teriak Yaya dan Ying.

"Aaarrgghh!"

Tidak sempat untuk menghindar, seluruh punggung Halilintar dipenuhi luka cakar. Yaya dan Ying panik lagi karena zombie itu siap untuk menyerang Halilintar lagi.

DOR! DOR!

"OI! Lo enggak apa - apa 'kan? Maaf, gua telat". Ucap Solar sesudah menembaki zombie dengan revolvernya.

Solar pun membawa mereka bertiga ke tempat yang aman. Di depan pagar sekolah.

"Kalian masuk lebih dulu dan urusi yang terluka". Perintah Solar lalu diangguki kedua perempuan yang memapah Halilintar.

"Ck! Jangan perintahi orang seenaknya!" Halilintar menolak dan melepas bantuan dari Yaya dan Ying. Tubuhnya bangkit dan terjatuh.

"Liat kondisi lo! Kalo terluka lagi gimana, hah?!" Gertak Solar. Ia tidak suka orang yang mencoba untuk tegar. Padahal Halilintar saat ini sedang terluka parah.

"Udah, jangan berantem! Ayo, Hali, lukamu harus diobati". Ying menengahi pertengkaran mereka. Dan memapah Halilintar bersama Yaya.

Sudah tidak ada tolakan Halilintar. Mereka bertiga pun memasuki area sekolah. Sedangkan Solar melindungi  depan pagar agar tidak banyak zombie yang mengumpul di depan pagar sekolah.

RUN [Boboiboy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang