P-34

2.7K 318 76
                                    





🌿🌿






Terjadi keributan.

Yoongi menuntut tahu alasan Rae Na belum juga bisa menerimanya. Bahkan, jika itu karena dia mencintai salah satu dari dua pria itu, Yoongi akan terima.

"Kau mencintai mereka?!"

"Tidak, Yoon! Bukan begitu!"

Unit apartemen Rae Na menjadi lokasi. Keduanya saling membentak. Tak peduli jika ada tetangga yang mendengar.

"Lalu, apa?!"

"Orang tuaku sudah memilihkan pria untukku" akhirnya, dengan nada halus Rae Na jujur.

Ada yang berdesir sakit di dada Yoongi. Rasanya, akan ada penghalang baru di antara hubungan mereka.

"Kau bisa menolak" ucap Yoongi, sama halusnya.

"Sudah. Aku sudah melakukannya. Tapi, mereka seolah tidak mendengar"

"Kenapa?"

"Orang tuaku tidak begitu suka pria kota. Mereka takut, aku hanya akan disia-siakan oleh pria itu. Terlebih, kami hanya keluarga biasa. Mereka juga khawatir jika aku harus tinggal di kota. Kehidupan kota keras, bukan?"

"Aku tidak seperti itu"

Akhirnya, setelah cukup lama berdiri Rae Na mengambil duduk di sofa dan menundukkan kepala. "Mereka juga menyuruhku berhenti jadi perawat. Lalu, apa yang harus ku lakukan?"

Masih tetap pada posisi berdiri, Yoongi menjawab. "Kau bisa merawatku. Jika, sudah berhenti jadi perawat"

Rae Na menoleh. Menatap kesal pada Yoongi yang bisa-bisanya bercanda dalam keadaan seperti ini. Walaupun tidak dapat dipungkiri hatinya berdebar.

"Jangan bercanda, Yoon. Kau tahu benar aku sangat menginginkan pekerjaan ini"

Yoongi ikut duduk di samping Rae Na yang tampak lelah. "Kalau begitu, aku akan melamarmu sebelum pria itu. Jadi istriku dan tinggal bersamaku. Kau tidak perlu meninggalkan pekerjaanmu"

Apakah Yoongi melamarnya? Atau hanya pernyataan atas pemikirannya?

"Ku pastikan, aku dan keluargaku bukan orang seperti yang dibayangkan orang tuamu"

"Yoon-"

Yoongi memeluk Rae Na dan langsung menyela. "Beri aku kesempatan untuk membuktikannya"

"T-tapi, bukankah kau harus wajib militer lebih dulu?"

"Tidak. Ku rasa, benturan di kepalaku cukup menjadi alasan negara untuk tidak memanggilku"

Berdecak, menanggapi penuturan sang pria yang jelas-jelas mencari alibi. "Dasar"

"Sekarang, selesaikan urusanmu dengan dua pria itu"

"Aku sudah menyelesaikannya"

Reflek, Yoongi melepas pelukannya dan menatap si Gadis Jang. Merasa tidak percaya.

"Dokter Kim itu pria dewasa. Dia hanya mengatakan perasaannya. Bukan untuk meminta balasan. Setelah hari itu, dia langsung meminta maaf jika membuatku tidak nyaman. Dia juga menanyakanmu"




"Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman atas ucapanku malam itu. Kau bisa melupakannya. Aku hanya mengatakan perasaanku. Tidak masalah jika kau menolakku" begitu kata Dokter Kim kala itu.

"Maafkan aku, kak"

Ya, mereka bicara sebagai Kim Seokjin dan Jang Rae Na. Jadi, seperti kesepakatan Rae Na akan memanggil kakak saat mereka tidak bekerja.

"Tidak apa-apa. Emm,,, Apa pria yang sering kau temui di taman itu kekasihmu?"

"Kakak tahu?"

"Aku beberapa kali melihat kalian"

Kata Dokter Kim seraya tersenyum.





"Lalu, kau jawab apa?" Yoongi penasaran.

"Aku jawab, kau pasien Dokter Lee. Kebetulan bertemu dan meminta saranku"

"Sial! Kenapa tidak jujur?"

"Aku jujur. Memang kau siapaku saat itu?"

"Lalu, bagaimana dengan putra atasanmu itu?"

"Aku memang sudah menolaknya dari awal. Hanya saja, dia pria yang kesepian. Jadi, ya, begitu"

"Maksudmu?"

"Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaan. Begitupun ibunya yang seorang pengacara. Kakaknya ada di luar negeri. Jadi, dia bersikap semaunya. Sesuka dirinya sendiri. Mencari perhatian orang lain sebagai pelampiasan"

"Jadi?"

Rae Na mengernyit. "Jadi?"

"Akhir pekan, luangkan waktumu"





~




Akhir pekan?

Sabtu, pukul enam di waktu senja. Rae Na siap dengan penampilan rapinya. Sebentar lagi, Yoongi akan menjemputnya. Entahlah, pria itu akan mengajaknya kemana.

Kencan, mungkin?

Ah, mungkin juga hanya makan malam di kafe. Terdengar seperti remaja yang akan menghabiskan malam minggu dengan kekasihnya saja.

Entahlah. Bahkan mereka tidak ada hubungan apa-apa.

"Kita mau kemana?" Rae Na langsung bertanya, kala memasuki mobil pria yang membawanya.

"Hanya makan malam"

Tidak ada perbincangan dan tidak ada yang memulai. Sampai mereka memasuki kawasan perumahan.

"Kita-"

Belum selesai Rae Na berucap, Yoongi sudah menyela. "Aku pernah bilang pada ibu, akan membawa perempuan yang siap menikah denganku"

Seperti kebiasaan, Rae Na akan mengernyitkan keningnya saat ragu akan sesuatu. "Sekarang kau membawaku. Jadi, kau pikir aku-"

"Apa aku salah?" Yoongi menyela.

"Hei! Bahkan aku tidak-"

Lagi, ucapannya dipotong oleh Yoongi. "Sampai. Turunlah"


Rae Na mengamati rumah di depannya. Cukup besar. Sedikit ragu untuk melangkah. Bukan, bukan karena Yoongi keluarga kaya. Tapi, karena dia merasa belum siap bertemu orang tuanya.

Tapi, dia sudah sampai. Tidak mungkin kembali pulang. Akhirnya, Rae Na keluar dari mobil menghampiri Yoongi yang sudah keluar lebih dulu. Tangannya digenggam. Lalu, ditarik masuk melewati pintu utama.

"Yoongi?" Sang ibu yang menunggu di ruang keluarga menyapa.

"Ini adalah gadis yang ku lupakan itu. Aku pernah bilang, akan membawanya jika dia sudah siap menikah. Jadi, sekarang aku membawanya"


"Selamat malam, nyonya"







Bersambung®®

Garing, flat. Maafkan. Sengaja ku percepat alurnya. Jd sudah masa penyelesaian.

Bisa jadi part depan end. Sesuai kataku di awal semoga gak sampe 50.

Jujur, rencana awal gak gini. Tp, dengan kondisi imajinasiku yg mulai menurun ini sepertinya akan lbh baik ku percepat.

Emmm untuk sementara, stay di Your boyfriend his girlfriend ya.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang