P-5

3.3K 378 48
                                    




🌿🌿



Selalu berusaha keras untuk mengingat. Itu yang dilakukan Yoongi saat ini. Tak pelak itu membuat kepalanya menjadi pusing.

Sang ibu sering kali sudah mengingatkan untuk tidak dipaksakan. Begitupun dokter. Tapi, Yoongi sendiri yang bersikeras ingin mengingat masa lalunya.

"Jangan dipaksa, Yoon" ucap sang ibu yang melihat anaknya sesekali memejamkan mata untuk mengingat beberapa hal.

"Bagaimana kalau ingatanku tidak kembali, bu?"

"Yang penting kau sehat, nak. Mulailah dengan hidup yang baru"

"Aku takut ada sesuatu yang ku tinggalkan. Aku harus mengingat semuanya"

"Tapi, bukan berarti harus dipaksakan begitu. Itu hanya membuat kepalamu sakit. Pelan-pelan ingatanmu pasti akan kembali"


~



Seperti jadwal yang sudah ditentukan, Yoongi pergi ke rumah sakit. Masih sama, dia bersama Hoseok. Kali ini Yoongi yang meminta. Bukan karena suruhan ibunya.

"Kau masih ingat jalannya, kan? Belok kiri, kemudian lurus. Tunggu saja depan pintu. Aku ke toilet sebentar"

Yoongi mengikuti arahan Hoseok. Dia berjalan santai menyusuri koridor. Dari arah berlawanan, dia melihat seorang perawat berjalan ke arahnya.

Dia adalah Jang Rae Na. Kepalanya menunduk, meneliti beberapa berkas yang dibawanya. Dirasa sudah benar, Rae Na mengangkat kepala. Namun, itu berhasil membuat langkahnya berhenti. Matanya bertemu tatap dengan pria yang berdiri tegak beberapa meter darinya.


Meyakinkan hati, Rae Na kembali berjalan untuk menyelesaikan tugasnya. Berjalan begitu saja ingin melewati pria itu. Naas, pria itu justru memanggilnya.

"Permisi"

Terpaksa, Rae Na berhenti. Lalu, menghadap pria itu. Mengabaikan jantungnya yang berdegup sedari pertama kali melihatnya.

"Apa Dokter Lee ada?" Pria itu menunjuk pintu ruang dokter yang ada di sampingnya.

Terdiam beberapa detik. Mata Rae Na tertuju pada wajah pria yang sangat dikenalnya. Tapi, itu dulu. Sebelum semua hal terjadi.

"Jika anda sudah membuat janji. Seharusnya, beliau ada. Apa perlu saya tanyakan?"

Berusaha profesional, ternyata seberat ini. Jika itu di hadapannya.

"Silakan"

Dengan tangan yang mulai berkeringat dan gemetar, Rae Na mengetuk pintu ruangan Dokter Lee. Tidak ada jawaban, Rae Na membukanya.

"Sepertinya, Dokter Lee sedang pergi. Tapi, anda bisa menunggunya di dalam" ujar Rae Na. "Silakan, T-Tuan"

Tuan?

Rasanya sangat aneh memanggil pria itu dengan sebutan Tuan. Bahkan, dulu pria itu sering meminta dipanggil kakak saja, Rae Na selalu menolak. Katanya terdengar aneh jika itu keluar dari mulutnya.

Dia masuk, diikuti Rae Na di belakangnya. "Silakan anda tunggu di sini. Saya permisi"

Sudah menunduk untuk pamit. Rae Na justru diberi uluran tangan. Mendadak dia bingung. Tangannya semakin bergetar hebat. Haruskah dia menjabat tangan itu?

Sebisa mungkin, Rae Na mengendalikan getaran tangannya. Namun, kini jantungnya yang berdebar tidak seharusnya.

"Min Yoongi"

Bolehkah Rae Na pingsan saja? Mendengar nama itu sungguh semakin membuat jantungnya tak terkendali. Terlebih saat dia sadar harus menyebut namanya untuk membalas perkenalan pria itu.


"J-Jang Rae Na"




Tidak, Rae Na! Jangan berharap apapun. Cepatlah keluar dari ruangan ini. "Permisi"

Setibanya di luar, Rae Na langsung menyandarkan tubuhnya di dinding. Perasaannya gelisah seketika. Membuat air matanya tiba-tiba mengalir.


"Rae Na, ada apa?" Tepat saat itu Seung Wan lewat. Dia langsung memegang pundak temannya.

"Dia di dalam" jawabnya sembari mengusap air matanya yang mengalir. "Aku bertemu dengannya"

Seung Wan melirik orang di dalam melalui pintu yang setengah terbuka. "Yoongi?" Tanya Seung Wan memastikan.

"Dia mengajakku berkenalan. Seolah kami orang asing yang baru bertemu"






"Perawat Jang? Ada apa?" Dokter Kim tiba-tiba lewat.

"T-tidak ada, dokter"

"Kau sepertinya menangis?"



"Tidak, bukan begitu. Tadi, mata saya perih. Lalu, saya meminta Perawat Son meneteskan obat mata"



Belum sempat menjawab, seseorang menginterupsi. "Maaf, saya mencari teman saya. Apa ada yang melihat?"

Hoseok, dia cemas. Tidak melihat Yoongi di sekitar ruangan Dokter Lee.

"Apa itu orangnya?" Tanya Seung Wan menunjuk pria di dalam ruangan.

"Ah, benar. Terima kasih"




~





Bersambung®®

Benar kan semakin buruk? Rasanya malu pada diri sendiri.

Jangan dipaksa ya kawan buat vote dsb.

Lavyu

Ryeozka

PLEASE, GIVE ME... / ENDWhere stories live. Discover now