1

114 13 2
                                    

Tentang Lia, gadis kecil penderita Acute Lymphoblastic Leukemia.

Tentang Lia, gadis kecil penderita Acute Lymphoblastic Leukemia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Makan apa sih celemotan dek?"

Aprillia Putri. Kelahirannya membawa suka cita dalam keluarga kami. Hari itu, tanggal 23 April 2013. Ibu tidak pernah menyangka jika ada satu nyawa lain dalam perutnya, sembilan bulan sebelum hari itu. Aku kira, aku hanya punya satu adik –adikku perempuan dan waktu itu kelas 6 SD. Ibu juga memang sudah menerapkan program Keluarga Berencana; Dua Anak Lebih Baik. Lia itu, sebenarnya 'kebobolan'. Jaraknya sebelas tahun dengan adikku yang nomor 2. Namun, kami semua menyambut dengan suka cita. Aku masih ingat hari itu, ketika adikku menunjukkan buku pink –yang diam-diam diambil dari kamar ibu- sambil berbisik, "kita mau punya adik loh," dengan mata berbinar. Aku menanggapi penuh ceria dan tidak sabar menanti kelahirannya.

Setelah kupikir-pikir, Lia memang nakal dari sejak mau lahir. Buktinya, bidan sudah mengatakan posisi bayi bagus. Eh, tiba-tiba dia jungkir walik dan malang melintang. Ibu disuruh sujud lama-lama biar posisi bayi kembali bagus. Tapi tidak berhasil. Akhirnya, ibu dilarikan ke rumah sakit Jambi untuk disesar. Waktu itu, ayah sedikit kecewa karena bayinya perempuan. Tapi sedikit saja. Sisanya, dia gembira sekali. Kami semua gembira, meskipun saat itu aku sempat takut kehilangan ibu. Aku menjerit-jerit di kamar mandi selepas ibuku berangkat diangkut ambulans menuju rumah sakit dengan perutnya yang besar. Syukurlah, ibuku selamat, adikku sehat.

Karena ibuku sesar, aku sebagai anak tertua yang pontang-panting membantu masak dan mencuci popok adikku. Ibu tidak boleh kerja berat. Waktu itu masih belum punya sanyo. Pokoknya kami menyebutnya sanyo. Kamu pasti tahu lah. Jadi, tiap hari aku mencuci popok segunung, ditambah baju ayah ibu, pakaianku dan adikku Ani, tanpa bantuan mesin, dan airnya nimba di sumur yang tepiannya super licin. Aku sampai kepeleset berkali-kali. Nangis? Jelas. Aku marah karena terlalu lelah. Kini, aku sempat menyesal ketika pernah memarahi adik bayiku karena aku benar-benar lelah membantu pekerjaan ibu ditambah mendengar ia sering nangis. Aku meletakkannya asal dan pergi dengan geram.

 Aku meletakkannya asal dan pergi dengan geram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pose ternyaman."

Tapi, hanya sesekali. Marahku sedikit, sayangku banyak. Aku sangat sangat menyayanginya. Setiap momen pertumbuhannya selalu aku abadikan. Setiap aku dapat gaji dari pekerjaan buruhku, selalu aku sisihkan untuk membelikan sesuatu untuknya, meskipun sifatnya terkadang membuat kesal. Dia nakal, dia cerewet, dia galak, judes, jutek, pemarah. Membuat kami sering bertengkar dan pukul-pukulan. Dia berani sekali dengan kakak-kakaknya. Aku sudah sering dimaki-maki, dimarah-marahi. Dicemberuti. Tapi kalau mood-nya lagi baik, dia bisa selembut malaikat. Yang selalu membuat hatiku hangat adalah, dia tidak pernah pelit. Meskipun cuma punya 1 kue, dia selalu membaginya denganku, walau aku tidak memintanya. Sejak kecil, sampai sekarang, dia selalu berbagi, entah itu dengan saudaranya atau teman-temannya.

Diary LiaWhere stories live. Discover now