The best and most beautiful things in the world cannot be seen or even touched. They must be felt with the heart.
-Helen Keller-
.
.
.
Gelap. Itulah hal pertama yang ditangkap Jeffrey saat memasuki apartementnya. Ia baru saja berbelanja banyak bahan makanan hingga pulang sedikit larut.
"Hnn. Hnn.."
Jeffrey meletakkan kantong belanjaan di meja dapur sebelum melangkah menuju suara-suara samar dari dalam kamar yang sekarang dihuni Taeyong.
Tok tok tok
"Tae?"
Sedetik kemudian ia mendengar suara langkah kaki dari dalam kamar. Saat pintu terbuka, ia bisa mencium bau champagne yang menguar. Lelaki cantik di depannya tampak berantakan. Surai saljunya kusut hingga wajahnya memerah.
"Kau meminum champagneku?" Jeffrey mengangkat sebelah alisnya.
Lelaki kurus itu meringis, tubuhnya sedikit goyah karena efek alkohol. "Aku bosan, jadi aku membuka lemari di bawah meja, dan taraa.." Taeyong terkikik sambil menunjukkan tiga botol champagne dengan gelas yang terisi setengah cairan keruh. "Aku mencuri champagnemu, hehehe~"
Jeffrey tidak marah, lagipula ia bisa membeli champagne lagi nanti. Tapi, berapa banyak yang lelaki cantik itu minum sampai ia mabuk seperti itu?
"Kenapa kau tidak mengajakku?" ia mendorong pelan bahu Taeyong hingga mereka duduk di atas ranjang. Tangannya meraih gelas yang masih terisi setengah lalu meminumnya hingga habis.
"Jadi, apa pekerjaanmu, Jeffrey?" Taeyong sudah berbaring santai di ranjang sambil menggerakkan kakinya. Matanya setengah tertutup, tapi mulutnya menolak untuk berhenti bicara.
"Kenapa?" Jeffrey mengangkat botol champagne lalu menggoyangkan pelan untuk memeriksa apakah sudah habis atau belum. Ia menuangkannya di dalam gelas. Isinya tidak sampai separuh gelas.
"Kau bisa punya banyak uang. Aku ingin bekerja sepertimu dan punya banyak uang." Ia menggerak-gerakkan kakinya keatas dan kebawah.
"Kau tidak bisa, aku membunuh banyak orang." Jeffrey menghabiskan champagne di tangannya. Ia mendengus saat semua botol itu telah kosong. Jadi memang sebanyak itu yang Taeyong minum. Ia kagum karena lelaki cantik itu masih bisa berdiri dan mengajaknya berbicara.
"Wah!" Taeyong tiba-tiba bangkit terduduk. "Aku juga membunuh banyak orang!" ucapnya antusias seperti anak sekolah dasar yang menunjukkan nilai sempurna pada orang tuanya. Mata jernihnya berbinar lucu.
Jeffrey tidak sepenuhnya terkejut, ia sudah menduganya sejak lelaki cantik itu memiliki Smith & wesson saat pertemuan pertama mereka di gedung apartement beberapa hari yang lalu. "Bukankah itu berarti kau juga menerima bayaran?" Ia memancing lelaki cantik itu untuk membuka lebih banyak informasi.
"Umm!" kepalanya menggeleng. "Aku membunuh mereka karena aku benci pada mereka."
Jeffrey menekan dahi Taeyong untuk membuat lelaki cantik itu kembali berbaring lalu ia ikut membaringkan tubuhnya di sampingnya. "Kenapa kau membencinya?" ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengorek informasi lebih dalam.
Hening. Hanya deru napas teratur yang terdengar mengambang di dalam kamar. Jeffrey melirik lelaki cantik di sampingnya karena ia pikir Taeyong sudah tertidur. Namun, lelaki itu masih membuka matanya, menatap sayu kearah langit-langit kamar.
"Mereka membunuh ibuku."
.
.
YOU ARE READING
Falling (Jaeyong)
FanfictionMain Pair : Jaehyun Jung X Taeyong Lee Rate : NC - 21 Chapter : Ongoing Status : Onhold - hiatus ☠️AU, YAOI, Crime, Romance, Profanity☠️ Mari melompat ke dasar kekacauan sekarang. Semakin rusak dengan saling memeluk luka yang sama. Tidak apa meskip...
