When a man is denied the right to live the life he believes in, he has no choice but to become an outlaw.
~ (Nelson Mandela) ~
.
.
.
Miami, Florida. 1 April 2018
"Target keluar dari gedung."
Lelaki itu dengan santai berjalan di sepanjang jalanan yang sepi. Sesekali mata hazelnya menatap lelaki di seberang sana yang tengah memakai mantelnya. Ia sedikit memperlambat langkahnya hingga sejajar dengan lelaki di seberang jalan.
"Apartementnya lima ratus meter sebelah barat, Jef. Ambil jalan memutar agar dia tidak curiga."
Lelaki yang dipanggil Jeffrey itu hanya diam saat seseorang berbicara lewat alat komunikasi di telinganya. Ia berbelok ke kanan, memasuki jalan sempit diantara dua gedung yang menjulang. Setelah memastikan telah berada cukup jauh dari jalan utama, ia berdecak.
"Kau pikir aku bodoh? Aku menghabiskan setengah umurku melakukan pekerjaan ini, John. Jangan mengguruiku." Suara huskynya mengalun rendah. Hanya terdengar kekehan pelan dari orang yang terhubung dengannya lewat handsfree.
"Target sudah memasuki apartementnya."
"Aku akan membereskannya." Kaki panjangnya melangkah tenang memasuki sebuah gedung mewah yang menjulang di pusat kota. Ekspresinya datar dengan sorot mata tajam. Ia mengabaikan pekikan tertahan dari wanita yang berada di belakang meja resepsionis.
Namanya Jung Jaehyun dengan nama samaran Jeffrey. Berdiri angkuh di depan lift. Dilihat dari tampilannya, jelas ia bukan sembarang orang. Siapapun yang melihatnya, pasti dapat langsung menyimpulkan bahwa kemeja, mantel hingga sepatunya setara dengan harga satu mobil mewah.
Tapi mereka semua tidak tau darimana lelaki tampan itu memperoleh uang sebanyak itu. Kira-kira bagaimana reaksi mereka saat mengetahui jika Jaehyun mendapat uang dari hasil memenggal kepala seseorang?
"Lantai 12, nomor 1203."
Rekannya, Johnny, memberi informasi dimana posisi targetnya bersamaan dengan lift yang terbuka di hadapannya. Ia menekan angka 12.
Sebelum lift benar-benar tertutup, sebuah tangan menyela melalui celah hingga membuat lift kembali terbuka.
Hazelnya bertemu dengan onyx yang begitu memesona. Secara otomatis ia meneliti lelaki ramping yang begitu menawan itu dari ujung kaki hingga pucuk kepala. Setelan serba putih seolah mengekspos seluruh kecantikan lelaki itu.
Langkahnya begitu ringan memasuki lift. Setiap ketukan sepatu putihnya, seolah ikut mendobrak detak jantung Jaehyun yang entah sejak kapan ikut terpacu.
Jemari kurus lelaki cantik itu menekan angka 14, sedetik kemudian lift kembali tertutup.
Jaehyun berdiri satu langkah di belakang lelaki asing itu, bersandar pada sisi belakang lift. Ia dengan leluasa memperhatikan objek menarik di depannya. Surainya senada dengan nuansa putih yang melekat pada tubuhnya.
"Suka dengan apa yang kau lihat?"
Jaehyun menatap wajah cantik lelaki itu yang kini menoleh ke belakang. Tatapannya datar namun bibirnya menyeringai tipis.
"Aku lebih suka jika kau menyebutkan namamu."
Lelaki cantik itu sempat terdiam beberapa detik sebelum mendengus dan kembali menatap ke depan. Jaehyun terkekeh pelan. Apa ia baru saja diabaikan?
.
.
Falling deep down into the dark
YOU ARE READING
Falling (Jaeyong)
FanfictionMain Pair : Jaehyun Jung X Taeyong Lee Rate : NC - 21 Chapter : Ongoing Status : Onhold - hiatus ☠️AU, YAOI, Crime, Romance, Profanity☠️ Mari melompat ke dasar kekacauan sekarang. Semakin rusak dengan saling memeluk luka yang sama. Tidak apa meskip...
