3

6.1K 913 112
                                        

A good act does not wash out the bad, nor a bad act the good. Each should have its own reward. A good act does not wash out the bad, nor a bad act the good. Each should have its own reward.
-George R. R. Martin-

.
.
.

"Kau ingin membayarku dengan apa, Lee Taeyong?"

Lelaki cantik bernama Taeyong itu terdiam. Tubuhnya kaku. Bagaimana bisa ia tau namanya?

"Bagaimana kau tau namaku?" nadanya begitu dingin, terkesan lebih waspada.

Bukannya menjawab, lelaki tampan itu justru kembali terkekeh. "Aku bahkan tau dimana kau tinggal." Ujarnya kelewat santai.

Taeyong berusaha terlihat tidak terkejut. Ia sudah memalsukan identitasnya. Tapi ia tidak memiliki tempat tinggal pribadi. Selama ini ia tinggal sebagai parasit untuk sahabatnya, Kim Doyoung dan kekasihnya yang sebentar lagi akan menikah.

Ia cukup sadar bahwa lelaki tampan di depannya ini berbahaya dan ia tidak ingin membuat sahabatnya masuk dalam zona bahaya hanya karena dirinya. Doyoung dan Taeil sudah begitu banyak berjasa. Mereka adalah orang-orang yang berharga baginya.

"Jadi, kau akan membayarku dengan apa?"

Taeyong tersentak. Ia tidak melihat pergerakannya, tiba-tiba saja lelaki tampan itu berdiri menjulang di hadapannya. Ini pasti karena ia terlalu banyak melamun.

"Aku- Ah!" Taeyong memejamkan matanya. Rahangnya mengeras saat merasakan remasan pelan di pantatnya. Ini penghinaan. Apa lelaki itu tidak tahu betapa mahalnya seseorang membayar hanya untuk menyentuhnya? Biasanya, seseorang akan kehilangan nyawanya saat tangannya berani macam-macam padanya.

Taeyong membuka matanya. Onyxnya menatap lurus hazel yang hanya berjarak tak lebih dari tiga puluh centi meter. Bibirnya menyeringai. "Apa ini artinya kau meminta bayaran dengan cara seperti ini?" dalam hati ia bergidik pada dirinya sendiri yang bertingkah seperti jalang.

"Padahal aku punya uang untuk membayarmu." Ucap Taeyong manja dengan mengerucutkan bibirnya. Tangannya bergerak menuju pantat lelaki di depannya. Ia bersorak dalam hati saat mendengar si tampan bergumam rendah.

"Aku tidak butuh uang. Aku sudah punya uang lebih dari yang kubutuhkan." Lantunan husky rendah membelai telinganya.

"Sombong sekali." Taeyong terkekeh pelan. "Kalau begitu aku harus membayarnya dengan cara lain kan," ia menarik bagian depan kaus yang dikenakan lelaki itu hingga bibir tipisnya sejajar dengan telinganya. "daddy?" bisiknya sensual.

Lelaki tampan itu tertawa halus. Ia menjauhkan wajahnya untuk menatap wajah cantik Taeyong yang tengah tersenyum manis. "Menarik." Ucapnya sebelum mendekatkan wajahnya.

Taeyong merasakan tekstur lembut menyapu permukaan bibirnya. Kedua tangannya bergerak ke belakang tubuh lelaki yang tengah menciumnya. Ia membiarkan bibirnya dikuasai.

Hal itu hanya berlangsung selama beberapa detik sebelum tangannya mendorong dengan kuat dada lelaki di depannya. Taeyong membuka pintu di belakangnya lalu berlari dengan kencang menuju pintu bagian depan. Bibirnya menyeringai saat menggenggam dompet yang ia ambil dari saku belakang lelaki tampan itu.

"SHIT!" Taeyong berhenti berlari saat sampai di depan pintu keluar. Sebuah panel kode menyala saat ia mencoba membuka pintu. Ia membalikkan badan, melihat lelaki yang sialnya tampan itu berdiri bersedekap di depan kamar.

"Kau pikir aku sebodoh itu?"

Taeyong berdecak. Panel kode sialan. Karena dompet lelaki itu sudah berada di tangannya, ia segera membukanya. Lelaki itu tak banyak menyimpan lembaran uang. Hanya beberapa lembar dollar. Wajahnya merengut saat melihat banyak kartu dengan logo bank yang berbeda. Si tampan itu benar-benar kaya.

Falling (Jaeyong) Where stories live. Discover now