Part 8: Secarik Pesan

51.9K 2.6K 575
                                    

HAPPY READING, jangan lupa baca pengumuman di bawah ya! <3

----


Kevin tidak tahu sejak kapan rutinitasnya tiap malam berubah. Mungkin semenjak dia bingung sendirian di rumah, mungkin karena dia sewaktu SMP adalah anak penurut dan tidak merasa bebas untuk melakukan hal yang dia inginkan, mungkin waktu SMP dia permah menjadi korban bully dan masih menyisakan trauma di hati atau mungkin karena orangtuanya sibuk dengan rutinitas masing-masing sampai Kevin bingung harus cerita ke siapa tentang masalahnya, atau mungkin semenjak kedua temannya: Bimo dan Nino mengajak Kevin berkenalan dengan seluruh seluk beluk tentang dunia malam. Awalnya ragu-ragu, sampai akhirnya ketika mencoba justru ketagihan. Satu yang Kevin rasakan: kesenangan itu seolah mampu melepas belenggu rasa sakit dalam kehidupannya.

Alunan musik keras, hiasan lampu remang-remang, tarian memabukkan, minuman yang membuat sepoyongan, dan wanita cantik yang selalu siap siaga mendekat ketika butuh sandaran. Mereka semua hadir ketika Kevin dilanda kesedihan. Seperti malam ini, mobil Kevin melaju di sekitar daerah Hayam Wuruk. Dia tidak sendirian, bersama Nino di kursi penumpang, dan Bimo di belakang.

"Oh ternyata lo sepupuan sama anak baru kelas sepuluh itu, siapa namanya—Lana, ya?" Sebetulnya Kevin malas bercerita tentang Lana, tidak ada untungnya juga. Tapi Nino tidak sengaja membuka ponsel Kevin, melihat WhatsApp dan tertuju ke profil Lana. Nino langsung sadar bahwa foto tersebut familier dan mirip dengan salah satu murid kelas sepuluh di SMA Utama.

"Cantik juga sepupu lo."

Kevin tersenyum sinis. "Cantik sih, tapi nyusahin. Dia diungsiin sama bokap dan nyokapnya ke rumah gue, biar nggak liar terus hamil di luar nikah kayak kakaknya." Akhirnya keluar juga cerita tersebut. Padahal Sully sudah mengingatkan Kevin untuk diam kalau saja ada yang bertanya tentang Lana.

"Kakaknya hamil di luar nikah? Anjir, tokcer juga. Tapi kakaknya begitu, belum tentu dong adiknya juga, Ye nggak, No?"

"Tuh anak cover-nya aja yang keliatan baik-baik, aslinya suka ngadu domba gue sama Nyokap. Anjrit, hidup gue jadi makin riweuh gara-gara dia."

Beberapa orang perempuan berdiri di deretan pinggir Jalan Hayam Wuruk, dekat dengan pangkalan tukang ojek. Sengaja memilih di sana kalau saja ada razia dadakan, perempuan-perempuan itu bisa langsung angkat kaki. Tak jauh dari posisi sang PSK berdiri, justru ada masjid. Seolah suara adzan yang terdengar tidak mengetuk hati mereka untuk mendekat. Surga dan neraka seolah hanyalah dongeng belaka.

Tiap kali ada mobil lewat, mereka beraksi dengan mengangkat rok pendek hingga memperlihatkan paha jenjang yang mulus tanpa cela. Melambaikan tangan dengan jemari memegang lintingan rokok. Dada membusung ke depan seolah undangan pria hidung belang untuk mendekat. Mempertontonkan berbagai hal yang mampu mengundang syahwat.

Mobil Kevin melambat dengan kaca terbuka. Dia meneliti satu per satu seakan perempuan tersebut adalah manekin yang dapat dipilih, perhatiannya tertuju pada seorang cewek di pojok. Terlihat asyik dengan dunianya sendiri, bermain ponsel sambil cekakak-cekikik seolah dia sedang menertawakan hidup yang selalu mengajaknya bercanda

"Pst! Woi!"

"Beeh, dadanya coy, muantaaap!" Bimo dan Nino bersiul, merasakan libidonya meninggi karena pengaruh hormon testosteron yang kini bekerja dua kali lipat.

Perempuan itu melirik Kevin, menghentikan aksi bermain ponselnya dan bergegas menghampiri. Lengannya dia tumpukan dengan jendela, mendekatkan leher yang beraroma bunga mawar. Bibirnya mengunyah permen karet, mengingatkan Kevin dengan salah satu adegan film paling fenomenal di Pretty Women.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DI BAWAH UMURWhere stories live. Discover now