Part 6: Sebuah Rencana

31.3K 2.7K 756
                                    

Gimana nih, kalian masih #dirumahaja kan? Stay safe, ya! Jaga kesehatan, happy reading!


-----

Berbondong-bondong siswa keluar dari dalam kelas setelah mendengar bunyi bel yang ditekan empat kali pertanda bahwa waktunya berkumpul di auditorium. Lana setia mengikuti sembari menarik tubuhnya ke tembok, takut tertumbur oleh cowok yang berlari dengan bar-bar. Entah apa yang sedang mereka kejar. "Acara ini sering ya diadain?" Lana melirik Gita yang asik bermain ponsel, menge-stalk akun fanbase. Kalau sudah berselancar di dunia maya, Gita sering tidak sadar kalau diajak bicara. Istilahnya phone zombie, sebuah fenomena sosial di mana manusia bisa mendadak jadi zombie kalau sudah bersentuhan dengan benda tipis nan canggih itu.

"Gita, kalau lagi jalan tuh liatnya ke depan, bukan ke layar. Nanti jatuh, lho." Lana mengingatkan sembari menyikut lengan temannya itu.

"Lagi liatin foto oppa Korea, ya ampun Lan, lo tahu NCT nggak? Ituuuu boyband baru, ya ampun ganteng-ganteng banget!"

Lana menghela napas, selama beberapa hari jadi sahabat Gita tampaknya Lana harus terbiasa menebalkan telinga kalau Gita sudah berbicara tentang dunia fangirl-nya. Dia yang katanya menabung berbulan-bulan sampai tidak jajan hanya karena mau membeli album idolanya, menonton konser, membeli merchandise; lighstick, kaos, sampai celana dalam berwajah oppa-nya. "Nggak, aku nggak tahu," mendengar suara jutek Lana, Gita akhirnya mengalah. Dia memasukkan ponsel ke sakunya.

"Iya deh, sorry, tadi nanya apa? Oooh acara ini ya," Gita menyahut, "biasanya sih sebulan sekali, kadang dua bulan sekali. Macam-macam topiknya, kadang renungan orangtua yang bikin nangis sembab. Ampuh sih buat bikin anak nakal tobat, tapi efeknya bentar, paling sehari doang berhenti maksiat. Besoknya lanjut terabas sampai mentok!"

Lana tertawa geli.

Auditorium ternyata sudah ramai. Berdesak-desakan seperti di pasar, Lana sampai tertumbur beberapa kali karena siswa bar-bar yang berlari tanpa pakai mata. Asal tumor yang penting pewe—posisi wuenak. Lana makin tersudut karena ada beberapa cowok justru sengaja menempelkan tubuh mereka ke punggung Lana. "Lan, siniiii!" Gita berusaha menarik tangan Lana.

"Woy, minggir! Ada cewek tuh kejebak, pada nggak liat apa sengaja?" Lana menoleh dan melihat tubuh jangkung Aryo melindunginya dari belakang. Desak-desakan terhenti, sebuah jalan terbuka pelan-pelan hingga Lana bisa melihat Gita.

"Sini, Lan!" Gita bergegas menarik Lana, "ih liat kan Kak Aryo, gentle! Suka liatnya."

Mereka duduk di posisi tengah. Lana menjulurkan lehernya, terlihat seperti mencari seseorang dan akhirnya menemukan Aryo duduk tak jauh dari posisinya saat ini. Dia sedang menjaili teman-temannya, menempelkan sticky notes bertuliskan kata jahil seperti: "Maaf, saya maho" atau "jangan diganggu, sedang dzikir!". Lana geleng-geleng kepala sembari menahan tawa melihat tingkahnya. Bersamaan dengan itu, Aryo menoleh. Mereka saling bertatapan.

Duh. Lana segera membuang wajah karena ketahuan.

Seorang pria tua memegang alih mikrofon. "Assalamualaikum!"

"Walaikumsalaaam, Paaak!"

"Gimana kabarnya, anak-anak?"

"Baiiik, Paaak!" Mereka membeo.

"Bohong-bohong, kami laper Pak!"

"Aryo!" Lana melihat Pak Dewa menegur Aryo.

Acara dimulai dengan Pak Gunawan memberikan sebuah cerita tentang kenakalan remaja. "Kenakalan remaja semakin hari tuh semakin canggih, mengikuti perkembangan teknologi kayaknya. Betul tidakkk?"

DI BAWAH UMURWhere stories live. Discover now