Part 6 Minta Maaf

281 65 139
                                    


Selama beberapa hari tidak bertemu dengan Gibran membuat Amanda ingin menemuinya sekaligus meminta maaf secara langsung. Bahkan, gadis itu juga membawakan bekal, siapa tahu akan diterima. Ingat, ya. Siapa tahu!

Amanda keluar dari kelasnya ketika bel istrahat berbunyi. Ia tersenyum senang sembari bernyanyi "Celengan Rindu". Dua hari kemarin, ia menahan dirinya dan menyembuhkan luka di hati sebelum bertemu dengan Gibran kembali.

Tepat di depan kelas Gibran. Amanda menghentikkan langkahnya, kemudian menarik napas dan mengembuskannya pelan. Kemudian, ia masuk ke ruang kelas dan melihat Gibran yang tengah duduk di bangku dengan menggunakan earphone yang berada di kedua telinga.

Gadis itu mulai mendekat dengan bekal yang berada di tangan. Setelah sampai, Amanda langsung menyodorkan bekal tersebut ke arah Gibran. Jangan lupakan senyum manis yang selalu ia tampilan jika berada di depan cowok itu.

"Nih!" seru Amanda sambil menyodorkan bekal kepada Gibran.

Cowok tersebut mendongakkan kepalanya dan melihat Amanda sekilas. Kemudian, ia kembali menyibukkan diri dengan ponsel miliknya. Sedangkan, gadis itu hanya bisa menghela napas kasar. Ia harus bersabar menghadapi cowok ini, agar bisa mendapatkan maaf dari Gibran.

"Maafin gue!" seru Amanda sambil menundukan kepalanya.

Gibran tidak mengubrisnya. Masih saja sibuk dengan ponsel yang sedang ia pegang tanpa tidak berniat untuk melirik Amanda sekalipun.

"Gibran, maafin gue," lirih Amanda.  Kali ini suaranya terdengar serak.

Suara isakan terdengar dan membuat Gibran mendongangkan kepalanya melihat Amanda yang tengah menunduk. Cowok itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu. Namun, dari suara isakan tersebur, itu berasal dari Amanda, karena yang berada di kelas ini hanya ia dengan gadis itu.

"Nggak usah nangis!" Ucapan Gibran terdengar seperti perintah di telinga Amanda. Ia kemudian menghapus air matanya lalu mendongangkan kepalanya melihat Gibran yang tengah menatapnya dengan ekspresi datar seperti biasa.

"Ma ... maafin gue, Gibran!" seru Amanda dengan suara seraknya. Gibran masih  menatapnya dengan tatapan yang sama membuat gadis itu terlihat gugup.

"Selamat pagi anak-anak, untuk ananda AMANDA ALEXSANDRIA dari kelas XI IPA 1 dan GIBRAN LEODIRGAN X IPA 1, untuk datang ke ruang lab nanti, secepatnya. Terima kasih."

Suara salah satu guru membuat Amanda dan Gibran terdiam mendengarkan pengumuman dan itu ditujukan untuk mereka.

"Bentar, jangan bilang gadis itu ngelaporin masalah ini ke guru lagi?" tanya Amanda pada dirinya sendiri, sedangkan Gibran langsung bangkit dari tempat duduknya. Gadis itu melihat apa yang dilakukan oleh Gibran dan ketika melihat cowok itu berjalan keluar kelas tanpa memerdulikan dirinya membuat ia mengejar.  Dalam hati Amanda mengatakan, Kapan, ya giliran lo yang ngejar gue?

"Tungguin gue!" Amanda berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Gibran.

Gibran dan Amanda berjalan menuju lab. Setelah berada di depan pintu, kedua remaja tersebut lalu masuk, di sana sudah terdapat beberapa guru yaitu, Ibu Yati selaku guru Fisika-kelas sebelas berdiri di sana dengan dua guru perempuan lainnya yang tengah mengobrol.

"Pagi, Bu," sapa Gibran.

Ibu Yati dan kedua guru tersebut lalu melihat ke arah mereka.

"Eh, kalian sudah datang!" ujar Bu Yati. Amanda hanya tersenyum menanggapinya, sedangkan Gibran hanya diam tanpa memedulikan hal tersebut.

"Jadi gini, Ibu sudah mendiskusikan tentang ini bersama guru-guru untuk menyuruh kamu dan Gibran mengikuti Olimpiade Fisika, karena dari segi mata pelajaran ini, kalian sama-sama pintar dalam mengerjakan soal," jelas Ibu Yati.

GIBRANWhere stories live. Discover now