02

47.9K 3.5K 43
                                    

"Nnnggg!!" Aku meremas kuat lengan Hindra, dia terus mendorong paksa p*nisnya untuk masuk.

Rasanya sangat sakit, tubuhku terasa dibelah menjadi dua, aku tidak bisa mengatakan seberapa besar rasa sakit itu.

"Haahh.. " saat miliknya sudah masuk sepenuhnya, Hindra menghembuskan nafasnya berat lalu menyibak rambutnya yang basah karena keringat.

"Hiks... hikss..." Air mataku tidak bisa berhenti keluar, tubuh ku bergetar hebat. Aku tidak menikmati sama sekali hubungan s*x seperti ini yang ada hanya rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhku.

Hindra menatap ku lalu merendahkan tubuhnya.

Chu~

Deg!
Aku membulatkan mataku lebar saat bibir tebal Hindra mendarat singkat dibibir ku.

Author pov~

Hindra menatap lekat omega yang baru beberapa jam menjadi pendampingnya ini.

Dia tau kalau Arian menahan rasa sakit, tapi Arian tidak sedikit pun berteriak maupun memukul Hindra seperti kebanyakan omega yang pernah tidur bersama Hindra.

"Ini.." Hindra menyodorkan tangan kirinya.

"... kamu bisa mencakar atau mengigit ku"

'Ah ?' Arian menatap Hindra bingung.

"Tapi.. aku bukan kucing" kata Arian dengan polosnya.

Keduanya terdiam beberapa detik.
Hindra berusaha memproses apa yang Arian katakan.

"Hah.. Aku tidak menganggap mu kucing, aku hanya ingin berbagi rasa sakit dengan mu"

"Eh.. ak-aku baik-baik saja tuan! Tidak apa-apa!"

Grep!

"Ah .." Hindra menarik kedua tangan Arian lalu menaruh keduanya di pundak Hindra.

"Tuan ini ?"

"Aku akan mulai bergerak, jadi kamu bisa menahannya dengan meremas atau mencakar ku" kata Hindra.

"Eh.. tapi-Akhh!" Hindra menarik p*nisnya lalu mendorongnya pelan yang membuat Arian meringis kesakitan.

"Kamu pikir bisa menahan yang satu ini ? Pengalaman pertama memang terasa sakit"

"Uhhh.. uhh..." Arian meremas pundak Hindra.

"Keluarkan suaramu.. jangan ditahan, tidak ada yang marah bila kamu berteriak disini"

"Mm," Arian mengangguk paham.

Bukan masalah dia berteriak dan orang lain terganggu tapi arian malu kalau suaranya malah menganggu untuk Hindra.

"Aku akan mulai bergerak lagi" Hindra mengerakkan tubuhnya dengan tempo pelan.

"Aahh..  Aangggg!!" Ringisan kesakitan terus keluar dari bibir Arian, dia tidak tahu jam berapa keduanya selesai.

Terakhir kali yang Arian ingat Hindra mencium bibirnya lembut dan Arian tertidur karena kelelahan.

.
.

Pip...pip...pip..

08:00 pagi.

"Mm,.~" Arian membuka matanya saat mendengar suara jam weker.

"Ah.. " Arian membalik tubuhnya tapi tidak ada Hindra didekatnya. Arian berusaha bangun dari posisi berbaringnya.

"Dima-Akh!" Arian langsung kembali berbaring menahan rasa sakit di belakang sana.

"Ugh.. aku tidak bisa bergerak, ini benar-benar sakit"

Krek~ (suara pintu dibuka)

"Ah.." Arian bisa melihat Hindra datang dengan napan ditangannya.

Semburat merah muda terlihat dikedua pipi Arian.

Hindra terlihat tampan dengan kemeja putihnya di pagi hari juga kancing baju yang terbuka.

Hindra duduk dihadapan Arian, menaruh napan tadi di tengah mereka berdua.

Hindra terlihat menyendok nasi juga lauk dari piring yang berbeda lalu menyodorkan sendok tadi di depan mulut arian.

"Buka mulutmu"

Blush!!
Wajah Arian berubah seperti tomat masak. Dia tidak tau Hindra bisa seromantis ini walaupun dengan mimik wajah datar.

.
.

Bersambung ...

Married (Tamat, Omegaverse BL 21+)Where stories live. Discover now