[9]

155 19 16
                                    


Insang High School, sekolah menengah atas yang berada di sebelah selatan Kota Seoul. Sekolah berbasis modern yang berhasil diakreditasi sempurna oleh pemerintah pusat Seoul. Sekolah yang selalu menjadi bahan perbincangan dan target yang diimpi-impikan oleh murid sekolah menengah pertama Seoul. 

Nara berhasil menjajal notabene sebagai siswa Insang High School melalui uji reguler-nya. Nara bukan siswa yang pintar, bukan juga siswa yang rajin. Nara hanya mengikuti anjuran keduaorangtuanya sebelum meninggal, saat Nara sedang duduk di bangku Sekolah Dasar tahun pertama. Rencana itu memang sudah dipikirkan secara matang.

Keluarga Nara, khususnya Tuan Jeon, merupakan CEO terkenal dan terpercaya dalam memimpin sebuah agensi di Seoul. Dulu lebih terkenal dengan sebutan JEW Entertainment, berasal dari namanya, Jeon Eun Woon. Agensi yang berkembang pesat dan menjadi titik tolak ukur terbantunya aset ekonomi Kota Seoul.

Pada saat karier agensi tersebut gemilang, agensi JEW bekerjasama dengan agensi MS, yang tidak lain dan tidak bukan merupakan agensi milik Kim Min Seok, ayah dari Kim Ha Ru. Kedua pihak awalnya bekerja sama dengan baik, namun pada tahun keempat, Tuan Kim berambisi ingin memiliki aset dan menjadi CEO di agensi tersebut. Setelah tahu rencana licik Tuan Kim, dengan cekatan Tuan Jeon mencelakakan keluarga Tuan Kim, namun keluarga Tuan Jeon sendiri yang celaka dan menjadi korban dalam kecelakaan tersebut .

...

Kantin IHS pagi itu tampak ramai seperti biasa. Sebagian besar diisi oleh siswa-siswa kelaparan setelah belajar dari kelas, sebagian lagi diisi oleh siswa-siswa keren yang pergi ke kantin hanya untuk tebar pesona.

Nara, Saemi, dan Han memutuskan untuk menempati meja kosong paling sudut kantin. Mereka memang sudah menjalin pertemanan dari sekolah menengah pertama dan tidak diduga mereka satu sekolah, bahkan satu kelas lagi. Han, lelaki pendek berkacamata, satu-satunya lelaki yang tidak gengsi berteman dengan dua gadis. Saemi, gadis periang dan penyuka bulgogi, serta teman Nara yang paling bisa mengerti.

"Han, sana kau yang pesan makanan saja," ujar Saemi.

"Tidak mau," balas Han.

"Tuan muda Han, kau belum tau rasanya dipotong-potong dan dipanggang, ya? Kalau belum, akan kulakukan saat ini juga!"

"Ne," Han berdiri cepat. Masih dengan wajah sebal, lelaki itu menatap Saemi dengan mulut komat-kamit.

Han phobia dengan binatang berbulu. Pernah saat suatu waktu Han menyepelekan perkataan Saemi, esoknya Han dihadiahi kucing persia berbulu lebat di tempat duduknya. Membuat Han demam dua hari hingga bersumpah tidak akan mau duduk di bekas pijakan kucing berbulu itu.

Saemi mengalihkan pandangannya pada gadis di hadapannya kini. Tatapannya kosong, wajahnya lesu, dan bibirnya sedikit pucat.

"Hei!" Saemi menepuk lengan atas Nara, menyadarkan gadis itu yang sedari tadi mematung seperti benda yang tak bernyawa.

"Hah?" Nara berhasil sadar. Rasanya kesadarannya seperti ditarik secara paksa. "Kau bicara apa barusan?"

"Aku tidak bicara apapun. Apa sih yang kau pikirkan? Kau sedang tak enak badan?" tangan kanan Saemi berusaha mengecek suhu tubuh Nara melalui dahinya.

"Ti-tidak ada."

Bohong.

Nara tadi bengong memikirkan peristiwa kemarin. Terakhir saat suasana hatinya sangat membaik, ketika ia bernyanyi bersama seorang anak perempuan di antara kerumunan orang-orang yang tampak mengapresiasi penampilan mereka. Namun belum sempat Nara berbicara pada anak itu, lengan Nara ditarik secara paksa oleh Haru dan ia meminta supaya Nara secepatnya meninggalkan tempat itu. Selama perjalanan, Haru tidak mengatakan sepatah kata apapun, setidaknya untuk menjadi penjelas atas sikapnya yang berubah ini.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang