[6]

140 46 22
                                    


Aku mempercepat langkahku ketika sudah sampai di depan gerbang agensi MS Entertainment. Rasanya aku ingin berteriak ketika mengingat hari dimana harga diriku sangat dipermalukan oleh pria pengguna sepatu madrid black itu.

Baiklah. Selain aku akan mengikuti audisi ini, aku berniat akan mengambil sepasang sepatuku yang sempat tertinggal di aula gedung ini pada hari lalu. Aku terpaksa mengenakan sepatu milik Aera yang ukurannya bahkan dua kali lebih sempit dari sepatuku. Tumit dan jempol kakiku sakit, tapi aku tetap harus mengenakan sepatu agar menghindari risiko dari penjaga sekolah.

Seorang pria jangkung berjas hitam dengan mengalungkan tali ID Card itu rupanya tengah menunggu seseorang di ambang pintu masuk.

"Kau terlambat 7 menit," ucap pria itu dingin.

Sialan.

Pada detik itu juga aku langsung bergegas mempercepat langkahku. Tapi pria itu menahan lenganku dan membawa tubuhku hingga kini di hadapannya. Wajah pria itu menjajari wajahku hingga hembusan napasnya dapat menerpa wajahku. Jangan tanyakan apapun, wajahku pasti merah.

"Coba hargai aku yang sudah membawamu kemari. Jika tanpa persetujuanku, kau tidak akan pernah mampu menginjakkan kedua telapak kakimu disini lagi."

Aku terkejut dengan perkataannya, bahkan saat pria itu lebih mendekatiku. Aku refleks berucap.

"Jangan mendekat!"

Pria itu mematung, dan menatapku. Aku dapat melihat ia mengukirkan senyum licik di bibirnya. Ia pun membawa badannya mundur dariku, lantas membenarkan jasnya sembari menatap arloji di tangan kirinya.

"Ah, panggil Haru. Haru Oppa, khusus dirimu panggil aku dengan sebutan itu, wajib dengan oppa."

Pria berengsek. Aku tak akan pernah sudi melontarkan panggilan itu padanya.

"Permisi, biarkan aku masuk," ucapku tak sabaran. "Haru-ssi."

Aku menata kembali poniku yang agak berantakan. Memantapkan langkahku menuju lokasi audisi sembari mengingat-ingat arahnya. Aku memeriksa setiap ruangan bahkan setiap inci dari gedung ini. Nihil. Aku tak menemukan siapapun disini. Aku pun memutuskan untuk berbalik dan menemui Haru lagi.

Jantungku hampir saja copot ketika kutemukan manusia yang rupanya sedari tadi membuntutiku. Pria itu tengah bersandar santai di dinding dengan posisi menyamping. Ia tidak melihat kearahku, melainkan tampak sedang sibuk memainkan ponselnya.

"Haru-ssi?"

"Katakan padaku berita baik bahwa kau tidak menemukan seorangpun di gedung ini, kecuali aku," ucapnya santai.

Aku terbelalak tak percaya. Jadi, Haru sengaja melakukan ini? Tapi apa rencana sebenarnya?

"Kau mengikutiku?" tanyaku memastikan.

"Kau akan menyanyi dan menunjukkan bakatmu kepadaku. Aku ini seorang manager di agensi ini. Aku tahu kualitas mana yang perlu dibutuhkan agar menjadi trainee di MS Entertainment. Satu lagi, aku adalah putra dari seorang CEO agensi ini, Kim Min Seok."

Dari situ, sudah bisa menilai seberapa mendominasi dirinya, kan?

"Baiklah, aku ingin menyanyi sekarang."

Aku menarik napas dalam. Aku berencana akan membawakan sebagian part dari The Truth Untold yang dibawakan oleh salah satu group band bersejarah di Korea Selatan.

"And I know
neoye ongin modu da jinjjaran geol
pureun kkocheul kkeokkneun son
jabgo shipjiman–"

"Aku mengagumi suara emasmu."

YouWhere stories live. Discover now