4 : 말다툼 [Pertengkaran]

Start from the beginning
                                    

Riana menatap Yerika malas, "Kalau gue ada duit mah, gue udah nonton Yer."

Yerika tertawa, "Iya, iya, sini sini. Gue kasih."

Vania memutar bola matanya malas melihat sekelilingnya yang membahas perihal anggota boyband asal negeri ginseng tersebut. Ia pun beralih pada Elina yang tengah bermain ponsel. "Mau kantin nggak, El?"

Elina menoleh. "Kantin? Yaudah yuk," ujarnya lalu bangkit dari kursi.

Sadar kedua sahabatnya bersiap pergi, Yerika pun menoleh, "Eh, mau kemana?"

"Kantin. Mau ikut?" tanya Vania.

Yerika mengangguk lalu menyerahkan ponselnya pada Riana. "Nih, pegang hp gue. Kirim sendiri. Inget, jangan buka-buka chat gue sama Bubu." Yerika bangkit dari duduknya dan berjalan mengimbangi kedua sahabatnya.

"Nanti ke toko buku ya?" ucap Yerika pada kedua sahabatnya tersebut.

"Udah bilang juga sama Ayana?" tanya Elina memastikan.

Yerika mengangguk. "Malah Ayana yang ngajak. Mau beli novel Dear Doyoung, katanya."

"Memang ada ya novel Dear Doyoung?" ucap Elina bingung.

Yerika mengedikkan bahu. "Tahu tuh, Ayana. Berasa dia kali, penulisnya. Ngarang-ngarang judul."

"Gue nemein kalian aja, deh. Gue nggak ada yang mau di beli soalnya. Duit gue abis buat konser kemaren," ujar Elina.

Vania menganggung. "Iya, gue juga nemenin kalian aja. Bingung mau beli apa. Mau beli buku pelajaran, pasti juga nggak di baca. Mau beli novel, gue lebih seneng nonton."

"Gimana kalau abis dari toko buku, kita nonton?" usul Elina.

Vania mengangguk setuju. "Boleh, boleh. Nonton film Marirasa aja, gimana?"

"Emang Marirasa udah tayang? Marirasa yang dari novel itu 'kan?" ucap Elina.

Vania mengangguk.

"Boleh deh," ucap Elina dengan senyuman.

"Ngomongin film Marirasa, gue jadi keinget Ayana," ujar Yerika.

Kedua sahabatnya menoleh. "Kenapa?"

"Lo inget 'kan dulu waktu SMP gimana Ayana ngejer-ngejer Dimas. Dah kaya Ici aja gitu kelakuannya."

Ici sendiri adalah tokoh dalam film Marirasa.

Vania mengangguk. "Iya, iya, gue inget banget. Udah di tolak mentah-mentah, masih aja suka. Di saat Ayana ikhlasin Dimas, eh Dimas yang suka. Tapi untung aja mereka sempet jadian, seenggaknya cinta Ayana kesampaian gitu."

Yerika mengangguk membenarkan. "Tapi, jujur, gue masih nyayangin keputusan Ayana buat putus dari Dimas."

"Dimas posesif, Yer. Wajar dong kalau Ayana putusin Dimas," ujar Elina. "Dimas tuh tipe cowok yang apa-apa harus kirim pap. Pergi kemana kirim pap, lagi ngapain kirim pap, untung Ayana lagi boker gak disuruh pap."

Yerika dan Vania tertawa mendengar ucapan Elina.

"Tapi Dimas sama Kak Arkan posesifan siapa, El?" tanya Vania terkekeh.

"Dimas sama Arkan beda! Dimas posesif, kalau Kak Arkan—"

"Apa?" tanya Yerika ingin mendengar jawaban Elina.

Elina berdecak. "Cowok nggak tau di untung. Udah gue kasih sayang, malah gue di buang," jawab Elina membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

Arkan adalah mantan kekasih Elina yang pergi tanpa kejelasan.

"Denger-denger dia pergi ke Amerika ya?" celetuk Yerika.

Elina melebarkan matanya. "Seriusan? Lo kata siapa?"

Meet You in Korea [LENGKAP]Where stories live. Discover now