BAB 1: Hukuman Untuk Sang Anak

1K 108 6
                                    

____________________________

Dia berjalan dengan langkah berat menyusuri lorong yang di batasi pilar pilar putih yang indah nan menjulang. Dia adalah lelaki bertubuh kekar yang memakai jirah perang yunani yang lengkap terbuat dari emas yang berkilau. Kepalanya pun terlindungi oleh helm perang yang menutupi nyaris seluruh wajahnya kecuali mata dan mulut ke dagunya. Matanya yang menyala bak lava pijar terlihat seolah meninggalkan jejak cahaya yang menyerupai laser. Dia berjalan dengan ekspresi angkuhnya yang khas. Saat lorong yang di batasi pilar itu berhenti tampaklah ruangan yang begitu megah dan mewah dengan arsitektur yunani kuno. Di bagian tengah ruangan terdapat deretan singasana singasana berbeda bentuk yang membentuk setengah lingkaran yang mengelilingi sebuah meja. Dimana di meja itu terdapat miniatur dunia tempat mereka mengawasi para manusia di bumi.

Di singasana bagian tengah terdapat sepasang pria dan wanita yang memakai pakaian yunani kuno. Yang laki laki duduk di singasana putih yang megah. Di bagian kanannya terdapat tempat dimana dia meletakan petir petir miliknya. Dan disebelah kiri terdapat bagian yang cekung namun tidak begitu dalam tempat dia meletakan cangkir kopinya. Lelaki itu duduk di singasana dengan ekspresi tegang dan wajah mengeras. Ketara sekali dia tampak emosi. Dia berperawakan kekar berotot. Dengan rambut kelabu serupa awan mendung dan janggut serta kumis dengan warna yang sama. Matanya kelabu gelap serupa langit yang tengah menurunkan hujan badai dan petir petir yang berkilat. Dia menatap lelaki berbaju jirah dengan tatapan tajam.

Disebelahnya adalah seorang wanita yang memakai pakaian gaun yunani kuno yang indah. Dengan hiasan berbentuk bulu merak yang menghiasi beberapa detail bajunya. Dia duduk di sebuah singasana putih dengan sandaran membulat berbentuk lengkungan bulu merak yang indah. Disamping kanannya terdapat sebuah tongkat emas bermahkotakan bunga teratai yang mekar. Wanita itu tampak cantik dengan rambut pirangnya yang dikepang rapi bermahkotakan mahkota tinggi dari emas yang cemerlang. Dia menatap lelaki berbaju jirah yang datang dengan tatapan jenuh sambil bersandar disingasananya.

Lelaki berbaju jirah itu sudah sampai di depan keduanya. Dia tampak jengah karena harus menghadap orang tuanya seperti ini. Dengan gerakan malas dia melepaskan helm yang di gunakannya. Menampakkan keseluruhan wajahnya yang tan seolah terbakar matahari. Wajahnya tampak seperti tengah marah namun sebenarnya itu ekspresi bawaannya. Mata serupa lava pijarnya terlihat mengeluarkan lidah api di sudut matanya.

"Ada perlu apa ayah memanggilku kesini?" tanyanya dengan nada tegas.

"Ares, kau tahu apa yang membuatku memanggilmu kesini?" ucap sang ayah dengan nada menggelegar. Lelaki berbaju jirah bernama Ares itu bahkan bisa merasakan hembusan angin kuat yang datang dari sang ayah. Pertanda emosi sang ayah tengah naik.

"Kalau aku tahu aku tidak akan bertanya." Ares terdengar menahan nada bicaranya.

"Benar juga," gumam Zeus. Pria berambut dan berjanggut kelabu itu. Wanita disampingnya tampak meliriknya dengan alis mengernyit. "Ares, kau sudah membuat olympus kacau. Ini benar benar keterlaluan. Kau membuat taktik yang membuat dewa dewi olympus berperang kecil di sini di bantu dewa dewi minor. Kau tahu betapa itu membuatku pusing."

"Ayah, aku ini dewa Perang. Jika aku tidak menyukai perang dan menimbulkan perang maka aku bukanlah dewa Perang." Ares tampak heran kenapa Zeus memanggilnya hanya karena masalah itu. Bukankah dia memang sering melakukannya dan selama ini Zeus tidak peduli kecuali jika tingkah Ares benar benar memganggu sang ayah.

"Anak kita benar suamiku, dia kan memang selalu seperti itu. Kenapa kau begitu memusingkannya?" Wanita di samping Zeus menimpali.

"Kau memang dewa Perang tapi Athena tidak sepertimu." jawab Zeus. Masih pada pendiriannya.

"Jangan samakan aku dengan Athena. Aku dengannya jelas jelas beda divisi, ayah." Ares berbicara dengan rahangnya yang terkatup. Dia kesal dibandingkan dengan Athena. Dia tidak pernah akrab dengan wanita sok pintar itu. Dan kini malah dibandingkan. Ares tahu Athena adalah anak kesayangan Zeus. Tapi tidak seperti itu juga konsepnya.

Sang DewaWhere stories live. Discover now