6

4.6K 553 36
                                    

"Jim, kira-kira kapan ya aku bisa ketemu mas crush lagi?" Taehyung aduk-aduk milkshake nya malas. Tatap kosong kantin kampusnya yang ramai kalau siang hari. Bibirnya dimajukan. Sibuk galau pikirkan gebetan yang wajahnya tidak ia ketahui. Anonim.

Jimin terdiam, tatap lama Taehyung. Pikirnya Taehyung langsung mengetahui gebetannya itu siapa kala bertemu dengan tunangan kakaknya. Tapi, ternyata tidak. Astaga, Jimin saja yang cuma lihat dari foto punggung itu langsung tahu begitu bertemu mas Jeongguk itu; kalau lelaki itu yang foto punggungnya dipunya Taehyung. Bahkan sudah lengkap dijadikan wallpaper ponsel.

"Kamu memangnya nggak pernah tebak-tebak gitu, dia orangnya gimana?" tanya Jimin. Ingin memberitahu sebenernya. Namun tahu kalau resikonya besar.

Geleng kepalanya pelan, pasrah sekali, "Nggak tahu, Jim. Nggak ada kepikiran." ujarnya. "Aku cuma hafal punggung sama baju yang dia pakai waktu itu aja."

Jimin hela napas, astaga, "Tae, kalau baju doang, mah, yang punya kan nggak cuma mas crush-mu itu!" gemasnya.

Bibirnya semakin dimajukan, kepalanya menunduk. Sedih sekali dengar kata-kata sahabatnya. "Iya, aku tau. Makanya aku nggak harap banyak." katanya. "Jangan ngegas gitu, aku ini lagi galau, Jim. Sedih banget tau."

Jimin menatap prihatin. Astaga, bibirnya gemas sekali ingin membeberkan semuanya biar senyum Taehyung terulas. Dielus punggung tangan sahabatnya, "Maaf.."

Taehyung angguk pelan. "Tapi, aku penasaran banget, Jim, sama mas crush aku. Gimana ini? Pengin ketemuuu." Rengekannya keluar. Jatuhkan kepalanya diatas meja.

"Tae, hei," panggil Jimin. Sakit juga hatinya lihat sahabatnya sebegitu galau. "Nggak mau cari yang lain aja gitu? Yang kamu tau wujudnya?"

Kepala Taehyung terangkat cepat, alisnya menukik, "Kamu mau bilang kalau mas crush aku itu hantu nggak berwujud?!"

Gelengkan kepalanya ceoat, tak ingin salah paham. "Bukan, bukan gitu maksudnya, Taehyung." ujarnya. "Maksud aku, di kampus kita kan juga banyak orang yang bisa kamu taksir. Daripada sama mas crush-mu itu, sudah kamu nggak tau wajahnya, kamu juga belum tentu ketemu lagi."

Air muka Taehyung mengeruh, semakin sedih. "Tapi, aku itu sukanya sama mas-mas itu, Jimin. Nggak bisa paksa. Kalau aku mau suka sama anak kampus, sudah dari kemarin-kemarin." jelasnya. Nadanya sedih sekali, astaga. Jimin tak tega.

"Kalau ternyata mas crush-mu itu sudah punya pasangan gimana?"

Taehyung terdiam cukup lama, kepalanya menunduk lagi, "Ya, aku...mundur? Aku juga nggak mau sakiti pasangannya. Aku cuma pengen ketemu, Jimin. Pengen tau orang yang aku suka itu siapa."

Jimin sesap minumnya sedikit, "Kalau sudah tau memang kamu mau apa? Mau dekatin dia?"

"Masih belum tau." Taehyung angkat bahunya lemas. Masih memajukan bibir dengan wajah sendu. "Tapi, mungkin aku agak lega kalau sudah tau orangnya. Kalau memang nggak memungkinkan aku buat dekat...ya sudah."

Jimin tawarkan genggaman tangan pada Taehyung. Dielusnya begitu tangan sahabatnya berada di genggaman; ingin beri semangat. "Udah, jangan sedih. Kalau kamu memang nanti jodoh sama mas crush-mu, pasti pertemuan kalian waktu itu memang bukan kebetulan."—walau sepertinya memang ini semua bukan kebetulan belaka.

Taehyung hanya mengangguk lemah sebagai balasan.

"Mampir?" tawar Taehyung. Jimin beri anggukan sebagai jawaban. Matikan mesin mobil dan keluar; mengekori Taehyung yang sudah lebih dulu.

Jimin sedikit lama melirik mobil yang parkir didepan mobilnya. Mobil hitam mengkilat yang Jimin yakini harganya mahal. Menerka siapa yang datang ke rumah Taehyung dengan mobil mewah di siang menuju sore hari ini. Tak peduli, Jimin lanjut mengekori Taehyung.

"Taetae pulaaang!"

Tiba-tiba hentikan langkah, buat Jimin sedikit bingung. "Kenapa, Tae?"

Taehyung gelengkan kepala pelan, "Enggak."

"Halo, Taehyung." sapa suara lain di ruangan itu.

Jimin yang mengintip dibalik bahu Taehyung ikut terkejut. Oknum yang diketahui sebagai gebetannya Taehyung itu ternyata datang; gunakan outfit yang ia dan Taehyung hapal mampus. Dari baju sampai sepatu. Mereka hapal mati.

"Eh—oh, halo, mas." Taehyung balas sapa dengan senyum canggung. "Mau ketemu kakak? Bentar saya panggilkan." Buru-buru berlari menuju kamar kakaknya. Sementara Jimin duduk didepan Jeongguk. Pasang tatapan selidik.

"Kamu temannya Taehyung?" tanya Jeongguk.

Jimin pasang tatapan datar. Berpikir apakah tunangan kakaknya Taehyung ini sengaja menggunakan baju itu atau memang kebetulan saja. Kepalanya mengangguk kemudian, dibarengi dengan gumam kecil.

"Jeonggukie!" suara Jennie terdengar. Taehyung yang mengekor dibelakang kakaknya beri gestur untuk mengikuti pada Jimin, yang langsung dituruti.

"Saya sama Taehyung ke atas ya, mas, kak." pamit Jimin pada keduanya. Lajukan langkah mendekati Taehyung dan ikut masuk ke kamar sahabatnya.

Taehyung lempar tas nya kasar, jatuhkan badan diatas kasur. Sembunyikan wajah di bantal. "Jimiiiin." Keluarkan rengekan, buat Jimin gerak mendekat.

Bangkit tiba-tiba, masih dengan rengekan, Taehyung berujar, "Nggak mungkin mas-mas yang aku suka itu mas Jeongguk kan, Jim? Iya, kan?"

Jimin hela napas. Ingin memberitahu pun tidak tega, "Iya, Tae. Mungkin aja bajunya sama." Jimin berusaha tenangkan sahabatnya yang mulai gusar.

Taehyung cepat-cepat mengangguk, "Iya, iya. Bener. Bajunya pasti sama, iya, pasti sama. Nggak mungkin banget soalnya kan, Jim, kalo mas crush aku itu mas Jeongguk?"

Jimin diam.

"Jimiiinn, jawaaaab." Taehyung keluarkan rengekannya lagi. Kedua alisnya berkerut, air mukanya cemas; bahkan kuku-kuku jarinya mulai digigiti. Cemas. Sahabatnya sedang cemas sekali.

Jimin jauhkan jari-jari Taehyung dari gigitan, "Jangan digigit. Nanti luka."

"Tapi, gimanaaa? Aku takut kalo mas crush aku itu ternyata tunangannya kakak, Jimiiiiiiin."

Jimin buka lengannya lebar, beri isyarat pada Taehyung untuk mendekat. Langsung saja Taehyung menghambur ke pelukan. Nyamankan diri dalam dekapan.

"Jim, aku takuut."

"Nggak apa, Taehyung. Mas crush-mu itu pasti bukan mas Jeongguk, kok. Tenang, ya?"

Taehyung beri anggukan pelan. Pasrah.

[]
hayoloh 👀

hardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang