3

5K 597 32
                                    

Satu, dua kali, dalam jangka waktu seminggu, Taehyung masih tahan dengan tingkah kakaknya yang makin menjadi kalau sudah berurusan dengan anak lelaki keluarga Jeon itu. Lama-kelamaan jengah dan lelah juga rasanya dimintai tolong terus-terusan; bukannya Taehyung enggan menolong orang. Hanya saja, kalau dimintai tolong—hal-hal yang menurutnya tidak penting—terus-terusan, muak juga jadinya.

Sudah bisa dipastikan, Taehyung sekarang officially jadi babu kakaknya kalau sudah berurusan dengan tunangannya.

"Taehyung!"

Baru saja diomongkan, kakaknya sudah memanggil lagi. Entah kali ini apa maunya. Hela napas panjang, Taehyung mendelik ke arah pintu kamarnya yang pasti sebentar lagi—

Brak!

Ya, dibuka paksa oleh kakaknya. Astaga, kalau pintu kamar Taehyung sampai rusak, sudah pasti orang yang akan ia cari pertama adalah kakaknya. Kalau perlu dengan tunangannya sekalian; karena lelaki itu juga kakaknya bertingkah aneh begini.

"Apa?" tampilkan wajah lelahnya, Taehyung bertanya. "Mau minta apa lagi, kak?"

Kakaknya tertawa, "Ehe, aku disuruh Mama antarkan makan siang ke Jeonggukie. Ayo, antarkan!"

Taehyung berdengung, malas. Gulingkan badannya diatas kasur dan tutup telinga dengan bantalnya, "Pergi saja sendiri. Apa guna ojek online?"

Terdengar suara hentakan kaki mendekat, bantalnya diambil paksa; astaga, bar-bar sekali kakaknya. "Aku maunya diantar kamu, Taehyungie! Kalau pakai ojek online, harus keluar uang lagi."

"Ya terus? Kakak kan punya uang." balas Taehyung malas. Tegakkan badannya, ambil kembali bantal yang direbut paksa tadi. "Lagian, emangnya aku supir kakak apa?"

Delikan tajam diberikan kakaknya, layangkan cubitan kecil pada pahanya tak lupa, "Kamu itu! Antarkan kakak aja apa susahnya, sih?!"

"Susah tau, kak. Butuh energi dan uang. Kalau mau traktir aku makan banyak sesudah antar ke kantor mas Jeongguk aja sih, nggak masalah." balasnya. "Kakak juga nggak pernah ganti uang bensin aku."

"Iya, nanti kakak ganti! Kakak belikan makan!" kesal kakaknya, "cepat sana ganti baju! Siap-siap!"

Setelah kakaknya keluar kamar, Taehyung tuju langkahnya ke kamar mandi dengan gontai.

Taehyung tak peduli, sungguh, kala kakaknya bertanya ke resepsionis letak ruangan Jeongguk. Tak diberi tahu oleh resepsionis itu, katanya harus buat janji. Sempat terpikir oleh Taehyung, memangnya Jeongguk tidak memberi tahu resepsionisnya kalau kakaknya ini mau datang?

Adu cekcok mulai terdengar dari kedua belah bibir kakaknya dan resepsionis. Taehyung kesal juga agaknya mendengar. Panas rungunya kalau sudah mendengar perdebatan mulut para wanita.

Ambil ponselnya segera, berniat telepon Somi; mereka sudah tukar-tukaran kontak omong-omong. Namun, Taehyung tidak menyangka kalau suara penerima panggilan diseberang sana bisa membuatnya sebegini merinding.

"Halo?"

Suara berat lelaki yang Taehyung dengar, bisa dipastikan suara Jeongguk. Abaikan sejenak masalah Jeongguk yang angkat panggilan, Taehyung lantas menjawab. "Um—ini mas Jeongguk?"

Sejenak panggilan itu penuh keheningan, Taehyung jadi ragu apakah barusan yang ia dengar suara Jeongguk atau bukan. Berniat mematikan telepon, tetapi suara diseberang menyahut dengan deheman. "Iya, ini siapa?"

"Saya Taehyung, adiknya kak Jennie." jawabnya. Lirik kakaknya yang masih berdebat dengan resepsionis, Taehyung buru-buru melapor, "Um—mas Jeongguk bisa ke lobby nggak? Ini kakak lagi debat sama mbak resepsionis di lobby."

"E—eh? Iya, saya kesana sebentar."

Taehyung putuskan sambungan sepihak, berusaha menarik bahu kakaknya untuk tenangkan. "Kak, udahan, bentar lagi mas Jeongguk ke bawah, kok."

"Nggak bisa! Padahal kakak cuma tanya ruangannya dimana—"

"Maaf," suara berat terdengar dengan napas yang masih tersengal buat beberapa pasang mata menatap. Tunangan kakaknya nampak datang dengan pakaian yang cukup berantakan, namun tak hilangkan sedikitpun ketampanannya.

Iya, Taehyung sejujurnya mengakui kalau tunangan kakaknya itu tampan.

Alihkan pandangan ke resepsionis, Jeongguk berkata, "Kalau besok-besok wanita ini atau adiknya datang ke sini, mau ke ruangan saya, langsung antarkan." Suaranya tegas, keluarkan segela otoriter yang dipunya; Taehyung tak tahu pasti jabatan yang dimiliki lelaki itu, nampaknya penting sekali.

Usai urusan dengan resepsionis, Taehyung mengekor dibelakang kakaknya dan Jeongguk menuju ruangan kerja tunangan kakaknya itu. Taehyung dudukkan diri di sofa yang tersedia di pojok ruangan Jeongguk, biarkan kakaknya dan Jeongguk punya spasi sendiri.

Sesekali terdengar suara konversasi pendek keduanya. Taehyung abaikan, fokus mainkan ponsel untuk bertukar pesan dengan Jimin.

"Adik kamu nggak diajak makan?"

Suara Jeongguk samar-sama terdengar di telinga Taehyung, namun fokusnya masih pada balasan Jimin yang membuatnya tertawa kecil; aku mau nangis kalau lihat mukanya Yoongi, manis banget! TAT

Taehyung dengar suara deheman, lirikkan matanya sebentar ke arah kakaknya dan tunangannya; gusar kala tidak mendapati eksistensi kakaknya. "Kak Jennie kemana, mas?"

Kentara jelas kalau tunangan kakaknya itu gugup, Taehyung berusaha menahan tawanya. Jeongguk tampak berdeham beberapa kali, "Ke toilet."

Taehyung anggukkan tanda paham. Ingin kembali balas pesan Jimin yang masih terabaikan, namun urung kala tunangan kakaknha lontarkan pertanyaan.

"Kamu—kok bisa telepon saya tadi?"

"Oh, Somi kasih nomornya ke saya. Makanya saya telepon begitu tau kakak cekcok tadi. Maksud saya tolong teleponkan mas, kebetulan mas yang angkat." Taehyung ulas senyum tipis usai jelaskan.

Jeongguk tampak terdiam beberapa saat, "Oh, begitu." Tangannya sibuk menyendokkan makanan ke dalam mulut; tolehkan kepala ke arah Taehyung yang kembali sibuk dengan ponselnya, Jeongguk menegur, "Kamu nggak makan?"

Taehyung yang berpikir kalau sepertinya tunangan kakaknya ini ingin mengobrol, hentikan aktivitas—setelah pastikan Jimin tidak balas lagi pesannya. "Nanti saya ditraktir kakak. Itu makanan Mama bikin emang khusus buat mas."

Jeongguk usaikan kunyahan, terdiam sejenak sebelum balas, "Saya nggak bakal habis kalau makan ini sendirian."

Alis Taehyung berkerut, "Nanti kan ada kak Jennie ikut makan?"

Pasang mata gelapnya menatap Taehyung, kuarkan dominansi kuat, "Saya mau lebih dekat juga sama calon adik ipar saya. Sini, masih banyak makanannya."

Taehyung buru-buru beranjak dari tempat. Takut.

[]

sabar, masih awal hehe

hardWhere stories live. Discover now