Chapter 1 : Netra Sedalam Segara

569 266 390
                                    

Seorang gadis memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajah eloknya. Baskara yang mulai kehilangan sinarnya akibat tertelan segara, seakan mendekapnya erat. Memberi tanda perpisahan, sebelum mengantarkannya pada gulita.

Kulit kuning langsat yang begitu kontras dengan sorot senja, surai hitam bergelombang yang dibiarkan terurai terbawa hembusan angin, paras manis meski tiada senyuman terpatri di bibirnya. Kedua kakinya berayun pelan, menciptakan cipratan air yang mengenai bagian tubuh lainnya. Namun, damainya nampak tak terusik sedikit pun.

"Heh! Bisa gak sih kalo mau pergi bilang dulu!"

Perlahan kelopak mata itu terbuka, menunjukkan sepasang netra tajam hitam pekat. Kemudian, ia menoleh guna memastikan tersangka pembuat kegaduhan. Langsung ia dapati gadis lainnya berjalan dengan susah payah, menunduk menatap bebatuan agar tak tergelincir.

Sebuah senyuman yang amat tipis perlahan timbul, membuat paras itu kian menawan. "Licin, ati-ati Key," ujarnya.

Gadis bernama Keyra itu mendaratkan bokongnya pada bebatuan di tepi laut, ia menatap kesal lawan bicaranya yang sudah menghilang dari dua jam lalu. "Astaga Neva, gue cariin ke mana-mana, ternyata di sini," cecarnya.

Nevanzha Auristela Adyatama.

Gadis rupawan dengan lesung pipi di pipi kirinya itu hanya terkekeh ringan menanggapi kehebohan sahabat kecilnya.

"Nev, gimana di sana? seru gak?" tanya Keyra.

"Biasa aja," jawab Neva singkat.

"Manusia satu ini pasti gak bergaul sama sekali," gerutu Keyra yang masih tertangkap rungu lawan bicaranya. "Oh iya, abang gue nitip salam. Katanya kangen banget," ucap Keyra sembari menunjukkan pesan singkat dari kakak laki-lakinya.

Sebuah tawa ringan meluncur halus dari bibir Neva. "Betah banget ya dia di sana?"

"Lo juga! Kenapa betah banget di Bandung?! Sekalinya balik ke Jakarta cuman acara temu kangen keluarga lo doang, gak pernah tuh main-main sama gue," hardik Keyra meledak-ledak.

"Lo kira kita anak TK yang bebas main pas balik sekolah? Gue sibuk kuliah, lo juga."

Keyra menatap Neva sengit, berbanding dengan Neva yang menanggapi acuh tak acuh. "Cih, alasan. Kalo mau ngibul jangan sama gue," hardiknya sembari memutar bola matanya malas.

Neva menyunggingkan senyum mengejek, kemudian bangkit berbalik tanpa menoleh ke arah Keyra yang masih menatapnya kesal. "Ayo gabung sama yang lain," ucapnya seraya melangkahkan tungkainya.

Seakan kesadarannya ditarik paksa, Keyra langsung berusaha bangkit menyusul sahabatnya yang sudah berada cukup jauh dari posisi semula. "Woi tungguin dong! seneng banget ninggalin orang sih?!"

"Gak usah teriak-teriak kayak bekantan."

Bukannya tersinggung, Keyra justru terkekeh mendengar respond sahabatnya. Tumbuh bersama membuat Keyra paham betul bagaimana karakter Neva, begitu pun sebaliknya.

Mereka berdua kembali bergabung dengan yang lainnya di villa yang berlokasi di Pulau Dewata milik Keyra. Acara reuni ini sebenarnya hanya dalih yang digunakan Keyra guna menemui sahabatnya. Meski pada akhirnya, Neva tetap memilih untuk pulang lebih dari awal dari rencana.



ᨒᨒᨒ⭒⭒⭒ᨒᨒᨒ⭒⭒⭒ᨒᨒᨒ

Pukul 19.24

Cahaya meredup, gulita menyambut. Surya terlelap, tergantikan sempurna oleh rembulan. Sinar kelabu memancar mengikis gelap, berpadu indah dengan hamparan galaksi bak potongan nirwana.

Sepasang kaki cantik mengarungi luasnya bibir pantai yang beralaskan pasir putih. Gadis dengan surai tergerai itu, melangkah menggapai batas antara tirta dan bentala. Sapuan ombak mulai menyapa kaki telanjangnya, memberikan sensasi dingin. Namun, hatinya justru menghangat.

Gadis dengan nama indah yang berarti bintang putih dengan sinar paling terang di kelamnya malam itu mendongakkan kepalanya, menatap cakrawala. Senyuman manis kini terpatri jelas di wajahnya. "Halo mah, pah," sapanya.

"Udah lama ya? tapi Neva baru berani ke sini," ujarnya sembari terkekeh.

Neva mendongak menatap sang candra yang sedikit tertutup oleh mega. "Tenang aja, Aku hidup dengan baik kok."

Neva mengedarkan pandangannya pada sekitar, mengamati inci demi inci guna mencocokkan dengan ingatannya. "Kalian kok jahat banget ninggalin aku sendirian?" tuturnya sembari menjatuhkan diri pada bumi putih di bawahnya.

"Maafin neva," sorot hampa terpancar jelas dari kedua matanya. Ia kemudian melemparkan seikat bunga yang ia genggam sedari tadi.

Pikirannya berkecamuk kala memandang gulungan ombak yang mulai membawa bunga itu ke tengah lautan, haruskah ia percaya bahwa rasa rindunya akan tersampaikan?

"Lo juga harus minta maaf sama diri sendiri," gumam seseorang yang entah sejak kapan berada jauh di sebelah kanan Neva.

Setelah menyadari bahwa bunganya sudah terbawa ke tengah lautan dan tak lagi terlihat oleh netranya, Neva berbalik. Namun, netranya bertemu dengan netra lain yang tengah terfokus padanya.

Gadis bergaun putih itu terpaku pada kilauan sepasang netra di tengah gulita, sepasang netra sedalam segara. Ada perasaan aneh yang menjalar di dadanya, ketika tanpa sadar menyelam di dalamnya.

Sebuah ombak kembali menyapa kakinya, sensasi dingin itu membuatnya seakan ditarik paksa pada kenyataan. Ia kembali melanjutkan langkahnya acuh tak acuh, mengabaikan segala perasaan yang sempat hinggap.

"Akhirnya ketemu juga," lelaki itu tersenyum sembari menghembuskan nafas lega. "susah-susah nyari, eh malah gak sengaja ketemu," lanjutnya sembari memandang punggung Neva yang semakin menjauh.



ᜑᜑᜑ 𖥔 ᜑᜑᜑ 𖥔 ᜑᜑᜑ 𖥔 ᜑᜑᜑ




Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Nevanzha Auristela Adyatama

Note: aku bingung mau nambahin castnya si cantik ini, jadi aku cuman nambahin pict sebagai pemanis

Dipublikasi: 17 agustus 2021
Revisi: 7 juni 2022

Say You Love Me: Till The End [ON-GOING]Where stories live. Discover now