24

3.4K 635 307
                                    

Makasih banyak komennya, uwu❤️

Aku bersemangat 🔥🔥🔥


Happy reading!^^



~°~°~


Aku menyesali satu hal ketika menginjakkan kaki di hutan hujan yang sesuai dengan gambaran dari Anora.



Tidak pulang dulu untuk membawa jaket.


Aku terlalu fokus pada setiap kata yang Anora ucapkan sehingga tak berani melanggar satu kata pun. Termasuk langsung pergi setelah turun dari perbatasan dunia dewa. Padahal, sudah jelas bahwa tempat yang dituju memiliki suhu rendah.

Langit sangat gelap ketika aku tiba di hutan itu. Beruntung tidak hujan deras. Hanya ada tetesan air dari ranting-ranting dan dedaunan yang berada di atas kepalaku. Membuat jalanan yang kulalui becek dan berlumpur—harus ekstra hati-hati.

"Dinginnya," gumamku sambil memeluk tubuhku sendiri. Sial sekali aku mereka ulang mimpi-mimpi itu seratus persen. Kalau tahu akan begini, setidaknya aku akan membekali diri dengan pakaian hangat.

Bayangkan saja masuk hutan hujan hanya dengan gaun putih berenda. Bahannya tidak tebal. Angin bisa menembusnya dengan mudah. Belum lagi, tetesan-tetesan air yang mengenai bahu terserap kainnya dengan mudah.

Untung saja Anora membekaliku sepatu boots ketika hendak pergi. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kalau sampai menginjakkan kaki di sini menggunakan wedges.



Krak!


Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara ranting patah—terinjak. Aku benar-benar terpaku, tak berani menoleh atau berbalik.

Ayolah ... penjaganya diam di depan gua, kan, bukan berkeliaran di sekitar hutan?

Aku bahkan belum terlalu jauh memasuki hutan!



Srek .... Srek .... Srek ....


Terdengar suara langkah berisik—menginjak ranting dan lumpur—mendekat ke arahku. Langkahnya cukup cepat, membuatku berusaha menyingkirkan rasa takut dan membalikkan tubuh sebelum sesuatu yang buruk menimpaku.

Namun, tubuhku dibuat kembali terpaku ketika menemukan alasan dari suara berisik tersebut.

"Vernon ...," gumamku dengan mata membulat.

Vernon yang baru saja keluar dari balik semak-semak dengan menebas beberapa ranting langsung terpaku ketika melihatku. Matanya ikut membulat. Seolah-olah tak menduga akan bertemu denganku di tempat itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vernon tanpa bergerak dari tempatnya berpijak.

Aku mengerjap pelan. "Bukankah aku yang seharusnya bertanya? Aku tiba lebih awal."

Jantungku berdebar kencang. Semakin kencang seiring dengan bertambahnya waktu. Rasa-rasanya mau meledak! Kenapa Vernon terus menatapku seperti itu?!

"Aku mendapat misi," ucapnya setelah sekian lama terdiam. Perlahan kakinya melangkah ke arahku. Memacu debaran jantungku lebih gila lagi.

Half Blood 3 (Secret Of Roseline) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now