15

3.1K 621 210
                                    

Double nehhhh /bukan Dobleh :')/

Pertama aku ingin menepati janji. Berhubung aku juara 3 di kontes Cabaca, aku jadi double update. Untuk urusan bonus chapter aku memikirkan hal yang lebih menarik—setidaknya menurut aku. Jadi, ditunggu aja ya akan ada saatnya.

Kedua semoga ini bisa menyemangati kalian yang masih UAS dan memberi kerileksan bagi kalian yang udah selesai UAS.

Ketiga because I love you guys :')


Happy reading!^^



~°~°~



Aku tersenyum pada Dino yang berdiri di depan pintu. Ia tersenyum lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Selamat datang, Dino," sapaku.

"Terima kasih sudah menyambutku," ucapnya sambil mengusak kepalaku. "Aku tersanjung."

Aku tertawa pelan kemudian menyingkir dari daun pintu, membiarkan Dino masuk. Setelahnya aku menutup pintu di belakang dan mengikuti Dino menuju kamarnya.

"Loh, kupikir kau mau pergi dan tidak sengaja membuka pintu ketika aku hendak masuk," ujarnya.

Aku mengangguk pelan. "Memang, tadinya aku mau ke sekolah karena bosan sendirian di mansion. Tapi karena ada kau, ya sudah tidak jadi."

"Kau tidak pergi bersama Kakak?"

Aku mengedikkan bahu dan menghela napas berat. "Dia sudah pergi ketika aku bangun. Jangan tanya ke mana, aku juga tidak tahu."

"Kalau begitu, berangkat ke sekolah denganku saja," sahut Dino diiringi senyuman tipis. "Kita bisa jalan-jalan dulu sebentar. Tapi, aku harus menaruh barang-barangku dulu."

Aku melirik ransel hitam yang digendong Dino. "Apa yang kau bawa? Kurasa kau tidak membawa apa-apa ketika pergi."

"Memang tidak," balas Dino sambil membuka pintu menuju kamarnya, "tapi aku membawa barang-barangku di dunia manusia. Sepertinya aku akan tinggal cukup lama di sini "

Dino duduk di sisi ranjang dan menaruh ranselnya di lantai. Aku ikut duduk di sana sementara ia membongkar isi ranselnya.

"Aku membawa sesuatu untukmu," ucapnya seraya memberiku sebuah bungkusan. "Hadiah karena kau sudah berusaha keras."

"Wah! Apa ini?!" tanyaku antusias. Segera aku membuka bungkusan itu. Isinya adalah sebuah buku catatan dengan sampul kulit berwarna cokelat, dihias oleh tali biru berujung bulu-bulu cantik.

"Kurasa ini bisa membantumu," ucap Dino. "Karena tempat ini agak asing bagimu, mungkin kau tidak bisa menceritakan segala hal pada orang-orang di sekitar. Hal-hal itu bisa kau catat di buku ini."

"Memang," ucapku sambil memperhatikan lembaran buku, "ada hal yang sangat mengganggu tapi tak bisa kuceritakan pada orang lain."

Aku menghadap Dino kemudian tersenyum lebar. "Terima kasih telah mengerti perasaanku, Dino. Aku akan menggunakannya dengan baik!"

Dino terkekeh geli. Ia mengusap kepalaku lembut. "Kau menggemaskan. Tunggu sebentar ya? Aku akan membereskan sisanya."

"Kalau begitu aku akan menaruh buku ini di kamarku," ucapku sambil beranjak. Aku segera kembali ke kamar. Senyuman lebar masih terlukis di wajahku.

Mungkin dengan mencatat segala hal yang terjadi bisa membuatku menemukan petunjuk dengan mudah.

"Rolly!" Aku menyapa Rolly yang melintas di koridor dengan ceria. Ia tampak terkejut—melompat dan berputar. Namun, ia segera menghampiri begitu sadar aku yang memanggilnya.

Half Blood 3 (Secret Of Roseline) [Seventeen Imagine Series]Where stories live. Discover now