"Jeffrey?" Taeyong mengangkat sebelah alisnya saat meneliti kartu identitasnya.
"Hm." Lelaki yang bernama Jeffrey itu berjalan mendekati Taeyong. "Bukankah tidak sopan membuka dompet orang yang tidak kau kenal?" ucapnya tajam.
Taeyong memutar bola matanya. Dengan acuh ia melempar dompet hitam itu kembali pada pemiliknya. Tampaknya ia tidak akan bisa keluar dari sini dengan mudah.
Kaki kurusnya berjalan mendekati jendela kaca besar yang menampakkan pemandangan di luar. Awan mendung berbuat jahat dengan menghalangi matahari hingga suasana tampak redup.
"Jadi, bisa kau melunasi bayaran untukku?" Taeyong bergidik merasakan hembusan napas di tengkuknya. Ia bisa merasakan tangan kokoh melingkari perut datarnya.
"Take your hands off me if you still need your hands to fuck yourself." Taeyong berbisik tajam.
Jeffrey terkekeh pelan sebelum memundurkan tubuhnya. Lelaki cantik itu sungguh menggoda. Aroma tubuhnya yang begitu manis membuatnya ingin mengurung tubuh kurus itu dalam dekapannya.
"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau membayar hutangmu." Jeffrey berjalan menuju dapur untuk membuat sesuatu.
"Jika kau menahanku disini, setidaknya beri aku makanan." Taeyong duduk di meja makan sambil memperhatikan lelaki tampan yang berdiri membelakanginya. Bibirnya menyeringai menikmati pemandangan pantat berisi lelaki itu yang ikut bergerak.
"Bisakah kau mengembalikan ponselku?" Taeyong menopang dagunya bosan. Ia harus menghubungi Doyoung agar kelinci itu tidak panik. "Aku harus menghubungi tetanggaku agar memberi makan kelinciku."
Jeffrey sama sekali tidak menanggapi lelaki cantik yang tengah mengoceh itu. Ia membawa dua piring nasi goreng ke meja makan. Tanpa mengatakan apapun ia meletakkan salah satu piring di depan si cantik yang tengah menidurkan kepalanya di meja.
Mendengar benturan piring dan meja marmer, Taeyong menegakkan kepalanya. Ia meneliti nasi goreng yang masih mengepul di depannya selama beberapa detik sebelum menatap waswas pada Jeffrey yang tengah bersiap memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Kau tidak mencampurnya dengan hal-hal aneh, kan?" tanyanya curiga.
Jeffrey melirik sekilas wajah kelewat cantik lelaki di hadapannya. "Jika memang aku berniat membunuhmu, aku sudah melakukannya saat kau tidur di ranjangku." Ucapnya datar.
"Tidak. Aku tau itu. Maksudku adalah apa kau mencampurkan obat perangsang di nasi gorengku?" Taeyong bertanya polos seperti anak kecil yang menanyakan perbedaan kondom dan balon pada orang tuanya.
Jeffrey hampir saja tersedak. Setelah makanan di mulutnya tertelan sempurna, ia menatap Taeyong dengan binar jenaka. "Aku tidak perlu menggunakan obat perangsang jika aku bisa membuatmu terangsang dengan caraku sendiri." Seringai tampan menghiasi wajahnya hingga kedua dimplesnya tampak.
"Dasar lelaki mesum bodoh." Umpatnya pelan sebelum memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
.
.
Falling down deep into the dark
.
.
"Kau berjanji untuk mengajakku pergi berlibur!" mata serupa kucing itu mendelik kesal. Tangannya terangkat ke udara, bersiap memukul kekasih jangkungnya yang tengah duduk santai di sofa.
Johnny hanya terkekeh melihat raut kesal si mungil. "Kemarilah, babe." Tangannya terulur, menunggu sambutan Ten, kekasihnya.
Lelaki mungil keturunan Thailand itu mencebik. Tangannya memukul lengan Johnny jengkel sebelum menyambut ulurannya. Tanpa ragu ia menghempaskan pantatnya diatas pangkuan Johnny.
"Kita akan berlibur ke Paris setelah Jaehyun mengirim laporannya, ok?"
Ten tersenyum senang hingga matanya membentuk garis lengkung yang manis. Johnny mengecup kedua kelopak mata si mungil sebelum melumat bibir tipisnya. Tangannya meraba paha mulus kekasihnya yang terbuka karena lelaki mungil itu hanya mengenakan celana pendek.
PLAK!
Johnny melepaskan tautan bibirnya lalu menatap kekasihnya dengan bingung. Pasalnya, lelaki mungil itu menampar tangan Johnny yang bergerak memasuki celananya.
"You don't fuck me until you take me to Paris, John!" semburnya galak.
Johnny tertawa sebelum menarik tangan Ten kencang, menahan pinggangnya agar tidak bisa bangkit dari pangkuannya. "Sshhh, kau hanya perlu mendesah di bawahku." Ia membungkam bibir tipis lelaki mungil itu dengan ciuman sebelum memasukkan tangannya ke dalam kaus putihnya.
Drrttt.. Drrtt..
"Sebentar, babe." Johnny meraih ponselnya yang bergetar ribut. Ia menggeser tombol hijau sebelum menempelkan di telinga.
"Halo?"
"Halo, John?"
"Ada apa, hyung?" Johnny menggerakkan tangannya untuk membelai punggung Ten dari dalam kaus.
"Bisakah kau membantuku?"
"Uhmm.." Johnny menggeram saat Ten meremas pelan juniornya. "Ada apa, Taeil hyung?"
"Bisa kau membantuku mencari seseorang?"
"Ya, tent- mmhh.." Johnny menatap tajam kekasihnya yang menggerakkan pantatnya hingga menggesek juniornya. "Ehem, tentu, hyung. Kirimkan saja fotonya dan siapa namanya. Aku akan mencarinya."
"Baiklah. Aku akan mengirimkannya padamu. Terima kasih, John."
Tuut..
Johnny melempar ponselnya ke sembarang arah. Tatapannya begitu panas membakar Ten yang tengah tersenyum manis.
"Aku tidak akan memberimu ampun, babe."
.
.
.
Tbc

Halooo
Mau nyapa doang.
Sehat selalu kalian~
Terima kasihh 💕
YOU ARE READING
Falling (Jaeyong)
FanfictionMain Pair : Jaehyun Jung X Taeyong Lee Rate : NC - 21 Chapter : Ongoing Status : Onhold - hiatus ☠️AU, YAOI, Crime, Romance, Profanity☠️ Mari melompat ke dasar kekacauan sekarang. Semakin rusak dengan saling memeluk luka yang sama. Tidak apa meskip...
