01

326 18 2
                                    

Apa arti cinta bagi kalian? Menurutku sendiri cinta itu adalah sesuatu hal yang rumit dan mematikan, benar?

Terkadang kita sadar, bahwa kita ada di situasi yang hanya menyakitkan bagi kita namun harus diperjuangkan demi cinta.

Park Jimin, laki-laki yang berhasil membuatku merasakan hal itu semua.

Kami saling mengenal saat MOS sekolah menengah pertama pada hari terakhir.

Kala itu...,

Flashback on

Hari terakhir ini kami ditugaskan untuk membersihkan satu sekolah penuh, setiap kelompok memiliki tugasnya masing-masing.

Kelompokku ditugaskan membersihkan gudang sekolah di lantai 2, karena kelompokku yang lainnya belum datang maka aku berniat memulainya sendirian terlebih dahulu.

"Kotor sekali, ckck." Andai saja kalian lihat betapa kotornya gudang ini. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku saja.

Saat aku mulai menyapu, debu-debu mulai memenuhi gudang ini sampai aku mendengar suara batuk seseorang di pojok gudang.

"Huk! Huk!"

"Siapa itu!?" tanyaku yang kaget dan takut, karena seingatku hanya aku di sini.

"Huk! Huk!"

Suara batuk itu terdengar lagi, dan "ya! Apa kau tidak lihat aku sedang istirahat? Dan kau menyapu membuatku sesak napas," kata orang itu yang tidak kukenali sama sekali, namun ia terlihat sepertiku siswa baru.

Ia berdiri dan mendekatiku, sedangkan aku berjalan mundur dan menjadikan sapu sebagai alat pelindungku.

"Jangan mendekat! Atau aku tusuk kau pakai sapu ini!" ancamku yang menurutku mengerikan, namun ia malah tertawa karena ancamanku.

"Haha, kau gila ya? Bagaimana caramu menusukku dengan sapu itu! Haha," jawabnya yang malah mengejekku.

"Eumm, ya pokoknya jangan mendekat!" suruhku dan ia menurut.

"Baik-baik, aku tidak mendekat. Kau sedang apa di sini?" tanyanya saat ia melihatku hanya sendirian di gudang ini.

"A-aku?"

"Tidak usah gugup, aku bukan hantu."

"Ya! Siapa yang gugup!? Aku di sini karena ini tugas terakhir dari kakak kelas, bagaimana dengan kau?" jelasku yang membuatnya sedikit terkejut.

"Apa? Tugas terakhir?" tanyanya yang kujawab dengan anggukan.

"Sudah dimulaikah?" tanyanya lagi, yang kujawab dengan anggukan lagi.

"Kau bisu?" tanyanya untuk kesekian kalinya dan kujawab dengan anggukan lagi.

"Eh, aku tidak bisu!" Aku baru sadar, mengapa aku mengangguk?

"Hahaha, kau lucu sekali," ucapnya dengan bergegas menuju pintu untuk keluar.

Sebelum ia menghilang sempurna, "aku Park Jimin! Jangan lupakan namaku ya, Jung Soul!" Yang ia akhiri dengan melambai-lambaikan tangannya.

Tunggu! Bagaimana dia tahu namaku?

Flashback off

Aku masih mengingat dengan jelas, bagaimana kami bertemu dan tertawa satu sama lain untuk pertama kalinya.

Sekarang kami sudah menduduki kelas akhir di sekolah menengah akhir, hampir 6 tahun kami mengenal dan menjalin persahabatan.

Banyak yang mengatakan bahwa, "tidak ada persahabatan sempurna antara laki-laki dan perempuan" dan aku menyetujuinya.

Aku mencintai Park Jimin, apa aku salah? Selama ini aku sudah menahan perasaan ini karena takut menghancurkan hubungan persahabatan ini.

Namun kini, aku dan Park Jimin sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Tapi, itu semua hanyalah menghasilkan keterlukaan dalam hati.

Park Jimin yang kukenal tidaklah seperti Park Jimin setelah adanya status kekasih, dia sangat berbeda dan dingin.

"Jimin-ah! Ayo bangun, sekarang sudah jam istirahat dan kau melewatkan 5 menit untuk waktu istirahatmu." Aku menggerakan sedikit punggungnya karena ia tertidur di meja.

"Aku membawakanmu roti coklat kesukaanmu." Dan dia masih belum bangun, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin meneriakinya.

Lihat, bahkan saat ia tertidur seperti ini wajahnya terlihat sangat lembut dan seperti bayi kecil yang ingin kupeluk selalu. Aku harap, saat ia terbangun wajah lembutnya tidak menghilang.

"Jimin-ah," panggilku lembut dan berhasil membuatnya mengangkat kepalanya.

"Akhirnya kau bangun! Ayo makan bersamaku," ajakku dengan lembut.

Walaupun aku tahu jawabannya adalah,
"tidak," katanya yang melihatku dengan sinis dan tajam.

Aku hanya bisa tersenyum rapuh melihat respon yang ia berikan, aku sudah terbiasa diberikan tatapan sinis dan tajam oleh dirinya.

"Dan bisakah kau, jangan menghampiriku dan memanggil namaku satu hari saja? Karena aku muak, Jung Soul."

Serta kata-kata yang menusuk dari mulutnya, aku sudah terbiasa.

---------------------------
Cinta bertepuk sebelah tangan?
Apa pendapatmu?

Valuable In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang