Mata Nadin menatap Bu Maria yang sama-sama di rundung was-was. Mereka di selimuti was-was karena kemungkinan  kelompok bersenjata itu masih mengejar mereka berdua. Nadin dan Bu Maria masih di selimuti teror karena pasti mereka masih mencarinya.

Nadin menahan nafasnya ketika ia merasa bahwa kelompok itu mulai mendekat. Nadin lantas memegang pundak Bu Maria dan membawanya merunduk lebih dalam lagi. Mereka sama-sama menahan nafas. .

Namun sedetik kemudian, Nadin hanya bisa pasrah ketika sebuah senjata menodong ke arah mereka. Matanya memejam karena merasa tamat sudah riwayat mereka. Nadin hanya bisa pasrah ketika senjata itu semakin mendekat di kepalanya, bersiap mengeluarkan peluru untuk di tembakkan ke arah kepalanya tanpa ampun.

*****

Setibanya di Kalimantan, Raksa langsung di kirim ke dalam pedalaman. Menurut mata-mata, kelompok terorisme dan senjata itu semakin liar saja, membuat teror dan terus mengeruk kekayaan rakyat dan menyeludupkan berbagai barang illegal bahkan narkoba menjadi komoditas utama mereka untuk memperoleh kekayaan yang banyak dan cepat.

Setelah mempelajari peta sebaran jalan yang akan di lewati nanti, Raksa melaksanakan brifing sebentar dengan anggota yang lain. Rencananya mereka akan mengepung kelompok yang sudah mulai menguasai hutan itu. Pihak kepolisian dan TNI sudah berkoordinasi dan bersinergi sehingga mereka sepakat bekerja sama dan mengepung wilayah hutan yang tak bisa di bilang kecil itu. apalagi hutan belantara yang begitu rimbun hingga cahaya matahari kadang tak bisa menembus lebatnya daun di hutan hujan tropis.

Raksa dan satu kawannya mulai menyusur hutan. Mereka berangkat berpencar dan sudah saling terhubung. Kali ini operasi senyap itu akan berjalan tanpa sepengetahuan siapa pun.
Dengan berbekal peta yang sudah di petakan dengan titik koordinat, Raksa terus menyusuri lebatnya hutan. Tak terasa kini hutan mulai menggelap tetapi mereka belum menemui titik terang mengenai keparat itu.

"Izin, kita masih zonk ndan. Bagaimana ini?" Ucap Serka Deni tiba-tiba. Lantas Raksa menghentikan langkahnya. Ia menatap Serka Deni. "Kita teruskan saja perjalanan ini." Ucap Raksa kemudian dan laki-laki itu kembali berjalan dengan mengendap pelan. Perlahan ia menyibak daun yang menghalangi jalannya.

"Ndan!" Seru Serka Dani. Lantas Raksa menoleh ke arah belakang.

"Jejak manusia." Ucap Serka Dani kemudian. Lantas Raksa mendekat dan berjongkok, menyalakan senter kecil yang nyalanya temaram. Tangannya menyentuh tanah bekas pinjam tersebut dan kemudian menciumnya.

"Kemungkinan mereka menuju utara. Ayo kita cepat ke sana sebelum mereka mengelabui kita." Perintah Raksa lagi. Tanpa kata-kata, mereka berjalan kembali menuju arah utara. Perlahan mereka menemui titik jelas. Raksa dengan awas menatap sekitar. Walau hutan sudah petang, tetapi ia tak mau berhenti sebelum menemui titik terang di hari pertama. Minimal ia mendapat petunjuk yang mampu mengungkap kasus ini.

Serka Dani melirik Raksa yang berhenti dan menginstruksikan untuk berhenti sejenak. Tangan dengan pelan menyibak dedaunan. Aroma asap begitu tercium jelas, menandakan ada kehidupan yang baru saja dibuat.

Lewat anggukan kepala mereka berkoordinasi. Tanpa kata-kata, hanya sebuah isyarat yang tak tertebak. Isyarat tersebut hanya beberapa orang yang tahu. Tak sembarang isyarat karena mereka juga belajar lama untuk masalah sandi ini. Bukan instan yang langsung bisa paham begitu saja, ibaratnya seperti menghafal morse dan sandi di dalam kepanduan. Tapi ini lebih berat dan kompleks tentunya.

Lantas senjata laras panjang Raksa diangkat, kepala merunduk berdekatan dengan senjatanya, begitupun Serka Dani. Mereka perlahan berjalan dan mendekat ke arah asal itu.

Kembali, lewat anggukan mereka saling berkoordinasi, mereka saling memberi sinyal kapan akan melangkah dan kapan harus menahan diri sebentar. Lantas isyarat ini menandakan jika Raksa hendak menodongkan senjata ke arah balik pohon ini di depannya ini. Senjata Raksa tepat berada di pelipis salah satu orang di sana. Lantas tangan orang tersebut mengangkat, reflek.

DersikWhere stories live. Discover now