4. Pisah Arah

5 0 0
                                    

Kala aku melihat langit. Aku menatapnya kosong. Entah apa yang terjadi dalam diriku. Seperti, kosong? Atau hampa? Aku tidak tahu. Yang penting setelah kita memutuskan untuk memilih jalannya masing-masing membuatku sedikit depresi menjalani hidup. Berat rasanya tidak sejalan denganmu. Aku ingin menarik dirimu sekuat tenaga agar kamu kembali. Ternyata apa yang kudapat? Hanya lelah yang tak berarti. Apakah aku memang harus jalan sendiri?

Jujur saja aku takut. Aku takut tersesat dalam jalan yang ku pilih. Biasanya kau yang selalu memberi tahu tujuan kita hendak kemana. Aku hanya mengarahkanmu dalam perjalanan menuju tujuan itu. Sangat kompak. Mungkin hal tersulit saat melewati lembah berliku. Hilang sinyal dan susah arah. Tapi, kita akhirnya menemukannya kan, sayang?

Jujur saja aku ingin melompat ke jurang saat ini. Melihatmu berjalan lesu tanpa semangat yang biasa kita bangun membuatku sakit sendiri. Membuat diriku menyalahkan semua yang ku miliki. Bodoh memang. Hal ini terjadi memang bukan kemauan kita, tapi orang terpenting kita. Orang terpenting yang kita anggap penting tapi mereka menganggap kita tiada.

Jujur saja dari semua kejujuranku ini, aku ingin diam. Memaki semua jalan yang telah aku lewati dengan berlari. Ingin menyudahi perjalanan yang tak berarti ini. Tujuan tidak ada, jalan yang indah tidak ada, lalu apa yang aku dapat? Oh iya, lupa. Hanya cibiran manis dari orang yang kita sayangi. Persetan.

Jika nanti kita hidup di lain waktu, mari kita bertemu di titik ini. Mari kita menjadikan semua angan kita tanpa mempedulikan orang lain, budaya, dan latar belakang. Mari kita lupakan itu semua. Untuk saat ini? Menjalani jalannya masing-masing dengan menatap ke bawah adalah sebuah pilihan. Mungkin kita memang butuh waktu bersama untuk mengubur angan kita dalam-dalam. Hanya sekedar memori-memori kecil yang kita sukai tapi rasanya melekat di hati. Susah juga ya melepaskan. Lem apa yang kau pakai untuk menempelkan memori ini pada otak dan hati ku?

Apakah kamu sudah mengumpulkan semua yang ingin kau pendam? Aku belum. Karena melepaskan kenangan kecil bersama mu membuat seluruh badanku terluka. Aku bahkan tidak tahu bagaimana dulu aku menempelkannya. Yang aku ingat, senyuman yang kau beri terasa sangatlah hangat.

Berjalan sendiri adalah pilihan. Mari sama-samamenengok keseberang jalan untuk saling memantau keadaan satu sama lain darijauh.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berci Abigail - Pisah ArahWhere stories live. Discover now