.

.

"Sialan! Jangan berteriak di telingaku, bodoh!"

Kaki rampingnya berjalan santai keluar dari sebuah restaurant. Ia sesekali menatap punggung seorang lelaki yang berjalan lima ratus meter di depannya.

"Kau membuang-buang waktu jika harus mengganti pakaian dulu."

"Berhentilah merengek, kelinci sialan." Bisiknya jengkel. Partnernya begitu cerewet hari ini. "Beritahu saja nomor kamarnya, aku akan melakukannya seperti biasa. Dia harus mati hari ini."

"1408, lantai 14. Beritahu aku jika-"

Tuut

Lelaki cantik itu memutuskan sambungan pada alat komunikasi yang terpasang di telinganya tanpa menunggu partnernya selesai berbicara. Telinganya terasa panas mendengar ocehan lelaki yang ia sebut kelinci itu.

Ia terlahir dengan nama Lee Taeyong. Nama yang cantik andai saja ia suka disebut cantik. Paras ayunya tak bercela. Daripada tampan, wajahnya lebih dominan terlihat cantik. Mungkin itu sebabnya ia selalu berusaha menyembunyikan wajahnya saat berada di luar.

Matanya fokus memperhatikan lelaki yang kini berjalan memasuki gedung apartement. Taeyong berhenti berjalan, memastikan lelaki itu benar-benar memasuki gedung. Ia berbalik, menuju toko terdekat yang bisa ia gunakan untuk berganti pakaian.

Dibalik paras cantiknya, tidak akan ada yang menyangka bahwa lelaki itu telah melubangi kepala beberapa orang. Siapapun akan terjerat oleh binar memikat manik legamnya. Hal itu memudahkannya melumpuhkan target yang sudah ia tentukan.

Taeyong memiliki kebiasaan unik sebelum melakukan aksinya. Jika dalam mode pengintaian ia akan menggunakan hoodie dan jeans, maka saat akan mengeksekusi targetnya, ia akan mengganti pakaiannya terlebih dahulu dengan setelan serba putih yang melekat pas di tubuh rampingnya.

Langkahnya begitu santai memasuki gedung apartement yang sebelumnya dimasuki oleh targetnya. Beberapa kali ia melirik tajam orang-orang yang tertangkap basah sedang memperhatikan dirinya. Ia merasa tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

Taeyong mempercepat langkahnya saat melihat lift yang bergerak menutup. Ia dengan cepat menyelipkan tangannya, mencegah lift tertutup.

Hal pertama yang ditangkap matanya adalah iris sewarna hazelnut yang tajam. Napasnya sempat tertahan beberapa detik sebelum ia mengendalikan diri dan melangkah santai memasuki lift.

Aroma maskulin yang menyegarkan mengambang di udara. Biasanya ia akan muak mencium aroma parfum yang membuat kepalanya pusing. Tapi ini adalah jenis aroma yang membuatnya tenang.

Taeyong melirik panel lift dengan angka 12 menyala. Ia berasumsi bahwa lelaki tampan di belakangnya itu tinggal di lantai 12. Jemarinya menekan angka 14 yang menjadi tujuannya.

Berada di ruangan sempit dengan seorang lelaki asing, membuatnya lebih peka. Ia bisa merasakan tatapan lelaki tampan itu padanya, seolah sedang menelanjanginya. Rasanya asing. Anehnya, walaupun ia merasa risih ditatap oleh lelaki jangkung itu, tapi ia tidak sampai merasakan amarah seperti biasa.

Taeyong tidak tahan untuk tidak menoleh ke belakang. Benar saja, lelaki itu tengah menatapnya dengan intens.

"Suka dengan apa yang kau lihat?" ia memperhatikan raut datar tak terbaca lelaki itu. Entah sadar atau tidak, seringai tipis melengkung di bibirnya.

"Aku lebih suka jika kau menyebutkan namamu."

Ada tiga hal yang mengejutkan Taeyong. Pertama, suara husky lelaki itu yang begitu merdu di telinganya. Kedua, cara bibir tebal itu bergerak ketika berbicara. Ketiga, efek tatapan tajam matanya yang dengan mudah memompa gairah hingga mengalir ke seluruh tubuhnya.

Taeyong mendengus. Ia tidak percaya bahwa lelaki tampan itu memicu reaksi asing pada tubuhnya. Ini tidak bagus. Ia kembali menatap ke depan, tak ingin terjerat terlalu dalam. Lelaki itu berbahaya.

Mungkin Taeyong lupa, bahwa ia sendiri juga berbahaya.

.
.
.

Tbc

Have a nice day in home, guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Have a nice day in home, guys.
Stay hydrated and don't forget to wash your hands

Thankyouu guys💕

Falling (Jaeyong) Where stories live. Discover now