"hati hati di jalan Wiea" ucap sang mama.

Wiea segera berangkat menuju tempat kerja nya dengan ditemani mobil bmw spot 8i kesayangannya.ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.

Tiga puluh menit kemudian Wiea telah sampai di parkiran kantor. Sungguh, bangunan kantor milik Trictton group sangat lah megah. Begitu kaya nya sang pemilik hinga bisa membangun gedung yang semegah ini.

Langkah kaki Wiea berjalan memasuki ruang utama gedung. Sudah banyak sekali para pegawai kantor yang sudah datang dan siap menyambut kedatangan sang pemimpin yang baru.

'dengar dengar anak dari presdir Hwang sangat tampan tau'

'anak presdir Hwang usianya juga masih muda'

'udah ganteng masih muda lagi. Bikin betah kerja deh nanti nya'

'kira kira anaknya presdir Hwang gimana ya? Ramah apa sebalik nya?'

Semua lontaran kata itu bagaikan sebuah informasi tersendiri bagi Wiea. Wiea memang belum pernah bertemu dengan anak dari presdir Hwang. Jadi ia tidak tertarik dengan itu.

Menurut Wiea,yang penting adalah ramah. Siapapun yang akan menggantikan presdir Hwang. Wiea selalu berharap itu adalah orang yang tepat. Orang yang dapat di percaya dan dapat di andalkan. Jangan sampai orang itu sombong dan malah menghancurkan perusahaan presdir Hwang.

Wiea berjalan menuju ruangannya yang ada di lantai dua. Karena semua karyawan magang di kumpulkan di lantai dua. Gedung ini. Memiliki tiga puluh lantai. Lantai bawah untuk rapat dan lantai ter-atas adalah ruangan presdir.

Semua devisi ada di lantai yang berbeda, dan khusus bagi yang masih bimbingan atau magang itu ada di lantai dua. Karena tidak terlalu di butuhkan dan masih belajar.

Karena malas berjalan lewat tangga, akhirnya Wiea menaiki lif untuk menuju lantai dua. Setelah keluar lif, wiea segera masuk kedalam ruangan yang sudah dua bulan ini menjadi teman bekerja nya.

"Wieaa..."

Suara panggilan itu mengagetkan Wiea yang sedang menaruh tas di kursinya. "ada apa Lesy? Kau mengagetkan ku!" sebal Wiea.

"maaf..." ucap Lesy dengan cekikian.

"kau tahu? kata pekerja lama, anak dari presdir Hwang sangatlah tampan dan mempesona. Aku sungguh tidak sabar untuk melihat nya" lanjutnya dengan gembira.

"masih katanya kan? Belum tentu kenyataannya" ucap Wiea dengan malas.

"aishh.. kau ini. Aku tahu sih kalau kau memang selalu diiringi lelaki tampan. Mangkannya kau sudah biasa" ujar Lesy dengan sinis.

"bukan begitu Lesy. Aku tak akan menilai orang sebelum melihatnya sendiri" jelas Wiea.

"ya ya ya... Yang cantik emang selalu beda" sindir Lesy dengan tertawa geli.

Wiea hanya tersenyum menanggapi teman seperjuangannya ini. Lesy memang orang yang sangat cerewet dan apa adanya.

"ya udah, kalau begitu kita harus segera kumpul di resepsonis untuk tau apa yang harus kita lakukan" ucap Wiea dengan menarik tangan Lesy untuk kelantai bawah.

Setelah mereka sampai ternyata sudah ada banyak pegawai yang kumpul. Sungguh antusias sekali mereka untuk melihat sang pemimpin baru. Setelah semua orang terkumpul, semuanya digiring menuju ruang rapat.

"saya disini selaku sekretaris yang akan membagi tugas kepada kalian untuk penyambutan pada jam 8 nanti.

Pertama untuk pegawai magang. Kalian berdua akan menyambut presdir dan tuan muda di depan lif yang ada di lantai 30. Karena kalian nanti akan melakukan interview langsung dengan presdir setelah acara selesai.

Dan untuk yang lainnya, kalian bisa ber-ada di depan ruangan masing masing untuk penyambutan. Karena presdir Hwang akan mengajak tuan muda untuk berkeliling.

Sekian yang saya sampaikan. Ini sudah jam tuju lebih lima belas menit. Kalian bisa menuju posisis masing masing. Karena presdir bisa saja datang lebih cepat"

Penjelasan dari sekretaris tersebut membuat Wiea dan Lesy membelalak tak percaya. Pasalnya kemarin mereka tak di beri tahu apa apa soal ini. Interview mendadak dengan sang presdir membuat nyali mereka menciut.

Namun Wiea dan Lesy tetap menjalankan tugasnya. Mereka menaiki lif untuk. Menuju ke lantai tiga puluh. Lantai terakhir yang akan di naiki oleh sang presdir.

Setelah memakan waktu hampir setengah jam akhirnya mereka sampai di lantai tiga puluh. Sungguh lama. Karena lif dipakai gantian. Sebenarnya lif disini ada dua. Tapi yang satunya hanya digunakan untuk presdir dan para tamu yang di bawanya.

"kau tau Wiea, aku sungguh gugup saat ini" ujar Lesy sedikit bergetar. Bahkan di pelipisnya keluar keringat.

"katanya kau tidak sabar ingin bertemu tuan muda yang tampan itu" ejek Wiea dengan senyuman jahil.

"iya sih. Tapi tidak untuk interview mendadak juga kali" sebalnya.

"udahlah. Kita ini termasuk orang yang beruntung bisa jadi yang pertamakali berhadapan sama presdir yang baru" hibur Wiea.

Bukannya Wiea tak merasa gugup sih. Tapi ia memang harus siap untuk ini. Kali aja kan kepilih buat jadi bendahara, atau sekretaris. Wiea tersenyum senyum sendiri dengan fikirannya.

"kau gila? Tadi kau terlihat tidak tertarik tapi sekarang malah senyum senyum mengerikan." ujar Lesy bergidik ngeri.

"bukan begitu Lesy, aku hanya membayangkan. Kali aja kan kita beruntung bisa dapat posisi di bagian bendahara atau sekretaris" jelas Wiea dengan percaya diri.

"wah wah wah... Hayalan mu terlalu tinggi untuk seorang yang masih bimbingan" ujar Lesy tidak percaya.

"fikiran presdir siapa yang tau sih?" elak Wiea.

"terserah nona Wiea deh Adek Lesy nurut" pasrah Lesy.

Setelah hampir setengah sepuluh, tiba tiba pintu lif terbuka. Ada presdir Hwang yang diikuti oleh anaknya, dan jangan lupakan ada mbk Windy si sekretaris yang berjalan di belakang mereka.

Lesy yang melihat kedatangannya dibuat ternganga oleh anak dari presdir Hwang yang begitu memukau. Berbeda dengan Wiea yang terlihat terkejut karena munculnya dia sebagai anak dari presdir Hwang. Hadirnya mereka dari dalam lif membuat Wiea seakan tertampar keras.

Radar bahaya bagaikan sirene yang memporak porandakan fikirannya. 'bagaimana bisa?' dia yang berbeda adalah anak dari pengusaha ternama presdir Hwang.

___

Hay readers.....

Gimana ceritanya?
Terlalu banyak narasi ketimbang dialog nya ya?

Coba deh kasih saran yang mendukung jika kalian ada yang kurang srek..

pleasant "EMERGENCY"Where stories live. Discover now