6

5.1K 351 8
                                    

Sesamapi di rumah kedua orang tuanya sudah berada di meja maian, dan orang tuanya meminta kedua anaknya membesihkan badanya dan bergabung untuk makan siang.

"Gimana apa kamu udah ada keputusan?"

"Ayah ini baru satu hari, Ayah kasih waktu Reva tiga hari kan?"

Ayah Reva mengangguk. "Iya tinggal dua hari lagi."

"Reva gak mau dijodohin atau tinggal ke Jerman itu keputusan Reva yah,"

"Mau nanti sudah waktu tiga hari keputusan Reva tetap sama tidak mau ke Jerman atau di jodohin.

"Reva, kam--."

"Dah nanti bahasnya, ini lagi di meja makan!"

Bunda dari Reva menghentikan perdebadan anak dan ayah.

"Nanti kita lanjut setelah makan, kita bicara di ruangan keluarga."

"Ravi juga mau ikut." Aryo menatap Ravi yang sekarang sudah fokus dengan makananya, lalu menghela napas membiarlan Ravi ikut.

***
Mereka berempat telah berada di ruang keluarga, Ravi dan Reva duduk berhadapan dengan orang tuanya.

"Ayah, maaf Ravi ingin berbicara sama kalian tentang Reva."

Aryo mengerutkan keningnya, namun dia masih diam ingin mengar kelanjutan anaknya lebih dahulu.

"Reva tidak mau di jodohkan atau tinggal di Jeramn."

Ravi mencoba berbicara dengan perlahan agar orang tuanya mengerti, dan menerima usulnya.

"Gimana kalau Reva kita masukan ke pesantren aja."

"APA!" Reva langsung berdiri dan menatap tajam kakanya.

Iya, dia tidak mau di jodohin atau ke Jeraman tapi tidak harus masuk pesantren juga kan.

Ravi menarik adiknya untuk duduk.
"Bang! Ke--."

"Sttt, Diem," Ravi memotong protesan adiknya itu, ia ingin mendengar jawaban orang tuanya.

"Pesantren?" Tanyanya yang di angguki Ravi

Aryo terdiam memikirkan usul yang anaknya berikan, sedang Ravi masih menenangkan adiknya untuk diam lebih dulu.

"Menurut Bunda giman?" Aryo menatap istrinya meminta pendapat.

"Menurut aku itu bagus mas, dari pada Reva di jodohin, belum tentu anak kita bahagia saat di jodohin."

Aryo mengangguk. "Lagian anak kita masih kelas tiga SMA, masih panjang perjalannya, cita-cita yang mau Reva gapai."

Aryo mengangguk lagi, "Ayah Sama Bunda setuju."

"Tapi Reva gak mau!" Bantahnya dengan Keras.

"Owh, brarti Ke Jerman!"

"En--."

"Biar Ravi yang kasih pengertian Yah." Kata Ravi memotong ucapan adiknya.

Reva menatap tajam adiknya. "Oke, kami percayakan sama kamu Ravi, bicarakan sama adik kamu."

Ravi mengangguk, dan meninggalakn anaknya, setelah orang tuanya tidak terlihat Reva langsung beranjak untuk menuju kamarnya, di susul oleh Ravi.

Ravi beralari menyusul adiknya, dan mencegah adiknya saat akan menitup pintu, mereka saling dorong.

"Dek, denger penjelasan abang dulu."

"GAK, REVA GAK MAU! BANG RAVI JAHAT!"

"Dek, plis kita bicara baik-baik ya, abang mohon."

Reva pun menjauhi pintu membiarkan kakanya masuk.

"Dek, itu jalan satu-satunya yang abang punya."

"Tapi kenapa harus masuk pesantren bang!"

"Gak ada pilihan lain dari itu dek, jika kamu gak mau itu terserah kamu, tapi janagn salahkan abang kalu ayah bunda memaksa kamu untuk ke Jeraman atau menjodohkan kamu secara paksa."

Ravi berdiri. "Pikirkan baik-baik."

Reva menatap kepergian kakanya, setelah pintu terutup Reva langsung merebahakn tubuhnya dan menagais tamapa suara.

CINTA NYA GUS TAMPANWhere stories live. Discover now