Bagian Kedua

4.6K 427 9
                                    

Dengan nafas yang masih tersengal, Arik memasuki gerbang sekolah

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Dengan nafas yang masih tersengal, Arik memasuki gerbang sekolah. Beruntung Pemuda itu tidak terlambat. Karna jika Arik telat dua menit saja, ia pasti akan mendapat hukuman lagi. Dengan seragam yang basah, Arik berjalan menuju kelas.

Di koridor, banyak siswa yang melihat ke arahnya. Hanya seragam Arik yang terlihat basah. Seragam siswa lain juga ada yang basah, tapi tidak separah seragam Arik. Arik tak memperdulikan itu, yang penting hari ini dia tidak terlambat dan bisa mengikuti pelajaran seperti biasanya.

Ketika sampai di kelas, Arik meletakkan tasnya. Arik melepas almamaternya yang basah, dan menjemurnya di atas ranting pohon. Kini ia merasa kedinginan, karna seragam sekolahnya juga basah. Rega yang melihat Arik tengah menjemur Almamaternya langsung mendekat.

"Rik, seragam lo basah banget. Bisa masuk angin." Rega menatap seragam Arik yang basah.

"Gak apa-apa, yang penting hari ini nggak telat lagi." Arik tersenyum, walaupun ada rasa dingin yang ia sembunyikan.

🍁🍁🍁

"Bang, temuin gue di belakang sekolah."

"Maaf, Dit. Gue nggak bisa bantuin lo. Pulang ini gue harus anterin bokap cuci darah."

Mendengar tolakan dari Bian, Adit sontak menekan tombol merah dengan kasar. Adit memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya.

Adit mengusap mukanya kasar. Tak mungkin dia harus menghadapi musuhnya itu sendirian, sedangkan orang yang dia sebut dengan 'musuh' membawa banyak temannya. Tapi, jika Adit tidak menghadapinya, dia akan semakin diremehkan oleh mereka.

Adit berpikir sejenak, lalu sedetik kemudian Adit berlari menuju tembok tempat biasa dia dan Bian bolos. Dengan gesit Adit melompat dari tembok. Hentakan kakinya terdengar keras setelah dia berhasil melompat dari tembok. Adit bergegas menuju tempat Sang musuh berada.

🍁🍁🍁

Arik, hari ini Adit bakalan berkelahi sama musuhnya. Gue nggak bisa ikut, karena gue harus anterin bokap cuci darah. Gue minta maaf karena nggak bisa jagain Adit.

Arik mendapatkan satu pesan dari Bian. Pesan itu berhasil membuat Arik terkejut. Arik khawatir bukan main.

Arik yang kini masih duduk di bangku koridor mulai berdiri. Arik berniat untuk menemui Adit, tapi dimana? Arik tak tahu dimana Adit sekarang. Lagi pula, Arik tak akan bisa membantu. Sudahlah, lebih baik Arik pulang. Dan memberitahu ini pada Bunda.

🍁🍁🍁

Adit terus berlari, walaupun kakinya kini terasa pegal. Nafasnya kini tak teratur. Jarak antara sekolah dan tempat musuhnya berkumpul memang jauh. Tapi itu tak membuat Adit menyerah. Adit tak mungkin akan berbalik arah, dia bukan pecundang. Dia tak sama seperti Arik. Dia bisa bela diri, dia tak takut pada kegelapan.

PERGI [COMPLETE]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant