BAB VII

84 13 3
                                    

" And I will stumble and fall. I'm still learning to love. Just starting to crawl. Say something, I'm giving up on you." (A Great Big World Feat Christina Aguilera Say Something )

Februari, 2017.

Ujian semakin dekat, hal itu jelas saja membuat para siswa kelas dua belas sedikit panik atau mungkin sangat panik, ya walau ada juga yang masih tetap santai seperti Joni misalnya. Namun bukan itu saja yang membuat mereka panik. Bukan hanya tentang Ujian Nasional melainkan juga tentang Ujian Masuk Perguruan Tinggi. Banyak siswa yang dilema untuk memilih Perguruan Tinggi mana yang akan mereka pilih, jurusan apa yang harus mereka ambil. Semuanya berjejalan masuk di otak mereka. Untuk masuk PTN sendiri bisa melalui jalur SNMPTN, SBMPTN dan UMPTN. Ketiga jalur itu bisa mereka tempuh.

Hal tersebut juga berlaku bagi Vanya, Gladis, Joni dan Raihan. Untung bagi Raihan, dia sudah menetapkan pilihannya sejak dia kelas sebelas sehingga sekarang dia hanya tinggal fokus untuk memikirkan Ujian Nasionalnya. Ya walaupun dia juga belum tentu langsung diterima dijurusan dan PTN yang dia inginkan tapi setidaknya dia tidak harus pusing memikirkan ingin memilih apa. Berbeda hal dengan ketiga temannya, mereka tidak tahu harus memilih apa.

" Va, kamu mau daftar kemana?"

" Aku pengen UI atau UGM. Tapi ga tau mau milih apa, rasanya aku tidak memiliki bakat apapun. Kamu?"

" Ga tau, otakku pas – pasan gini PTN mana coba yang mau menerimaku?"

" Ngawur, ga boleh gitu. Yang penting kamu udah berusaha." Raihan yang tadinya terlihat tidak perduli pada akhirnya memilih terlibat dalam pembicaraan ketiga temannya.

" Kamu mah enak, udah nentuin pilihan. Lah kita?" Vanya menghela nafasnya dengan berat hati.

" Santai aja kali Vanya. YOLO. Apa – apa jangan dibawa stress."

" Kamu mah bukan santai lagi tapi santainya kebangetan Jon."

" Hahaha" Vanya dan Gladis tertawa mendengar celotehan Raihan, beda halnya dengan Joni yang cemberut karena kesal.

" Aku nyesel deh ga ngikutin kamu Han buat nyiapin semuanya sejak kelas sebelas."

" Lagian kalian si, udah aku bilangin terus – terusan aja bilang santai."

" Ya maaf master." Vanya menggerakan dua jari tangannya diatas kepala seolah mengatakan siap.

Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada gunanya bagi mereka bertiga untuk berlarut – larut menyesali apa yang telah mereka lewatkan. Sekarang, mereka hanya perlu fokus untuk mencari tahu apa yang harus mereka lakukan kedepannya. Mencari tahu tujuan hidup mereka masing – masing dan menemukan impian mereka yang sebenarnya.

Belum lagi ujian nasional nanti mereka belum terlalu siap. Bahkan untuk mata pelajaran pilihannya untuk UN pun mereka bertiga hanya mengikuti pilihan Raihan. Katanya " Supaya ada temen belajar bareng". Karena Raihan menyukai Fisika, mereka dengan berat hati ikut memilih Fisika. Padahal mereka tidak terlalu pintar dalam Fisika. Raihan sudah memperingatkan mereka supaya memilih berdasarkan apa yang mereka minati namun mereka malah serempak menjawab " Minatnya sama Han". Raihan pun sudah kehabisan akal dan membiarkan apapun yang ketiga temannya inginkan, asalkan masih dalam batas wajar.

Hal yang paling mereka nikmati dari semua ini adalah mereka berempat bisa les bersama – sama dan bahkan mereka bisa belajar dengan tentor spesial yaitu Raihan di setiap weekend. Karena tak ada satupun diantara ketiganya yang bisa langsung memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka mereka lebih suka belajar dengan Raihan dengan ditemani camilan yang disediakan oleh mamanya Vanya.

Hari demi hari telah berlalu semuanya telah disibukkan dengan belajar, beberapa diantara mereka juga menyibukkan diri dengan menambah ibadah mereka. Semuanya mereka lakukan supaya bisa mendapatkan nilai yang memuaskan dan bisa diterima di PTN favorit mereka. Tapi tetap saja orang – orang seperti Joni contohnya, mereka tidak ambil pusing dapet Ya Alhamdulillah, ga dapet ya udah bisa nyari kerja atau mungkin kuliah di PTS.

My First Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang