BAB IX

90 15 10
                                    

" For some reason today is hard and tiring. I'm sitting alone in my room, hugging a pillow. Fumbling with my phone, for some reason I'm lonely today. Surprised by a call that suddenly makes me cry. My mother's voice, worrying if I've eaten. Those words that used to sound annoying are different today. All those forgotten promises are coming back to me." (Girl's Generation – Dear Mom)

Jakarta,

September 2017.

Tiga minggu telah berlalu semenjak ia kembali menginjakkan kakinya di Jakarta. Orang bilang homesick hanya bertahan sekitar seminggu atau dua minggu, tapi mengapa sampai saat ini Gladis masih mengalami homesick?

Saat ini ia masih terisak merindukan keluarganya. Apa mungkin karena ia anak tunggal sehingga semuanya terasa lebih berat? Mungkin didepan teman – temannya ia masih bisa tertawa namun saat kembali ke kosan dia kembali menjadi Gladis yang sedang merindukan rumahnya.

Dering telpon menyadarkan lamunannya, segera ia menghapus air mata yang bertengger diwajahnya. Dilayar itu tetera nama " Mama"

" Hallo ma."

" Hallo Gladis, udah makan?"

Deg! Suara itu, suara yang sangat ia rindukan ingin rasanya ia berlari dan memeluk mamanya.

" Udah ma, mama?"

" Mama tadi makan sama papa ga ada kamu serasa pacaran lagi hahaha." Tawa itu, tawa khas mamanya. Entah mengapa biasanya tawa itu terdengar menyebalkan namun kini ia merindukannya. Gadis itu hanya tersenyum walaupun ia tahu mamanya tidak bisa melihat ekspresi wajahnya.

" Oh iya, gimana kuliahnya lancar? Temen – temenmu baik – baik aja kan? Ga ada masalah kan?"

" Lancar kok ma dan aku nyaman disini."

Bohong! Dia merasa sesak berada disini, dia merindukan teman SMAnya. Yah mungkin memang benar semakin dewasa pertemanan itu sudah bukan apa – apa lagi. Dimata orang lain yang penting bisa meraih cita – citanya. Bahkan disini ia tidak terlalu banyak mengenal teman dikelasnya, mungkin tidak mencapai sepuluh orang.

" Ya udah kalau gitu udah dulu ya. Mama mau masak, bentar lagi papamu pulang."

" Oke ma, masak yang enak ya biar papa makin cinta."

Mamanya hanya terkikik dan segera menutup sambungan telponnya.

Gladis kembali menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin memang sedikit terasa berat tapi ia harus bisa bertahan demi mimpi dan keringat kedua orangtuanya. Ia harus bisa menjadi anak yang membanggakan bagi kedua orangtuanya.

Saat Gladis hendak tidur dan bersantai, tiba – tiba seseorang mengirimnya pesan.

Lucas : Dis, di kos ga?

Gladis : Di kos ka, kenapa?

Oh iya ternyata Lucas adalah mahasiswa Fisika semester 5 di kampusnya, karena satu fakultas mereka pun lebih gampang untuk bertemu.

Lucas : Udah makan belum?

Gladis : Belum sih, kenapa?

Lucas : Nanti ke kampus ga?

Gladis : Ke kampus lah.

Lucas : Oke, 5 menit lagi aku kesana ya. Mama abis masak rendang katanya kamu harus nyobain.

Gladis : Wahhh, asik nih bisa makan masakan rumahan hahaha.

Lucas : Kalo pengen masakan rumahan sering – sering lah main ke rumah, mama sama papa pasti seneng.

My First Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang