BAB IV

94 16 1
                                    

"Were in a beautiful and sad relationship. We make each other shine. Like the moon and the river and we hug again." (Red Velvet – Psycho)

Desember, 2016.

Alunan musik menggema diseluruh sudut sekolah, siswa – siswi disibukkan dengan kegiatan class meeting. Ya, ujian akhir telah usai. Di SMA Kenangan sudah menjadi kebiasaan saat ujian akhir telah usai maka akan diadakan class meeting. Sekolah diramaikan dengan kegiatan pertandingan olah raga antar kelas. Pertandingan ini bukan ajang untuk menunjukkan mana kelas yang terbaik, melainkan untuk memperat persahabatan dan silaturahmi antar kelas di SMA Kenangan. Semua siswa bersorak menunjukkan dukungannya setiap kali kelasnya bertanding.

Kali ini giliran kelas XI IPA 1 yang bertanding futsal melawan kelas XI IPS 2 dan Raihan merupakan salah satu dari pemain yang diutus oleh kelasnya. Semua anak XI IPA 1 bersorak memberikan dukungan dan semangat untuk kelasnya, begitu pula dengan Gladis. Begitu isitrahat untuk pergantian babak Raihan menghampiri Gladis untuk mengambil air minumnya yang memang dia titipkan pada Gladis sebelum bermain. Keduanya pun terlihat sesekali berbincang membahas pertandingan. Namun tanpa mereka sadari, sepasang mata menatap mereka dengan tatapan tak suka. Matanya tidak berhenti mengekori keduanya dengan laser.

Setelah pertandingan usai, Raihan, Joni, Vanya dan Gladis berjalan bersama menuju kelas untuk sekedar beristirahat. Akan tetapi sepertinya tak ada istirahat bagi mereka karena dibelakang mereka ada empat orang siswi yang mengekori kemana mereka berjalan. Sesampainya di kelas, ke empatnya langsung duduk di bangku masing – masing dan melemaskan punggung mereka.

" Eh nanti malem nonton yu? Aku bosen." Ujar Vanya sembari mengibas – ngibaskan tangannya karena kegerahan.

" Boleh." Ketiga temannya serempak menjawab ajakan Vanya.

Namun saat tengah asik mendinginkan tubuh mereka tiba – tiba terdengar suara pintu yang di dobrak dari arah luar.

BRAK!!!

Sontak seluruh siswa yang sedang berada di kelas menoleh kearah sumber suara. Semua mata menatap tidak percaya kearah pelaku kegaduhan tersebut. Hal itu disebabkan karena sang pelaku merupakan adik kelas mereka. Sepertinya memang mereka memiliki keberanian tingkat dewa. Isi kepala anak – anak dikelas tersebut sungguh tidak habis pikir dengan isi otak ke empat anak perempuan yang sekarang sedang berada di ambang pintu dengan berkacak pinggang.

Keempatnya berjalan menghampiri Gladis dan Raihan tanpa rasa malu.

BRAK!!

Terlihat salah satu diantara mereka yaitu Thalia menggebrak meja Gladis. Sedangkan ketiga temannya yang tidak memiliki nyali sebesar Thalia hanya diam berdiri dibelakang punggung Thalia dan menonton apa yang akan terjadi selanjutnya. Gladis hanya terdiam dan membelalakan matanya tak percaya akan apa yang sedang terjadi didepannya.

" Oh bagus ya?! Anak baru udah jadi pelakor aja." Thalia menatap Gladis dengan tatapan jijik. Raihan yang melihat itu langsung meraih tangan Thalia.

" Apa yang kau bicarakan Thalia?"

" Udahlah, sekarang gue tau alasan lo yang sebenernya mutusin gue karena apa. Pasti karena digoda oleh cewe baru murahan ini kan?!"

" Eh siapa yang lo sebut murahan?! Ngaca lo." Vanya yang tidak suka dengan ucapan Thalia langsung berdiri menantang. Namun Gladis menahannya dan menyuruhnya duduk kembali.

" Maaf ya de, saya tidak merasa memiliki urusan dengan anda." Gladis yang malas menanggapi tingkah kekanak – kanakan Thalia pun berniat pergi dari tempat itu. Tepat saat kakinya melangkah melewati Thalia, tiba – tiba rambutnya ditarik hingga dia pun merasa kesakitan.

My First Crush [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang