Chapter 3: Day 1

73 12 7
                                    

Karra POV

Aku melangkahkan kakiku cepat. Seseorang sedang menungguku saat ini. Dan aku tidak suka ditunggu, karena itu berarti aku adalah orang yang paling lama dalam hal bersiap-siap.

Brak!

Kubuka pintu ruang latihan itu dengan tergesa-gesa, menyebabkan sebuah bunyi yang bergema karena tidak ada siapapun di ruangan.

Aku mendengus keras dengan perasaan kesal. Mentor  latihanku menyuruhku cepat-cepat datang, tapi sekarang tak ada siapapun di sini. Dan itu menyebalkan. Aku merasa dipermainkan.

"Kau datang terlambat," Sebuah suara dingin menyapaku dari belakang. Hembusan nafas pelan terdengar di belakang telingaku yang langsung membuatku merinding.

Aku berbalik cepat, rambutku berkibar mengikuti gerakanku yang tiba-tiba. "Michael,"

"Ya. Ayo kita mulai latihannya, kau sudah sangat terlambat." Pria itu mengacak rambutku dengan sengaja, membuatku ingin melemparkan sebuah sepatu ke arah wajahnya yang sedikitpun tidak menunjukkan ekspresi. Datar, seperti sebuah kayu yang sudah dipoles dengan begitu mulusnya.

Aku mengangguk.

Mataku berkeliling melihat ruangan tempat aku berlatih. Kosong melompong dengan nuansa gelap. Tapi sepertinya lumayan luas kalau hanya di tempati olehku dan Michael, mentorku.

Flashback on

"Karra Keene, mulai besok kau akan mulai latihan. Aku ingin secepat mungkin kau bisa membangkitkan kekuatanmu." Ratu menatap Karra yang tengah menundukkan kepala hormat.

"Dan, biar kuperkenalkan, dia akan menjadi mentormu selama beberapa hari ke depan. Namanya Michael, usianya 20 tahun, ia sudah bisa membangkitkan kekuatannya bahkan ketika usianya baru berumur 15 tahun. Resikonya cukup besar, Michael pernah hampir kehilangan nyawanya. Tapi sekarang, ia dapat mengendalikan kekuatannya dengan baik, bahkan hampir sepadan denganku."

Aku menatap kagum pada lelaki yang sekarang berdiri di samping sang Ratu. Sorot mata lelaki itu tegas. Dan jika boleh kuakui, ia cukup tampan. Kurasa ia akan cocok disandingkan dengan Ratu. Mereka akan menjadi pasangan sempurna.

Aku menggelengkan kepala.

Fokus, Karra. Kau bodoh sekali memikirkan hal yang tidak berguna seperti itu, pikiranku telah memperingatiku.

Sepasang mata lelaki itu terus menatapku tajam, membuatku gugup setengah mati. Sorot matanya seperti ingin mengulitiku hidup-hidup.

"Dan, seperti yang pernah kubicarakan sebelumnya. Kau akan pergi ke Lightside segera, setelah kau dapat membangkitkan kekuatanmu. Michael akan menjadi partner-mu disana.

"Mulai besok, kau akan mulai berlatih dengannya. Gunakan ruang latihan di lantai B1. Ruang itu khusus untuk kalian berdua."

"Terima kasih, Ratu. Aku tak akan mengecewakanmu." ujarku penuh hormat.

"Buktikanlah ucapanmu itu. Aku tidak suka sebuah ucapan yang tidak bisa dipenuhi." balasnya tajam.

"Michael, saya mohon bantuan anda untuk membimbing saya kedepannya. Terima kasih." ujarku kaku. Aku merasa sedikit bingung apakah harus menyelipkan kata 'kak' atau 'tuan' atau 'pak' di depan namanya karena usianya lebih tua dariku.

Tapi sepertinya tak perlu. Toh, para Darksiders tidak membeda-bedakan usia, mereka memanggil siapapun dengan nama, kecuali sang Ratu.

Dan... ucapanku hanya dibalas dengan tatapan sinis darinya.

Lightside And DarksideOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz