Chapter 1: Connect

98 18 9
                                    

Karra menghela nafas kasar. Seorang anak lelaki berdiri dihadapannya dengan sorot mata memohon. Karra balas menatapnya dengan tajam.

"Berhenti merengek seperti itu." ujar Karra datar.

Anak lelaki itu menggembungkan pipinya kesal. "Kau sudah janji akan mengajakku berkeliling Hutan Malam," lirihnya. "Kau mau mengingkari janjimu? Ratu tak akan segan-segan memberimu pe---"

"Diamlah." potong Karra cepat. Salah satu tangannya terangkat mengelus tengkuknya. Ia menggeleng. Cukup sudah rasa sakit yang pernah ia rasakan akibat anak lelaki itu. Simbol D yang tercetak tebal di tengkuknya itulah yang memberikan rasa sakit. Anak itu... hanya karena dia anak dari sang 'Ratu' jadi menyebalkan, Karra mendengus kesal.

"Kau ingin pergi sekarang?" tanya Karra, matanya menangkap pemandangan kabut tebal di sekitar mereka.

"Iya!"

"Saat disana nanti, aku ingin kau semua menuruti perintahku. Mengerti?" tanya Karra penuh penekanan. Ia tak ingin anak lelaki dihadapannya ini terluka karena tak mengikuti perintahnya, karena kalau sampai hal itu terjadi, Karra tak bisa memastikan apakah ia akan melihat dunia lagi atau tidak.

"Iya, Karra. Aku, Daniel, berjanji." sahutnya riang. Ia menatap Karra sambil tersenyum.

Karra mendengus, "Kau cukup menyebalkan untuk seorang anak kecil," gumamnya.

Senyuman di wajah Daniel semakin melebar. Dengan langkah yang ringan, ia mengikuti Karra yang mengarahkannya ke Hutan Malam.

Tanpa tahu apa yang akan ditemukannya nanti...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Di tengah hening dan gelapnya Hutan Malam, dua sosok itu berjalan beriringan. Mereka tidak memakai alat apapun untuk menerangi jalan mereka. Mereka masih bisa melihat dengan jelas bahkan dengan keadaan yang gelap gulita. Hal itu termasuk salah satu kelebihan Darksiders.

Karra terus berjalan dengan Daniel di sebelahnya. Anak itu terus menggenggam tangan Karra dengan erat seolah takut kehilangannya. Karra, meskipun merasa risih, ia tak berkomentar apapun. Lagipula ia merasa lebih baik seperti ini daripada Daniel terluka. Atau, terjadi sesuatu yang mengerikan padanya.

"Karra... aku mau istirahat." ujar Daniel dengan wajah letih dan deru nafas yang cepat.

Karra mengangguk singkat. Daniel langsung jatuh terduduk sambil mengatur nafasnya. Karra memandang sekelilingnya. Pohon-pohon menjulang tinggi dengan kabut yang mengelilingi mereka. Menyergap, laksana sebuah mimpi buruk yang nyata. Karra menengadah, langit yang gelap tanpa ada bintang yang menghiasi. Karra sudah terbiasa dengan semua itu.

Di Darkside, siang tak pernah ada, matahari tak pernah menampakkan diri. Hanya kabut dengan awan suram disertai dengan pohon-pohon besar nan mengerikan yang menjadi pemandangan di Darkside.

"Kau ingin pulang?" tanya Karra pelan. Ia menatap Daniel yang kini malah sudah berbaring telentang di tanah.

"Hmm...." Daniel malah bergumam pelan kemudian menutup matanya.

Karra bersumpah ia ingin sekali memukul Daniel agar anak itu segera bangun dan mereka akan pergi dari hutan itu. Tapi nyatanya, Karra hanya bisa menatap Daniel sambil menahan amarahnya.

Karra menyenderkan tubuhnya di sebuah pohon tak jauh dari tempat berbaring Daniel. Ia sekuat mungkin menahan rasa kantuk yang mulai menyerangnya. Meskipun begitu, akhirnya ia menyerah. Rasa kantuk mengalahkannya.

Deg.

Karra tersentak kaget. Ia langsung terjaga dan merasa waspada seketika. Matanya menyalang liar menatap sekitarnya. Ia tak tahu mengapa ia tiba-tiba merasa waspada saat ini.

Kemudian, tiba-tiba ia melihat sebuah pancaran cahaya putih dari kejauhan. Karra mengernyit.

Siapa?

Tidak, lebih tepatnya, apa?

Karra tahu persis para Darksiders jarang pergi ke Hutan Malam. Dan kalaupun ada, Darksiders itu pasti sama dengannya, tak memerlukan cahaya sebagai alat penerangan karena mereka tetap bisa melihat dengan jelas meskipun gelap gulita.

Karra bangkit berdiri, ia menghampiri sumber cahaya.

Gadis itu telah sampai di sumber cahaya. Yang bisa ia lihat hanyalah sebuah lingkaran yang melayang setinggi dirinya, dan lingkaran itu mengeluarkan cahaya yang menyilaukan mata.

Samar-samar, ia bisa melihat bayangan sebuah ruangan dari lingkaran itu. Karra mengernyit, ia menjulurkan tangannya ke dalam lingkaran putih itu. Rasanya seperti sedang menyentuh air, tapi tangannya tidak basah sedikitpun.

Ia menjulurkan tangannya semakin dalam ke lingkaran. Ia menggeleng dan mengeluarkan tangannya. Matanya berkeliling menatap sekitarnya, tak ada siapapun kecuali Daniel yang sedang berbaring lumayan jauh darinya. Dan anak itu pastilah sedang tertidur lelap.

Ia memutuskan untuk masuk ke dalam lingkaran itu. Sekedar untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

Jantung Karra berdegup kencang. Ia terkesima, sekaligus merasa kebingungan disaat yang sama. Ia kini berada di sebuah ruangan kosong melompong berwarna putih dengan sebuah pintu yang berada tak jauh darinya. Karra menghampiri pintu itu, kemudian membukanya.

Karra kembali terkesima, setelah baru saja berteleportasi ke sebuah ruangan yang menurutnya aneh, kini ia melihat sebuah kota besar dengan gedung-gedung tinggi pencakar langit dihadapannya.

Keberadaannya cukup jauh dari kota itu. Tapi ia rasa, cukup sampai sini saja ia memuaskan rasa ingin tahunya. Ia berbalik, hingga kemudian, ia mendengar sebuah suara,

"Hei! Apa yang kau lakukan?! Kau tidak boleh berada di sini!"

Tubuh Karra gemetar. Ia langsung berlari dan melompat kembali memasuki lingkaran putih yang membawanya ke tempat itu.

Karra terlalu takut untuk menoleh ke belakang.

Dan detik itu juga ia ingat,

Sepertinya ia telah memasuki sisi lain,

Sisi yang bukan tempat tinggalnya,

Sisi yang dihuni selain para Darksiders.

Dan itu adalah...

Lightside.

Karra seketika merasa gelisah.

Darkside dan Lightside terhubung oleh sebuah portal ditengah hutan.

Dan Karra tak ingin menjadi orang pertama yang menemukannya.




Halo semuanya!
Aku masih penulis amatir...
Semoga kalian suka ceritanya yahh

Jangan lupa vote and coment♡

Lightside And DarksideWhere stories live. Discover now