Now What?!

2.9K 93 1
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, aku mencoba menghubungi Smantha. Ponselnya mati, membuatku khawatir.

"Kemana dia?!" Gumamku.

Aku meminta sopir untuk mengantarkanku ke rumah Smantha. Aku ingin memastikan dia baik-baik saja.

-
-
-
-

"Smantha?! Smanth..?!" Aku mengetuk pintu rumahnya berkali-kali tapi belum juga ada jawaban. Tanganku masih terus memegang ponsel berusaha menghubunginya. Hingga beberapa saat, panggilan kami pun terhubung.

"Smantha! Kau dimana?" Tanyaku dengan menggebu-gebu.

Terdengar suara kekeh dari sana.

Smantha menertawakan kepanikan ku??

"Dimana kau? Aku menunggumu semalaman."

Smantha menungguku?

"Kau dimana, hm?"

Dengan masih sedikit tertawa Smantha mengatakan bahwa dia ada di rumahku.

Shit! Gadis ini membuatku khawatir.

Aku pun segera menutup ponsel dan langsung berangkat menuju rumah. Smantha memang memegang kunci rumahku tapi aku tidak menduga kalau dia akan kesana saat aku tidak ada. Dia benar-benar membuatku khawatir.

Tak lama, sampailah aku di rumahku. Aku melihat seorang wanita keluar dari rumah dengan mengenakan mini tank top dan hot pants denim. Dia mengikat rambutnya ke atas dan berjalan ke arahku sambil menebar senyuman. Smantha, apa dia tidak tahu kalau aku menghawatirkannya?

"Miss you, baby.." Smantha memelukku erat.

Aku mengusap punggungnya. "Miss you."

Aku melepaskan pelukannya dan melumat bibirnya sekilas.

"Kau kenapa? Kenapa wajahmu seperti orang ketakutan?"

Aku memutar bola mata kesal dan langsung berjalan masuk ke rumah diikuti oleh Smantha.

"Aku khawatir. Ponselmu mati, kau tidak ada di rumah. Kau malah disini. Huh!" Aku duduk di sofa dan meneguk air putih.

Smantha kembali terkekeh seolah menganggap kekhawatiran ku ini main-main.

"Makanya, jangan meninggalkanku lagi." Smantha duduk di sampingku dan memelukku.

Aku menolehnya. Memandangi wajah manjanya yang begitu manis. Wajah itu membuatku tersenyum setiap kali melihatnya. "Okay." Aku mengecup bibirnya sekilas.

"Kemarilah! Aku sangat merindukanmu." Smantha beranjak dari sofa dan menarik tanganku.

"Kemana?" Aku menurutinya.

Smantha membawaku masuk ke dalam kamar dan mendorongku ke atas ranjang hingga tubuhku terhempas dalam posisi tengkurap.

"Heyy!!" Aku tersontak.

Dan tiba-tiba Smantha menindihku. Dia tidur tengkurap di atas punggungku dan mengecupi bahuku.

Aku hanya tersenyum geli menikmati sentuhan nya. "Miss me, hm?"

Aku bisa merasakan kepala Smantha yang mengangguk-angguk.

"Aku hari ini libur bekerja, jadi aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."

Tiba-tiba Smantha menurunkan lengan bajuku.

Sontak aku menahannya dan membalikkan badan hingga membuat nya terjatuh di sampingku.

"Why?" Smantha terkejut dan bingung.

Untuk sementara, aku harus menghalangi Smantha melihat tubuhku karena aku yakin kiss mark yang diberikan Julian masih tampak jelas.

Aku bangun dari baringanku. "Coffee?" Aku menoleh Smantha dengan santai seolah tak terjadi apa-apa.

Smantha masih diam dan memandangi ku penuh curiga.

"Tunggu disini." Aku beranjak dari ranjang dan membiarkan Smantha sendiri dipenuhi rasa curiganya.

-
-
Aku membuat dua cangkir kopi. Satu untukku dan satu untuk Smantha.

"Velove?"

Aku mendengar suara muncul dari belakang ku.

"Smantha?" Aku tidak menolehnya dan masih sibuk menyelesaikan kopi yang ku buat.

Terdengar suara kursi bergesekan dengan lantai.

Aku membalikkan badan dan menaruh kopi di atas meja lalu duduk di sebelah Smantha.

"Hm?" Aku mulai meneguk kopi dengan menantikan apa yang akan dikatakan Smantha.

Smantha menatapku intens. "Semalam, kau bersama siapa?"

Pertanyaannya membuat ku berhenti meneguk kopi dan meletakkan cangkir perlahan.

"Rekan-rekan kerja. Kenapa?" Aku menatap matanya berusaha meyakinkannya.

Smantha menggeleng lalu meneguk kopinya.

"Ada Julian?" Smantha meletakkan cangkir kopi di atas meja perlahan.

Aku bingung bagaimana harus menata kata-kata agar Smantha tidak bertanya lebih jauh.

"Em.. Julian? Iya. Ada."

Raut wajah kesal mulai tampak. Smantha mendekatkan wajahnya pada ku.

"Kenapa tidak bilang?!" Suaranya meninggi.

"A-aku tidak tahu kalau Julian ada di acara kami." Rasanya aku benar-benar tidak bisa berkutik.

Smantha menghela nafas berat lalu meneguk kopinya lagi.

"Smantha, aku..." Aku meraih tangannya.

"Apa?" Smantha melirikku tajam.

"Apa lagi yang ingin kau katakan?" Lanjutnya lirih seolah menahan amarah.

"I'm so sorry. Aku benar-benar tidak tahu." Aku menundukkan wajahku.

Smantha menarik tangannya dariku dan beranjak dari kursi.

Aku mendongak menatapnya.

"I'll be right back." Smantha berjalan meninggalkan ku.

Dengan segera aku mengejarnya. "Smantha, wait! Kau mau kemana?" Aku menahan tangannya.

"Tempat tinggal Julian?"

Aku terdiam seketika mendengar pertanyaan Smantha. Apa yang akan dia lakukan? Tidak, apa yang akan dia tanyakan? Jika Julian nekad menjawab yang sebenarnya, maka Smantha akan marah padaku. Aku harus apa?

"Ve!" Gertaknya.

Dengan terpaksa aku memberi tahukan tempat Julian tinggal.

"Aku ikut."

"No!" Samantha berjalan ke luar rumah dan pergi dengan taxi.

Shit!!

Aku harus apa??!!

"Julian.. aku harus menghubungi Julian. Dia tidak boleh mengatakan yang sebenarnya." Gumamku bingung.

Hal ini benar-benar terjadi diluar dugaanku. Aku sungguh bodoh tidak merencanakan segalanya dengan baik dan rapi.

I'LL TOUCH HER, BUT I NEED HIS TOUCH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang