INDAH – Waktu itu hujan, tapi tidak lebat. Ia membonceng diriku yang mengendarai motor tua. Tangannya memelukku erat dari belakang. Kami tertawa-tawa di tengah romantisnya gerimis dan rindangnya jalanan kota.
Lalu aku terbangun. Sialan.
YOU ARE READING
Pandir Menenun Takdir: Kumpulan Fiksi Mini
Short StorySi pandir menenun takdirnya sesuka hati, sebagaimana tingkah lakunya sehari-hari. Dituliskannya begitu saja tanpa basa-basi. Sebagian besar sampah, terkadang jenaka, seringkali nelangsa.
#19
INDAH – Waktu itu hujan, tapi tidak lebat. Ia membonceng diriku yang mengendarai motor tua. Tangannya memelukku erat dari belakang. Kami tertawa-tawa di tengah romantisnya gerimis dan rindangnya jalanan kota.
Lalu aku terbangun. Sialan.