PART 1: Punggung Penuh Rahasia

Start from the beginning
                                    

"Iya, Tante."

Sarapan yang terhidang di meja begitu berbanding terbalik. Alih-alih nasi uduk dan susu jahe khas buatan ibunya, justru dua potong sandwich berlapis selada dan daging sapi, dipadu susu hangat. "Gimana sehari di sekolah baru, nyaman?" suara berat itu milik Martin, adik dari ayah Lana. "Kalau ada apa-apa, aduin ke Om, ya."

"Kevin nih mana sih, emang ya tuh anak kebiasaan. Papi tuh makanya jangan manjain dia mulu!"

"Lho kok jadi aku? Mami tuh ke mana aja, bukannya jagain Kevin malah main keluyuran terus."

"Oooh, salah aku gitu?"

"Terus salah Papi?"

Lana menahan tawa melihat percekcokan di depan matanya, nyaris tidak ada rumah tangga yang sempurna. Ayah dan ibunya juga begitu kalau di rumah, tapi terkadang hal-hal se-sepele itu yang membuat rumah benar-benar terasa seperti rumah sungguhan. Bukan sekadar tempat persinggahan sebelum akhirnya pagi menjelang. "Tante, aku harus piket nih, aku duluan ya." Lana bergegas menghabiskan sarapannya dan bangkit.

"Ehhh, nggak mau bareng sama Kevin?"

"Nggak usah Tante, aku udah pesan ojol. Assalamuaikum!"

"Walaikumsalam, hati-hati, ya." Martin menjulurkan tangan, Lana mengecup punggung tangan pamannya dan segera keluar, naik ke ojek pesanannya, dan kali terakhir yang dia dengar sebelum kendaraan pergi adalah teriakan Sully memanggil nama satu orang yang selalu membuat kerusuhan dan jadi biang onar di rumah: Kevin.

*****
Suara gitar dan drum yang saling bersahutan terdengar dari sebuah kamar luas bercat biru bertuliskan BOY's night club di pintu. Seorang cowok terlihat berjingkat-jingkat dengan kepala naik-turun mengikuti irama, tangan terhentak ke atas mengikuti parade Freddie Mercury. "Eeeeyoooooo," dia mengacungkan mikrofon ke udara.

"Eyooooooo, ikutin dong! Hih, susah kali ya narik perhatian kau!" Bayu terlihat jengkel dengan logat Medan yang kental, nama panjangnya Bayu Butar-Butar, hobinya selain menyanyi yaitu bikin orang kesal. Sementara seseorang yang berusaha Bayu alihkan perhatiannya adalah Aryo.

Cowok berhidung mancung dengan pipi sedikit chubby, rambut bermodel ivy league, kulit putih dan postur tubuh lebih jangkung di antara mereka bertiga. Kalau jalan sejajar, bisa terlihat jelas siapa yang akan paling mencolok dan menarik perhatian. Tentunya adalah Aryo Alexi Pratama. Salah satu nama beken di SMAUtama. Dia bukan kapten basket, bukan juga ketua OSIS, cuma siswa kelas dua yang kerjaannya suka bikin onar.

"Heh teman-teman, aku ada berita baru." Bayu meletakkan mikrofonnya, lalu menarik kursi.

"Apa? Berita kalau lo nggak berani nyium Dini?" tanya Indra jengah, masalahnya selama beberapa hari terakhir obrolan Bayu berputar di situ melulu ibarat bumi berotasi tanpa ada ujungnya.

"Kali ini bingung awak, dia nggak mau kucium."
"Bau kali lo," Aryo menambahkan dan membuat Indra terkekeh.

"Mau tahu kelen kenapa dia takut?"

"Kenapa?"

"Takut hamil katanya, bah! Coba kelen pikir. Aneh kali dia tuh, dia pikir ada sperma di mulut-ku."

"Bukan sperma, adanya kecebong!"

Meledaklah tawa di dalam ruangan itu, Aryo sampai sedikit mengeluarkan air mata saking gelinya. "Makanya jangan pacaran sama anak SMP, pedofil lo! Noh banyak cewek di SMA kita."

"Tapi tak ada yang imut-imut macam dia. Matanya bulat, pipinya merah—"

"Pacaran aja lo sama boneka, Bodat!" Aryo melempar sebuah majalah dewasa yang melayang tepat di depan Bayu, bersamaan dengan itu, daun pintu terkuak lebar dan memunculkan sosok wanita beraut wajah ramah di baliknya. Bayu langsung terlentang seperti duyung dengan kaki terlipat dan bergerak di udara, sementara badannya menutupi majalah di bawah perut. Dia tidak mau ibunya memergoki majalah tersebut dan kemudian berganti memberi khotbah berjam-jam tentang dosa dan masuk neraka.

DI BAWAH UMURWhere stories live. Discover now