1/2

9.6K 644 21
                                    

Author POV

Keduanya saling menatap, mencoba saling berbicara lewat sepasang mata bulat namun gagal. Lisa semakin mengeratkan jaketnya saat hembusan angin malam yang cukup dingin mulai membelai pori-pori kuliat lehernya yang polos. Kakinya mulai kesemutan karena sudah berjongkok setengah jam di remang malam hanya untuk memandangi makhluk kecil berbulu coklat bersih dengan sepasang mata sayu yang seakan merayu.

"Hei... apakah kau benar-benar tersesat?" Lisa tetap bertanya meski jawaban yang ia dapat selalu sama.

GUK!

Lisa kembali bersabar menunggui anjing kecil itu jikalau sang pemilik datang untuk mencarinya. Namun ini sudah lewat jam sembilan malam, jalanan makin lenggang dan mungkin sebentar lagi flu akan menyerangnya karena terlalu lama kedinginan di luar. Hingga rasa bosan menyerang, akhirnya Lisa menyerah. Ia bangkit lalu melihat sekeliling. Tidak ada tanda-tanda manusia yang sedang mencari sesuatu dan itu mendorongnya untuk membawa pulang anjing malang itu ke rumah.

"Baiklah.. sebaiknya malam ini kau ikut aku, mungkin besok tuanmu akan mencarimu anjing kecil..."

Sambil tersenyum manis kedua tangan mungil itu menggendong anjing yang tersesat di depan rumahnya dengan penuh kasih sayang. Tangannya lembut menyisir puncak kepala lalu membelai bulu-bulu coklat yang membuat Lisa merasa gemas sedari tadi. Buru-buru ia beranjak dan membuka gerbang kayu rumahnya sambil membawa masuk 'tamu' barunya.

*.......................*

Sementara di tempat yang berbeda, seorang gadis terlihat mondar mandir di trotoar. Matanya mencari-cari sosok kecil yang beberapa jam lalu sempat berada di pengawasannya namun kini pergi entah kemana. Sesekali giginya gemertak karena tubuhnya menggigil kedinginan. Ia ingin menyerah, namun rasa khawatirnya mengalahkan segala rasa lelah yang menghinggapi karena sudah berjam-jam telah ia habiskan untuk mencari anjing peliharaannya. Kehilangan Kuma-anjing peliharaannya sama saja kehilangan sahabat terbaik di sepanjang hidupnya. Jadi malam ini Kuma harus ditemukan. Namun tekad itu akhirnya bisa ditawar oleh malam yang semakin menampakkan kuasanya, hingar-bingar kota itu mulai memudar. Jalanan yang lenggang mulai membuatnya ketakutan dan putus asa.

"kuma-ya..." desah Jennie penuh sesal.

"Seharusnya aku lebih memperhatikanmu, seharusnya aku tidak sibuk berbelanja dan mengabaikan mu." Rutuknya.

Tangan itu terkepal untuk memukul kepalanya sendiri meski tak begitu keras. Desahan beratnya semakin terdengar saat ia memutuskan untuk kembali ke apartemen dengan tangan kosong. Seiring perjalanan pulang, Jennie tidak berhenti menggumamkan doa lalu membulatkan tekat bahwa besok ia harus menemukan Kuma.

Pada keesokan harinya.

KRINGGGG...

Selimut tebal itu buru-buru ia singkap lalu ia beranjak cepat. Tanpa mematikan alarm, Jennie meraih ponsel yang tergeletak di meja dekat ranjang lalu melakukan panggilan cepat lewat tombol nomor empat. Terdengar nada sambung beberapa kali hingga akhirnya terdengar suara tidak ramah dari seberang.

"Ada apa?"

Tidak ada waktu bagi Jennie untuk memprotes sapaan tidak sopan itu. Ia pun segera ke pokok kepentingan.

"Aku tidak akan ke kantor hari ini. Apakah kau bisa membuatkan ku surat ijin? Akan ku traktir kau setelah urusanku selesai.. arra!" ujar Jennie cepat memberikan instruksi juga iming-iming.

Detective Manoban - Jenlisa (Twoshoot)Where stories live. Discover now