Kamu Pikir, Kamu Waras?

Start from the beginning
                                    

Chen membalik tubuh, melenggang santai ke arah pintu. Kemudian berhenti selangkah sebelum mencapai tujuan, menanti kalau-kalau Zea bakal mendekat. Pasalnya dia tidak mengenakan sarung tangan, tidak mungkin menyentuh kenop pintu.

Namun, tidak juga didengarnya langkah mendekat. Sehingga dengan suara lantang Chen berseru, "Kami sudah selesai, Pak Polisi. Tolong buka pintunya!"

Tak lama pintu terbuka, disertai dengan dengkusan Zea di balik punggung.

"Silakan." Polisi tanpa seragam yang membukakan pintu sedikit mengangguk.

Chen hendak melangkah, tapi tiba-tiba saja Zea menyerobot. Tubuh tingginya terdorong ke samping saat Zea dengan sengaja menghantam bahunya dengan lengan.

Geligi lelaki jangkung itu menggeretak menahan kesal.

"Ikut aku!" Zea memerintah layaknya atasan ke anak buahnya, membuat Chen lagi-lagi menghela napas. Namun, kakinya melangkah juga mengikuti detektif yang tidak kompeten menurutnya itu.

Ternyata Zea membawa mereka ke kantor building management. Dengan berbekal tanda pengenal kepolisiannya, akhirnya salah satu petinggi di bagian keamanan mau memutar kembali video di CCTV. 

Zea dan Chen masih menatap layar ketika petugas itu berkata, "Anda tidak akan bisa menemukan apa pun. Pada jam kejadian, semua CCTV yang mengarah ke kamar itu, gelap."

Zea mengerutkan kening, tepat pada saat layar tetiba menjadi gelap. Kemudian menunduk melihat sudut bawah layar, dan menemukan kalau saat itu waktu menunjukkan pukul 4 pagi.

"Gila!" Tangan Zea bergerak menyentuh mouse, mengarahkan kursor pada bar di bawah video demi mempercepat laju tayang. Namun, meski dia beberapa kali mengulang atau mempercepat rekaman, semua yang terpampang pada jam yang diduga kejadian adalah ... gelap.

"Sinting!" Zea mengumpat lagi sambil mendorong mouse menjauh dari telapak tangannya. Sementara Chen menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkahnya.

"Sudah saya bilang ...." Si kepala keamanan tersenyum miris. "Jika ada yang bisa menjadi bukti, saya pasti sudah menyampaikan sejak awal. Saya merasa bertanggung jawab atas kematian Pak Kaisar, meski pada waktu kejadian saya tidak berada di gedung ini." Suaranya terdengar menyesal sekarang.

Zea memijat pelipisnya, serasa berdenyut di sana. Kali ini dia berpikir keras. Kemudian ide baru muncul di kepalanya.

Dia menoleh ke arah kepala keamanan. "Apa aku bisa melihat siapa-siapa saja yang sering kali datang mengunjungi Kaisar? Mungkin di tiga bulan terakhir?"

Kepala keamanan tersenyum. "Tidak masalah."

"Bisa berikan aku copy-nya?" tanya Zea.

"Tidak masalah, asal kalian mau menunggu."

💕💕💕

"Mau kuantar pulang?" Chen bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan di depannya. Kedua tangannya menggenggam kemudi dengan erat, berkonsentrasi pada jalan yang terlihat lenggang.

Zea melirik jam pada tangannya, sudah lewat dari jam sebelas malam. Dia merasa sungguh lelah.

"Kalau kamu enggak keberatan, Pak Psikolog." Setelah mengatakan itu, dia menguap lebar.

Tadi, mereka harus menunggu sangat lama demi copy-an CCTV gedung tiga bulan terakhir. Setelah seharian berjibaku dengan TKP dan hasil otopsi.

Sebenarnya Zea sudah berusaha menahan matanya agar tidak terlelap, tapi kedua kelopaknya tidak berkompromi, terpejam tanpa sadar.

Chen melirik sejenak ke arah bangku penumpang di sebelahnya, semyumnya menyungging ketika melihat milut Zea yang sedikit terbuka, sementara kepalanya mendongak mengahap langit-langit mobil.

KEEP SILENT (Completed) - TerbitWhere stories live. Discover now