judgement day II

3.3K 348 11
                                    

SISI

Aku mendengar Digo menghela napas lega, begitu juga dengan aku. Aku menggenggam tangannya semakin erat. Kesunyian di sekitar kami membuat aku gugup. Sidang kedua akan dimulai. 'Aku takut, Digo.', kataku dalam hati. 'Jangan takut, ada aku di sini.', aku mendengar suara Digo menggema di kepalaku.

Tak lama kemudian werewolf perempuan yang duduk di sisi lain Raja Oskya bangkit dari duduknya. Ia juga memegang selembar kertas di tangannya. Ia berdeham sebelum membaca isi kertas itu.

"Demon Digo dan peri Sisi. Sebelumnya aku ingin tahu apakah kalian tahu larangan hubungan antara dua ras kalian?", katanya lantang padaku dan Digo. Kami mengangguk perlahan.

"Apakah kalian tahu mengapa hubungan peri dan demon adalah suatu pelanggaran?", tanyanya lagi. Lagi-lagi aku dan Digo menganggukkan kepala.

"Apakah kalian masih bersikeras akan mempertahankan hubungan terlarang kalian?", tanya werewolf perempuan itu lagi.

"Aku takkan melepaskannya.", aku mendengar suara Digo datar dan mantap. Raja Oskya menegakkan duduknya menatap kami lebih jelas.

"Meskipun karena hal ini kalian akan dibuang kebumi dan melepaskan kehidupan langit kalian?", tanyanya lagi.

"Digo adalah sebelah sayapku. Jika aku harus hidup tanpa sebelah sayapku, maka tidak ada bedanya dengan aku meninggalkan kehidupan langit.", suaraku terdengar lirih namun tulus.

Aku merasakan sedikit kericuhan terjadi disekitarku. Dewan-dewan yang duduk di depan kami saling berbisik sambil menatap kami penuh selidik. Raja Oskya semakin penasaran dengan kami berdua.

"Baiklah, pencabutan kehidupan langit sekaligus kehidupan peri dan demon kalian akan dijatuhkan sebagai hukuman dari pilihan kalian.", kata werewolf itu tegas. Aku mendengar pekik tertahan dari sebelah kiriku, entah Diva atau Ulysia yang terpukul.

"Tunggu.", Raja Oskya tiba-tiba berkata dari kursi tingginya.

Hatiku mencelos. Aku menggenggam tangan Digo semakin erat. Digo membalas genggaman tanganku. Raja Oskya menunjuk Digo dan memberinya kode untuk terbang mendekat ke arahnya. Sayap Digo mengepak perlahan. Ia melepaskan genggaman tanganku. Ia terbang dengan gagah dan melayang.

"Berikan tanganmu padaku.", perintahnya.

Lalu Digo mengulurkan tangannya pada Raja Oskya. Raja Oskya mengangguk-angguk dan sesekali mengernyitkan dahinya menatap Digo tajam.

"Luar biasa. Cratos ya?! Ah, memang luar biasa. Bahkan kekuatanmu sepenuhnya belum terlihat. Masih bisa digali. Kamu bisa sangat menarik sekaligus berbahaya. Dan, wah rasa cinta yang sangat besar. Aku terkesima!", kata Raja Oskya.

Lalu ia mempersilahkan Digo kembali ke kursinya di sisiku. Aku merasakan tangan Digo kembali menggenggam tanganku. Aku memasang wajah datar, menutupi ketakutanku.

"Baiklah, peri yang langka dengan kemampuan luar biasa mengirim pesan melalui tangannya, dan membaca isi kepala orang dengan tangannya. Sungguh langka dan berbakat, serta demon tangguh dengan kemampuan dan talenta luar biasa yang bahkan belum sepenuhnya muncul, ia hampir membunuh teman sekolahnya.", kata Raja Oskya lantang.

"Aku terkesima dengan kalian berdua. Bagaimana talenta kalian hanya bekerja sempurna saat kalian berdua bersama, itu sungguh langka. Mungkin Dewa Cinta menuliskan takdir kalian berdua sebagai jodoh.", lanjut Raja Oskya.

Aku dan Digo masih menatapnya penuh perhatian. Seisi ruangan menjadi sangat sunyi.

"Tetapi itu melanggar aturan. Aku tak bisa membiarkannya.", Raja Oskya mengangkat tangannya dan mengarahkannya kepada Digo.

nightingaleWhere stories live. Discover now