obstacles I

9K 522 42
                                    

DIGO

"DIGO! BERHENTI DIGO!", aku mendengar teriakan Elea yang membahana di lorong.

Aku masih menatap Hiro, vampir sok jagoan itu. Kali ini aku benar-benar tak bisa mengontrol emosi dan amarahku. Baru beberapa hari yang lalu aku dan Theo bicara soal 'demon' ku yang mulai samar, hari ini demon itu kembali tampak, bahkan berkali lipat lebih menakutkan. Vampir kurang ajar itu meringis kesakitan. Tetapi aku tidak peduli. Tanganku gemetar di atas lehernya yang kutekan dengan sepenuh tenaga karena amarah. Aku terus menatap matanya yang keemasan. Bayangan Sisi hinggap di benakku.

Aku melihat Sisi yang terkulai lemas. Rugos membawanya dari ruang makan menuju rumah sakit sekolah. Aku berlari mengejarnya, melihat matanya yang mematapku sendu dari gendongan Rugos yang berjalan menjauh. Aku sengaja membiarkan bayangan itu muncul, aku ingin vampir kurang ajar ini masuk ke kepalaku dan melihat betapa marahnya aku. Sepertinya berhasil, Hiro menyunggingkan senyum sinisnya padaku. Aku mencengkeram lehernya semakin erat, aku mendengarnya memekik tertahan.

"DIGO! STOP!", aku mendengar Elea berteriak lagi.

Aku bahkan tak menoleh padanya. Bajingan ini harus diberi pelajaran, pikirku. Akal sehatku telah hilang entah kemana. Seseorang melangkah mendekat dan berdiri di sampingku. Aku menoleh melihat Jess. Vampir cewek kelas sebelah, teman main Sisi.

"Digo! Keadaan Sisi lebih penting. Lo harusnya ke rumah sakit sekarang.", kata Jess pelan namun penuh penekanan.

Aku merasa seperti sesuatu memukul kepalaku dengan amat keras. Apa yang kupikirkan sejak tadi?! Tentu saja keadaan Sisi lebih penting. Sontak aku melepas leher Hiro, menatapnya nanar sekilas lalu melangkah menjauhinya menuju rumah sakit sekolah.

"Ini belum selesai.", kataku pada Hiro sambil berlalu.

Aku mendengar langkah kaki Elea yang berlari menghampiri Hiro. Vampir manja sok jagoan itu pasti mengadu berlebihan pada Elea. Aku tak peduli lagi padanya. Terserah apa yang mau dia katakan tentangku, yang jelas bagiku ini belum selesai. Aku melangkah cepat menuju rumah sakit sekolah yang terletak lebih jauh di belakang gedung asrama.

Aku menoleh ke kanan dan kiri, mencari pintu keluar. Aku berbelok di ujung lorong dengan tak sabar, berdiri di ambang pintu halaman dan mengepakkan sayapku keras. Aku melesat ke udara. Pikiranku hanya tertuju pada Sisi, aku harus cepat sampai di rumah sakit.

------------------------------------------------------

Aku mendarat perlahan di atas lantai marmer mengkilap rumah sakit. Bau cairan steril menguar dan menusuk hidungku. Aku berlari kecil menuju meja informasi. Aku merasakan sayap hitamku perlahan menghilang seiring langkah kakiku. Aku berhenti di depan meja informasi, menatap wizard berpakaian suster di hadapanku. Nora, aku membaca plat nama di dadanya. Ia mengangkat kedua alisnya kepadaku.

"Sisi. Baru saja dibawa kesini oleh Rugos.", kataku perlahan, menata setiap kata-kataku.

Ia memalingkan tatapannya dari wajahku ke setumpuk kertas di hadapannya. Ia mengangkat tongkat sihirnya sambil berdeham pelan. Mengacungkannya ke dinding putih di belakangnya. Bagaikan sebuah layar proyektor, dinding itu menayangkan adegan yang entah dari mana munculnya, mungkin tongkat sihirnya. Namun aku melihat Rugos dan Sisi dalam gendongannya, memasuki sebuah ruangan serba putih, aku menangkap tulisan di atas pintu yang dilaluinya sebelum akhirnya gambar itu menghilang perlahan dari dinding.

"Makasih.", kataku padanya lalu beranjak dari meja informasi.

Aku sempat melihat wanita itu menganga kaget mendengarku berterima kasih. Namun aku bersikap seolah-olah aku tak melihatnya. Apa aku seburuk itu? Sampai-sampai sebuah ucapan terimakasih saja membuat mereka terkejut. Aku berdecak pelan, menatap tangga marmer yang melingkar. Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar. Melompati dua anak tangga sekaligus. Tak lama aku tiba di ujung tangga lantai dua. Aku berlari menuju ruangan paling ujung di sebelah kiriku. Pikiranku kosong, hanya bayangan Sisi yang hinggap sejak tadi.

nightingaleМесто, где живут истории. Откройте их для себя