"Awww sakit kak. Lo kayak srigala deh nyubit-nyubit, gigit juga mau. Sakit tau." Dani mengusap-usap perutnya yang dipilin Tsabita.
"Ya lo nggak usah gitu juga, gue emang nggak punya pacar tapi nggak usah teriak-teriak kasih pembuktian juga kali."
"Kalo emang lo mampu ya ajak dong pacar lo kondangan. Kenapa ajakin kakak lo Ino yang cantiknya ngalahin Candice Swanepoel."
"Udah buru jalan nggak usah banyak omong." Lanjut Tsabita.
***
Tsabita dan Dani sudah keluar dari area gedung. Ia memilih duduk manis tanpa berceloteh diiringi lagu Perlahan-Happy Asmara.
Gini amat lagunya.
"Lo jadi traktir gue Sushi Tei, kan?" Todong Tsabita.
Dani mengangguk sebagai jawaban.
"Lo yakin mau pake baju gini?" Lirikan Dani mempertanyakan costum yang dikenakan Tsabita.
Muka Tsabita berubah menjadi sendu. Lalu memantulkan bibirnya sehingga indent ke depan.
"Yah, nasib. Lupa ga bawa ganti." Tsabita sambil memijit betisnya yang terasa pegal.
"Bisa aja sih kalo minta cancel. Dengan senang hati malah." Dani tersenyum licik. Itu artinya dia nggak akan keluar banyak uang. Apalagi kakaknya ini kadang suka memeras seenak jidat. Sampe jidat Dani benar-benar berkilauan.
"Nggak bisa dong. Janji adalah hutang. Kalo hutang harus dibayar plus bunganya."
"Loh, kok lo kayak lintah darat? Apa-apa minta bunga." Sewot Dani.
"Jarang-jarang nih adek gue yang paling ganteng se jagad mau traktir cuma-cuma Tei, lumayan lah sebagai ganti jatah makan yang lo makan di apartemen gue." Jawab Tsabita polos dengan kikikan nyaring.
Dani hanya bisa pasrah. Iya sih, kakaknya nggak pernah yang minta apapun ke dia. Palingan cuma minta makan Sushi Tei doang, nggak yang minta hermes, running shoes yang limited edition atau barang-barang lainnya. Padahal kalo di itung-itung Dani mampu saja membelikan kakaknya barang branded. Tapi, selagi ia nggak meminta kenapa harus keluar uang banyak.
"Salmon Inari Sushi, Tuna salad crispy, salmon sashimi, spicy salmon head nabe. Mungkin itu dulu entar gampang nambah lagi." Kata Tsabita dengan polos sambil menutup buku menu.
Ini nih yang bikin Dani nggak suka kalo diajak pergi sama Tsabita. Selalu ada buntutnya. Gampang nanti nambah, ya ampun. Badannya aja kecil tapi porsi makannya melebihi kuli.
"Lo kok kayak kalap banget sih. Padahal tadi kan di kondangan udah makan."
"Beda dong. Tadi di kondangan sengaja makan yang nggak kenyang, gue udah sengaja ngomongin perut dari pagi biar perut gue muat buat ngabisin traktiran lo."
Dani geleng-geleng dengan pemikiran Tsabita. Kadang emang suka gitu. Jadi wajar kalo cowok liatnya illfeel nggak ada cakep-cakep nya emang kalo udah soal makanan.
"Abis segitu banyak?" Tanya Dani ketika melihat meja mereka dipenuhi makanan.
Belum sempat menjawab. Tsabita yang mulutnya penuh dengan salmon Inari. "Itu Genta bukan sih?" Tanya Dani menunjuk ke arah jarum jam sembilan.
Belum sempat Tsabita menoleh Genta sudah lebih dulu berjalan mendekat.
"Hai Ta, Dan." Sapa Genta.
Genta dan Dani saling berjabat tangan. "Dari mana mas? Rapi bener?"
Dani mempersilahkan Genta untuk duduk di bangku sebelahnya yang masih ada space.
Tsabita belum berkomentar apapun karena mulutnya masih penuh makanan. "Apa kabar Gen?" Tanya Tsabita.
"Tadi abis dari acara aqiqahan mas Gema." Jawabnya. "Baik. Lo sendiri?"
"Baik juga." Jawab Tsabita dia tetap fokus ke makanannya daripada menanggapi Genta yang ada di sampingnya.
"Maafin kakak gue yang kadang urat malunya ditukar sama menu sushi Tei." Ucap Dani tanpa tedeng aling-aling.
"Hmmmm..." Tsabita seolah nggak mau melewati nikmatnya salmon Inari.
"Abis kondangan ya kalian? Kok masih mampir Tei? Emang nggak makan?" Tanya Genta.
"Makan sih makan, tapi demi menepati janji. Mau gimana lagi?" Mengerikan bahu.
Genta terkekeh, bergabung dengan duo kakak beradik yang nggak pernah akur ini memang selalu ada aja umpatan ketidaksukaan. Padahal mah mereka saling sayang. Tapi terkalahkan oleh gengsi mereka.
"Lah pacar lo kemana? Biasanya aja lo sama pacar, Dan?" Memang benar, Dani ini like son every calon mama mertua banget. Udah ganteng, setia until halal, easy going dan ketjeh abizzzz.
"Tau tuh, pagi-pagi udah geret gue aja. Lo putus?" Tanya Tsabita.
"Sembarangan banget lo. Enak aja. Gue tu udah memikirkan masa depan sama dia. Cuma ya terkendala lo yang nggak nikah-nikah." Sahut Dani. "Dia liburan ke Bali." Lanjutnya.
Genta hanya ber ohh ria, Genta belum juga beranjak dari tempet duduk mereka. Soalnya Genta pesannya untuk dibawa pulang.
"Lo dah ada calon mas?" Tanya Dani penasaran.
"Belum sih, gimana Dan?"
"Nanya aja sih. Lo kan seganteng ini masa nggak ada yang lo pengen mas? Paling nggak satu lah yang bikin lo nggak bisa noleh ke lainnya."
"Ada sih."
"Siapa Gen, lo kok ga pernah cerita?" Tanya Tsabita penasaran dan menghentikan acara makannya.
Genta tersenyum memamerkan lesung pipinya.
"Tipe lo yang gimana, Ta?"
Uhuuuuukkk....
Dani tersedak. Dia nggak salah denger kan?
***
Hai gaissss, selamat malam minggu. Masih betah nggak #stayathome nya? Ini nggak ada acara kencan ya, yang tinggal deketan aja nggak bisa ketemu apalagi yang ldr-an semoga tetap kuat. Kemarenan pas nggak libur pengen libur pas libur pengen masuk aja. Sabar ya tetep #staysafe less sambat more bersyukur aja. Semoga wabah Corona segera dapat teratasi.
Thanks for Reading
See you next chapter
Rgrd,
Lizaraaaa
YOU ARE READING
When: Is There Something Wrong With Us?
General FictionOnce we met, it was clear that neither of us could control what was happening to us. We fell in love, despite our differences, and once we did, something rare and beautiful was created. Bertemu kamu bukan suatu hal baru bagiku. Tetapi bertemu kamu...
When-4
Start from the beginning
