Chapter#10

145 4 1
                                    

Lavian keluar dari rumah papa nya dan langsung pergi ke Jakarta. Dalam perjalanan lavian hanya diam dan ia kecewa dengan papa nya. Mengapa papa nya tega dengannya padahal yang sebenarnya ia hanya butuh kasih sayang dari papa nya, orang satu satunya yang ia punya. Ia benci dengan papanya, ia rindu mamanya rindu akan kenangan bersama mamanya.

Setelah sampai di rumah nya Lavian segera ke kamarnya dan mandi.

15 menit kemudian, Lavian sudah rapi dengan baju nya. Ia duduk di kasurnya dan memainkan handphone nya.

Tiba tiba dia membuka kolom chattnya dengan Meyla. Entah kenapa  saat ini dia membutuhkan Meyla untuk teman curhatnya.
Ia segera menelfon Meyla.

"Iya nggak ya?" Lavian terlihat menimbang nimbang apa yang muncul di kepalanya. Sampai lima detik selanjutnya, ia sudah menempelkan benda elektronik persegi berlogo Apple ke daun telinga sebelah kiri, sehingga ia bisa mendengar nada sambung berbunyi.

"Halo?" Sapa Meyla dari seberang sana setelah nada sambung ke empat. Lavian terpana. Ia tidak menjawab walaupun suara itu dah masuk ke gendang telinganya sedetik yang lalu.
"Haloo?Lav?" Ulang Meyla

"...." Masih hening. Lelaki itu sibuk mendengarkan suara yang baru ia sadari ternyata adalah sebuah keindahan.

"Halo?Lav?"

"....."

"Haloo? Ish, diem aja". Meyla bersuara lagi. "Lavian?hallo?ini ada orang nya nggak sih?jangan iseng deh".

"...."

"Hallo? Gue matiin ya?" Ucapnya lagi.

"Eh, Mey?" Lavian buru buru bersuara

"Oh ada orang nya hehehe" Meyla menjawab. "Ada apa Lav?kok tiba tiba telfon?" Tanya Meyla.

"Bisa ketemuan nggak?"

"Sekarang?"

"Iya, soalnya gue butuh teman untuk curhat"

"Oke,dimana?"

"Di Danau aja dekat komplek lo"

"Oke"

Sedetik setelah sambungan itu terputus, Lavian tanpa sadar senyum senyum.

**

Sesampainya di Danau dekat komplek nya Meyla. Lavian langsung duduk di tepi Danau sambil memejamkan matanya sejenak. Lavian itu duduk disampingnya Meyla. Meyla tak berani buka suara sampai lavian sudah siap bicara ke dirinya.

"Gue kangen sama mama" ucap Lavian tiba tiba

Meyla masih tetap diam sambil memperhatikan Lavian dalam, membiarkan laki laki itu mengeluarkan keluh kesahnya.

"Gue capek Mey" lirihnya. "Gue mau nyusul mama"

Meyla menggeleng "saat" Meyla membawa Lavian kedelapannya, mencoba menenangkan Lavian untuk tidak berfikir macam macam.

"Lo tau Mey? Saat gue tau nyokap gue ngga ada, gue kecewa karena apa? Nyokap gue nggak bilang ke gue kalo dia punya penyakit yang mematikan. Dan saat nyokap gue ada di rumah  sakit, bokap gue ngga ada disamping nyokap gue. Dan itu buat gue kecewa dan benci sama papa" ada jeda sebelum lavian melanjutkan ucapannya. "Disaat nyokap gue berjuang demi hidup, bokap gue malah enak enakan selingkuh dan bilang kalau dia udah menikah"

Tak sadar air mata sudah membanjiri
Ke dua pipi Meyla. Ternyata selama ini sikap Lavian yang baru bar itu hanya menutupi semua kesedihannya. Meyla mempererat dekapannya pada lavian ia menenangkan Lavian.

Sesekali kalian harus melihat ke bawah. Agar kalian tau arti bersyukur. Mungkin yang kalian anggap bahwa diri kalian lah yang paling menderita dan ingin menukar posisi menjadi orang lain.

Kalian salah.

Bisa saja orang lain yang ingin kalian tukar dengan diri kalian, lebih menderita dibandingkan kalian. Hanya saja orang itu tidak mengeluh.

Belajar lah bersyukur. Jalani hidup dengan senyuman, dan nikmati semuanya.

Kuncinya hanya, Enjoy the little thing.

-Meyla Lavia Alexander-

**

Liburan semester telah usai. Semuanya kembali melakukan aktifitas seperti biasanya.

Saat ini, warung teteh kembali ramai setelah nyaris dua Minggu sangat jarang ada anak anak berseragam yang datang untuk makan atau sekedar nongkrong di warungnya. Warungnya ramai dan penuh oleh anak SMA meskipun bel pulang sekolah belum berbunyi.

Tetapi, itu tidak berlaku untuk Lavian, Bara, Vero, dan Raja. Ke empatnya sudah berkumpul di gazebo yang ada di depan warung teteh.

Ke empatnya memilih bermain ABC lima dasar, berbekal bedak bayi milik Bara, yang kalah akan dicoret dengan bubuk putih itu di bagian wajahnya.

"A B C D__" Raja berhenti menyebut huruf begitu tangannya berhenti menunjuk di jari milik Vero yang mengacung.

"Dinosaurus!" Celetuk Bara nomor satu. Ia takut kalah.

"Apaan anjir? Yang udah puna mah nggak boleh disebut. Nggak sah!" Ucap Vero seraya menyenggol bahu Bara.

"Sah lah! Kan nggak ada peraturan begitu"

"D__D apaan ya? Raja masih berpikir.

"Domba! Domba!" Ucap Raja bersemangat sampai ia menemukan kedua telapak tangannya dan senyumnya merekah. Ia lolos dari hukuman. Lalu lidahnya terjulur keluar. Meledek mereka yang masih berusaha menemukan nama hewan yang diawali huruf D.

"Dog!" Suara itu datang dari Vero, disusul kekehan penuh kemenangan. "Mampus Lo Lav! HAHA!"

"Yah sialan, sabar dong! Gue mikir dulu!" Lavian memundurkan tubuhnya saat tangan ketiga temannya bersiap mencoret wajahnya dengan bedak.

"Halah, lama Lo kayak mikirin hutang! Sini cepetan!"

"D___sabar njir, sebentar! D___D apa dong anjir?!" Katanya seraya tertawa panik. Belum mau menyerah. "Dona, Dona!"

"Nama hewan woy! Bukan nama mantan!" Raja tertawa lepas. "Goblok dah!sini cepat elah".

"Buruan!" Vero menambahi.

"Mantan juga hewan!" Lavian memberi pembelaan. "Satu spesies sama anjing".

"Waaaaah parah si lavian! Hahahaha!"

"MAKAN TUH BEDAK! HAHAHA".

"Anjaaay! Hahaha!" Lavian tidak kuasa untuk tidak mengumpat karena tangan teman temannya secara serentak menorehkan bedak ke wajahnya.

"Hahaha!"

"MAMPUS!"

"Rasain Lo!" Ketiga cowok berseragam SMA itu tidak bisa menahan tawa begitu selesai memberikan hukuman untuk lavian, kapan lagi bisa ngerjain Lavian.

"Lagi!lagi" ucap Bara bersemangat

"Udah lah capek gue!" Sahut Lavian. "Gue cabut gaes" pamit Lavian seraya membersihkan wedak dari mukanya.

**

Happy reading gaes💤

Jangan lupa vote and komen!!!

Satu kata buat part ini???

Yang belum ngikutin akun ku, harus ikutin yaa!!

Follow juga ig ku swiil_05 pasti follback!



MEYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang