❝Jeda dan Suara Sederhana❞

9.5K 587 21
                                    

SWAKARYA RASA
-navitra-

ㅡㅡㅡ

Teruntuk kamu yang tak kunjung bersua dengan indahnya arena bertajuk perasaan. Entah itu menanti seucap balas perihal rasa suka, atau sebatas mengamati dari kejauhan tanpa bertegur sapa. Bisakah kalian dengar gema suara yang mengudarakan wejangannya?

Iya, yang dengan lantang menggaungkan kata 'rasa' dari arah lapangan utama SMA Garda Negara itu. Yang dengan tegas melontarkan pesan tanpa setitikpun ragu.

Jika kalian belum sempat mendengar, maka beginilah kalimatnya, "barangkali jika hati belum melukis satu nama. Maka kelak, kau akan mengerti bagaimana indahnya masa remaja, sembari melukis swakarya perihal rasa."

Jadi bagaimana? Apakah kamu termasuk dalam sekelumit orang yang percaya pada kalimat di atas, atau juga menolak percaya sama halnya putra-putri Danabrata?

Dahulu, dari barisan kedua sebelah kanan. Sekumpulan anak manusia penghuni kelas X IPA-2 hanya tertawa ringan mendengar penuturan anggota organisasi sastra yang berdiri di atas podium.

Tiga puluh dua anak manusia dengan berbagai isi kepala yang berbeda, ternyata juga memiliki satu titik kesamaan. Mereka memandang remeh perihal perasaan. Bahkan kini memasuki tahun kedua di masa putih abu, dengan apiknya sebaris kalimat tanya ini masih terpendam. "Memangnya perihal rasa akan seindah apa untuk dilukis menggunakan barisan frasa?"

Mungkin langit juga sudah muak mendengar gumaman tidak percaya sebagian anak manusia. Hingga akhirnya, gerakan pena dari semesta membuahkan skenario tanpa bisa diterka.

Dari atas podium yang dikelilingi paras muda dengan topi berlogo Sekolah Menengah Atas menutup kepala. Kalimat terakhir dari sosok ketua organisasi Gandaksara tandang di kedua sisi telinga.

"Mungkin saat ini kalian masih bisa menertawakan. Tetapi esok hari kalian sendiri yang akan membuktikan. Bahwa ucapan saya barusan bukan hanya sebatas bualan, melainkan seutas wejangan yang akan selalu kalian kenang. Dan teruntuk kamu yang baru menginjak masa putih abu-abu. Selamat datang pada gerbang zona nyaman, dan merakit swakarya bertema perasaan."

Riuh sorak sorai memenuhi lapangan utama ketika sosok dengan almamater Garda Negara membingkai tubuh turun dari atas podium. Lantas digantikan seorang pemuda jangkung dengan almamater khusus Adibrata berona merah marun. Siapa lagi jika bukan sosok ketua organisasi OSIS yang sering dieluh-eluhkan siswi perempuan?

Usai membenahi almamater itu sekali. Dalam lima sekon penuh, sepasang netra bak biji kelengkeng tersebut menyelami lautan anak manusia yang tengah berdiri. Disusul seutas garis kurva lekung ke atas pada bibirnya. Tak ayal, hal barusan sukses membuat barisan gadis histeris.

"Senang sekali akhirnya saya bisa diberi kesempatan berdiri sekali lagi di podium ini untuk mengenalkan seisi SMA Garda Negara tercinta pada kalian, siswa-siswi baru kelas sepuluh. Sebelum berbicara lebih jauh, alangkah baiknya jika saya memperkenalkan diri terlebih dulu. Karena seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Begitu bukan?"

Sabit itu terulas kian luas tatkala mendengar suara para remaja bersahut-sahutan dari berbagai sisi menanggapi ucapannya. Dari barisan kedua kelas sebelas bahkan ada yang sudah membalas, "sudah kenal aja masih belum disayang, apalagi kalau belum kenal? Mungkin bakalan ditendang!"

Lalu diikuti desis pemuda barusan, agaknya mendapat hadiah berupa injakan kaki dari sang ketua kelas yang menatap ganas.

"Baik, perkenalkan nama saya Genta Achalendra Sejagat dari kelas XII IPA 2, yang menyandang gelar Ketua Adibrata. Disini, bagian saya adalah untuk mengenalkan macam rupa organisasi yang bisa kalian ikuti. Karena saya rasa, tiap seluk-beluk sudut sekolah ini sudah kalian jelajahi dalam sesi pengenalan lingkungan sekolah lusa kemarin." Jelasnya.

Swakarya Rasa [ Discontinued ]Where stories live. Discover now