Chapter 2 (Revised!!)

27 0 0
                                    


Semua berjalan lancar-lancar saja pada awalnya. Namun, semua berubah drastis ketika ia menginjak kelas dua SMA.

Hal ini bermula ketika libur semester yang bebarengan dengan libur lebaran. Ibunya Alfi membuat banyak sekai kue kering, mulai dari kue lidah kucing, cookies, putri salju, nastar, sampai kacang telur dengan asumsi bahwa akan banyak tamu yang datang seperti tahun kemarin. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, sehingga kue-kue itu tersisa banyak. Alfi yang sayang sama ibunya juga nggak tega melihat kerja keras ibunya banyak meninggalkan sisa seperti ini. Akhirnya ia dan adiknya, Ahmad, menghabiskan kue-kue itu agar tidak mubazir. Alasan lainnya adalah Alfi sering sakit yang mengharuskan ia makan makanan yang cukup bergizi. Namun yang ia makan malah kue-kue itu.

Karena energi yang masuk lebih banyak dari pada yang keluar, tubuh Alfi membesar secara perlahan dan selama liburan berat-badannya naik menjadi lima kilogram. Alfi baru menyadari ini ketika Alfi ingin memakai seragam olahraga sekolahnya. Ia merasa lebih sesak. Ia buru-buru mengambil timbangan dan kaget. Yang benar saja, awalnya ia memiliki berat badan 37 kg sekarang menjadi 42 kg.

Liburan usai, suasana sekolah juga lebih baru. Hari ini mungkin tidak ada pelajaran seperti biasanya karena masih awal masuk dan seharusnya digunakan untuk saling berkenalan oleh teman satu kelas yang baru. Alfi sekarang naik ke kelas dua SMA. Tapi ia tak tau kelas dua apa.

Alfi menjumpai Gina yang sedang duduk-duduk di taman dengan seseorang tak Alfi kenal.

"Gin!" sapa Alfi sambil menepuk pundak Gina.

"mm.. halo.." sapa Alfi ke teman Gina yang ketika berkenalan namanya Naina.

"Ini kenapa masih banyak yang di luar?" tanya Alfi penasaran.

"Kan nggak ada pelajaran, Alfiiiii" terang Gina.

"Ooooooh" balas Alfi.

"Eh, Fi, nih anak entar jadi temen sekelas kamu." Kata Gina.

"Emang udah ada pengumumannya? Kan masih pagi ini" jawab Alfi.

"udah kok, tuh anak-anak pada gerombolan ngeliatin pengumumannya" kata Gina sambil menunjuk gerombolan yang dimaksud.

"rame bangeeett. Kita nggak satu kelas, Gin?" tanya Alfi lagi.

"sayangnya, nggak, sayang. Kita beda kelas. Tapi kabar baiknya adalah, kamu sekelas sama si Zaka. Pasti kesenengen, nih anak"

Mendengar itu, entah kenapa Alfi tidak senang. Satu kelas sama gebetan? Bukannya nanti akan mengganggu, ya? Kenapa harus sama Zaka, sih? Alfi merasa tidak senang dan tidak membalas godaan Gina.

Esoknya ketika masuk ke kelas barunya, Alfi kaget. Tidak ada satu pun anak di kelas sebelumnya yang satu kelas dengannya. Dia masuk agak siang karena ban angkot yang ditumpanginya tadi bocor.

"Ini nggak bercanda, kan? Serius aku aja yang dulu sekelas sama aku?"

Tapi dia teringat kalau temannya Gina sekelas sama dia. Tapi.. dia dimana, ya? Masa belum dateng, sih? Akhirnya Alfi duduk di bangku kosong nomor dua dari depan yang kosong. Bel berbunyi dan seketika itu juga ada orang yang duduk di samping Alfi. Ternyata Naina.

"Hai, dateng jam berapa kamu?" kata Naina tiba-tiba sambil duduk.

"Baru aja, sih. 10 menit yang lalu" balas Alfi.

Mata Alfi mencari-cari seseorang, namun tak kelihatan. Matanya tertuju pada bangku kosong yang ada di belakang. Apa mungkin dia nggak masuk? batin Alfi.

"Zaka kecelakaan, nggak sih?" kata seseorang di belakangnya.

"Hah? Yang bener kamu?!"

"Iya! Aku tuh kata ibunya. Kan aku sama dia tetanggaan."

"Kapan kecelakaannya? Terus, sekarang gimana?"

"Eh, satu-satu, dong kalo nanya. Kayaknya pas liburan, deh. Udah gapapa, katanya. Minggu depan udah masuk kok."

Alfi yang mendengar percakapan itu langsung kaget. Dia ingin bertanya juga tapi dia tidak kenal dengan orang yang mengatakannya. Alfi akhirnya menyimpan rasa penasaran itu sendiri. Ia berpikira bahwa nanti ia juga akan tau.

Setelah seminggu Zaka absen dari kelas, akhirnya dia kembali dengan perban di tangannya. Dan dari mulut teman-teman kelasnya, dia habis kecelakaan tersenggol sepeda motor dan ketika jatuh, ia bertumpu pada tangannya sehingga menyebabkan tangannya patah.

Tapi, ada yang berbeda dari Zaka. Kenapa dia nggak menyapa dan melihat Alfi? Bahkan dia menghindari tatapan Alfi. Dia kenapa, ya? batin Alfi. Apa salahku ke dia juga? Kenapa menghindari gini, sih? kata Alfi penasaran dalam pikirannya sendiri.

Dan hal itu berlanjut sampai berharu-hari. Naina yang juga tau kedekatan Alfi dan Zaka juga penasaran.

"Al,  Zaka kenapa, sih? Kok kayaknya dia ngejauhin kamu?" tanya Naina penasaran.

"Gatau, Na,"

"bahkan kita udah nggak pernah omong-omongan apalagi saling sapa kayak dulu" jawab Alfi.

"aku tanyain ke dia, ya?"

"hah? Gila kamu! Ngapain coba? Jangan deh, aku malu. Entar ketauan lagi kalo aku juga penasaran"

"nggak ketauan. Janji." Kata Naina.

"benera, ya. jangan sampek dia tau kalo kamu bakal ngasih tau aku jawabannya" pinta Alfi dan dibalas anggukan oleh Naina. Naina pun menghampiri Zaka yang di bangkunya.

"He, Zak!" sapa Naina.

"oy, apa Na?" tanya Zaka.

"aku apene takon awakmu (aku mau tanya ke kamu)" kata Naina.

"opo? (apa?)"

"kok kamu sama Alfi nggak deket? Kalian ada masalah, ta?"

"oh, mm.. nggak seh"

"terus kok nggak sapa-sapaan dan nggak deket lagi?" Naina makin penasaran.

Zaka terdiam dan mempertimbangkan sesuatu. "Jangan kasih tau ke dia" pinta Zaka dan dibalas dengan anggukan oleh Naina.

"Deloken de'e. Tambah lemu, gak seh teko sak durunge? Iku sing nggarai aku ngadohi de'e. Gak seneng aku mbek wedhok lemu, duk tipeku. Tambah elek sisan de'e. (lihatlah dia. Lebih gemuk daripada sebelumnya, nggak sih? itu yang menyebabkan aku menjauhi dia. Nggak suka aku sama cewek gemuk, bukan tipeku. Tambah jelek juga dia. )" jelas Zaka.

Naina yang mendengar penjelasan Zaka agak kaget namun ia berusaha tidak memperlihatkan ekspresinya. Dan dia hanya membalas "oalaah" saja.

"Terus, saiki awakmu lagi sir arek ta? (lalu, sekarang kamu lagi suka anak, kah?)" tanya Naina penasaran.

"Iyo. Konco sak kelas. Ayu" jelas Zaka.

Ayu, dia adalah salah satu teman yang sekarang satu kelas dengannya. Seperti namanya, dia cantik. Tapi, dia agak endel.

Gina menceritakan semua yang dikatakan Zaka kepada Alfi. Ekspresi Alfi langsung bingung. Penjelasan Zaka membuat Alfi kecewa, karena perasaannya selama ini tidak tulus. Emang kenapa kalo aku tambah gemuk?

Meskipun Naina hanya bercerita ke Alfi saja, namun kabar ini juga terdengar di beberapa teman sekelasnya. Itu dikarenakan Zaka yang cerita ke teman-temannya. Kabar tentang Zaka yang naksir sama si Ayu juga tersebar. Berita ini sampai ke telinga Gina. Akhirnya, Gina mengajak Alfi dan Naina pergi ke kantin ketika istirahat siang.

"Fi," Gina membuka obrolan.

"Hmm?" jawab Alfi yang sedang melahap bakso Pak Ji.

"Kamu gapapa, kan?" tanya Gina agak khawatir. "aku udah denger tentang kamu dan..."

"gapapa, sih" potong Alfi.

"Cuma aku agak kecewa aja, sih, Gin. Kukira kalo orang yang ada perasaan ke orang lain gitu nggak ngelihat fisik dan menerima kekurangan pasangannya. Tapi... yaudah lah, ya. Nggak peduli juga." jelas Alfi.

Gina tidak bertanya lebih lanjut. Menurutnya,Ali butuh waktu untuk memahami keadaannya agar tidak sedih terus-terusan. Danakhirnya, mereka melanjutkan makan dan kembali ke kelas masing-masing.

A/N :

Yang belum baca chapter 1, tolong baca yaw. Ada beberapa tambahan di sana. thx.

BadaiWhere stories live. Discover now