Chapter 1 (REVISED!!!)

42 1 0
                                    


Menjadi terkenal dan punya banyak teman di lingkungan sekolah adalah dambaan sebagian besar siswa. Namun, tidak bagi Alfi, siswa yang pendiam dan hanya memiliki beberapa teman. Baginya, ada seseorang yang mau berteman dengannya dengan tulus dan selalu ada adalah hal yang lebih dari cukup dan harus disyukuri daripada punya banyak teman tetapi ada maksudnya saja. Baginya, menjadi terkenal di lingkungan sekolah adalah beban, kehidupan kamu akan menjadi gossip diseantero sekolah.

"Alfi, kamu nanti latihan, nggak?" tanya Alif. Dia adalah salah satu teman Alfi di ekstrakulikuler Taekwondo.

"Latihan, kok. Jam 4 sore kayak biasanya, kan?"

"Ho-oh"

Pagi itu, masih sepi. Sepertinya Alfi berangkat terlalu pagi. Tapi ini kan sudah jam 7.30, seharusnya udah banyak yang datang, gak sih? Kenapa Cuma ada Alif aja di kelas? pikirnya. Dan tak lama kemudian, satu per satu teman sekelasnya pun datang.

"Alfiiiii, dicariin Zaka, tuuuhh!" teriak seseorang yang mukanya yang kurang jelas dilihat Alfi karena saat itu, Alfi nggak pakai kacamata.

"Cieee, Alfi. Kalau udah jadian jangan lupa PJ (Pajak Jadian) yaa, haha."

Alfi tidak terlalu memperdulikan perkataan teman-teman sekelasnya dan dengan malasnya menuju depan kelasnya. Alfi melihat Zaka berdiri dengan menyender pada dinding kelasnya dan tangannya ke belakang.

"Zaka, ada apa?" tanya Alfi.

Zaka adalah teman Alfi ketika SMP, meskipun tidak benar-benar menjadi teman. Zaka menaruh hati pada Alfi saat pertama kali melihatnya, setidaknya itu kata salah satu teman Zaka yang juga tetangga Alfi meskipun berbeda blok. Tapi sayangnya, Alfi tidak mempedulikannya. Dan tapi lagi, Zaka juga tidak menyerah untuk mendapatkan hati Alfi. Hingga akhirnya, tanpa sadar hati Alfi mulai melunak.

"Aku mau ngembaliin kamus, nih. Makasih banyak, ya." kata Zaka dengan senyum dan dibalas juga dengan senyuman oleh Alfi. Jantung Alfi berdetak tak karuan.

"Aku balik ke kelas dulu ya, Zak. Udah mau jam tujuh, entar lagi masuk" kata Alfi.

"Oke" balas Zaka.

Sepulang sekolah, Alfi langsung mengikuti ekstrakulikuler Taekwondo. Meskipun masih jam tiga sore, tapi Alfi bersiap-siap lebih awal karena jika terlambat maka akan mendapat hukuman dari Sabeum Bima. Nggak tanggung-tanggung hukumannya, push up seratus kali. Yah, meskipun begitu, Alfi tidak benar-benar melakukannya sebanyak itu. Latian hari ini digunakan untuk persiapan ujian kenaikan tingkat, dan saat ini Alfi masih berada di tingkatan sabuk kuning strip hijau dan akan naik ke tingkatan sabuk hijau.

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Alfi dan Zaka juga semakin dekat. Kedekatan mereka tentunya terdengar oleh teman seangkatan mereka. Zaka sangat terkenal karena suka berkawan dengan siapa saja. Hal ini berbeda dengan Alfi yang pendiam dan pilih-pilih teman. Hal ini membuat Alfi kurang nyaman dengan Zaka karena ia mulai menjadi sorotan. Apalagi, terkenal karena dekat dengan seorang laki-laki. Sungguh, itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.

"Hei, kamu Alfi, kan?" tanya seorang cewek di kelas seberang menghampiri ketika Alfi sedang mencuci tangannya.

"I-iya. Kok kamu tau namaku?" tanya Alfi penasaran dan agak merasa terganggu.

"Iyalah, kan kamu dekat sama Zaka. Semua kelas tujuh tuh tau kalo kamu dekat sama Zaka"

"oh, dia cerita?" Alfi mulai penasaran.

"Iyolah jelas (iyalah, jelas)! De'e iku ben nang kelas-kelas mesti cerito nang konco-koncone (Dia itu setiap ke kelas-kelas selalu cerita ke teman-temannya)" jelas cewek itu.

Hadeh, kenapa harus diumbar juga sih tuh anak?! kata Alfi dalam hati. Hal itu berlanjut sampai beberapa orang yang tidak Alfi kenal menyapa dan menanyakan hal yang sama.

"Gin, aku mangkel (sebel) sama si Zaka itu" kata Alfi ketika duduk di sebelah sahabatnya, Gina yang sedang makan mie ayam Mak Inem di kantin.

"Emang kenapa?" tanya Gina.

"Diumbar-umbar, cuy. Diceritain ke temen-temennya di kelas-kelas. Aku kan jadi sorotan. Gak enak tau, Gin. Kenapa sih dia kayak gitu?" protes Alfi.

"Dia kesenengan kali, Fi. Udah lama kan dia suka sama kamu terus baru dibales sekarang." Ujar Gina.

"Tau, deh!" jawab Alfi sambil mendengur kasar.

Alfi merenungkan ucapan Gina. Mungkin bener, sih. Tapi, emang harus gitu, ya? Kalo dilihat-lihat sih, temen-temen yang udah punya pacar juga gitu, selalu diumbar ke orang lain. Apa ini salah satu risiko pacaran? Kok bikin nggak nyaman gini.... Apa aku bilang ke Zaka aja ya kalo aku gak suka diumbar-umbar? Tapi entar dia ngambek. Hadeh, cowok kok ngambekan sih? Yaudah deh, gak usah. Entar tambah ribet.

Dan benar, Alfi nggak pernah protes tentang masalah itu ke Zaka. Menurutnya, yaaa yaudah aja. Udah terjadi juga, kan.

Ujian sekolah sudah di depan mata dan semua siswa sibuk untuk belajar mempersiapkan Ujian Akhir Semester (UAS) yang akan menentukan naik atau tinggal kelas. Begitupun dengan Zaka dan Alfi juga mereka sibuk belajar.

Mmmm.... sebentar. Maksudku adalah Alfi dan teman-temannya sibuk belajar. Zaka? Dia tetap keluyuran. Belajar? Dia mengandalkan teman-teman di sekelilingnya dan kemampuannya untuk menyalin jawaban temannya tanpa ketahuan. Atau bisa saja dia menggunakan koneksinya untuk membeli kunci jawaban, karena ada salah satu temannya yang ayahnya bekerja di kedinasan pendidikan. Dan si ayah temennya ini adalah orang yang mengawasi soal-soal agar tidak bocor. Tapi.....

A/N

Ada revisi total dalam alur cerita yang aku buat, karena yang awal itu setelah kubaca ulang nggak nyambung dan terlalu dipaksakan diceritanya. Mungkin nggak ada kata rayuan-rayuan gitu karena  menurutku cheesy bangettttt!!!

I hope you like it, meskipun (mungkin) menurut kalian terlalu bertele-tele dan membosankan.

Oh iya, ini beberapa istilah yang mungkin masih belum ada yang tau.

Sabeum : pelatih taekwondo

Tingkatan sabuk di taekwondo (tolong koreksi kalo aku salah):

- tingkatan sabuk putih : ini biasanya dipake sama pemula yang baru mengenal dan baru bergabung taekwondo. tingkatan ini juga diseut tingkatan dasar
- tingkatan sabuk kuning : tingkatan kedua dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat pertama
- tingkatan sabuk kuning strip hijau: tingkatan ketiga dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat kedua. ada perubahan di tingkatan sabuk kuning strip hijau ini. kalo waktu aku SMP (pas masih tahun 2011-an) ada dua, kuning strip hijau 1 dan kuning strip hijau 2. tapi entah mulai kapan digabung, which means, nggak ada strip hijau 1 dan strip hijau 2. nah kalo di cerita ini, latar belakangnya masih pakek yang lama, yang ada strip hijau 1 sama strip hijau 2 karena aku ngambilnya latar waktu pas aku masih SMP dulu.
- tingkatan sabuk hijau : tingkatan keempat dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat ketiga.
- tingkatan sabuk hijau strip biru : tingkatan kelima dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat keempat (tingkatan sabuk hijau)
- tingkatan sabuk biru : tingkatan keenam dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat kelima (tingkatan sabuk hijau strip biru)
- tingkatan sabuk biru strip merah : tingkatan ketujuh dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat keenam (tingkatan sabuk biru). untuk sabuk hijau strip biru sampai sabuk biru strip hijau dari dulu sampai sekarang tetap satu strip.
- tingkatan sabuk merah : tingkatan kedelapan dan sudah menyelesaikan tahapan tingkat ketujuh (tingkatan sabuk biru strip merah). Di tingkatan sabuk merah ini ada dua tingkatan lagi sebelum tingkatan sabuk hitam, yaitu merah strip hitam 1 dan sabuk merah strip hitam 2. Dan sampai sekarang masih ada, tidak digabung seperti sabuk kuning strip hijau.
- tingkatan sabuk hitam : tingkat akhir dari taekwondoin dan bisa menjadi sabeum

sumber : https://olahragapedia.com/tingkatan-sabuk-taekwondo

BadaiWhere stories live. Discover now