"What?!"
Dita tentu saja terkejut. "Lo punya saudara kembar?"

Selama ini dia kira saudara Galen hanya Zio dan Thea saja. Tapi ternyata lebih, bahkan Zio mempunyai saudara kembar. Semua hal yang ia ketahui tentang Galen dan keluarganya ternyata sangatlah sedikit.

"Yes, i have. Namanya Nio." Nada suara Zio berubah getir. Wajahnya langsung muram seketika. "Dan dia sudah tiada."

Dita bisa melihat Zio yang tampak sangat berbeda dari biasanya. Bibir yang kerap kali tersenyum cerah ataupun konyol, berubah menjadi melengkung ke bawah dengan murungnya.

"Ini terlalu pahit untuk diceritakan, tapi kau harus tahu." Zio menatap lurus ke wajah Dita. "Galen dan Nio sama-sama mencintai Thea. Mereka berebut untuk mendapatkan Thea."

Seulas senyum miris terukir dari wajah Zio. Dia menggaruk pelipisnya tidak mengerti. "Aku tidak habis pikir otak mereka itu geser atau bagaimana, kenapa bisa sampai mencintai adik mereka sendiri. Tapi perasaan memang tidak bisa disalahkan."

Bibir Dita terkunci. Dia tidak ingin berbicara karena ini memang bukan saat yang tepat untuk ia mengeluarkan suara.

"Dulu Thea mengalami kecelakaan hebat, dan Galen menolongnya. Kecelakaan itu membuat Galen harus mengalami kelumpuhan." Zio tertunduk dengan tangan yang mengepal kuat. Mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu itu sungguh membuatnya merasa sesak.

"Thea kritis, dan butuh donor jantung. Akhirnya Nio memutuskan untuk memberikan jantungnya." Suara Zio semakin serak. Matanya memerah.

Sebenarnya Zio sama sekali tidak ingin menceritakan hal ini, tetapi karena ulah Galen, kejadian pahit yang membuatnya berbulan-bulan menangis setiap malam—harus ia ceritakan. Dia merasa kasihan kepada gadis ini.

"Galen akhirnya menyadari kalau perasaannya itu salah. Jadi dia memutuskan untuk pergi ke Manhattan, menjauh dari Thea. Tapi dengan maksud agar tidak dikunjungi oleh keluarganya, dia kabur ke negaramu ini."

Dita terdiam cukup lama. Jadi itulah alasan mengapa Galen memakai kursi roda dan pindah ke negara ini?

"Galen masih mencintai Thea sampai sekarang ini, kau tahu?" ucap Zio lalu tersenyum miring.

Wajah Dita berpaling menatap ke luar jendela, mengamati pemandangan random yang tertangkap di matanya. Pikirannya terus menyangkal, tidak mungkin Galen mencintai adiknya sendiri. Zio pasti mengarang cerita.

"Terserah kau mau percaya atau tidak." Zio menghendikkan bahunya acuh tak acuh. "Tapi coba kau pikir mengapa Galen mau mendekatimu dan bahkan memberimu kesempatan, itu hanya karena mata dan juga rambutmu."

Reflek, Dita menyentuh rambutnya yang dicat ombre Aquamarine. Dia tertegun, benar juga, sejak dia mengubah warna rambut dan matanya, Galen mendadak mendekatinya. Bahkan Galen yang sebelumnya sangat dingin dan seolah tidak pernah mnganggapnya ada, langsung berubah romantis dan cukup perhatian kepadanya. 

Keringat mulai bermunculan di dahi Dita. Jemarinya terasa dingin seiring deru napasnya yang tak beraturan. Sebuah kenyataan serasa mengoyak hati Dita malam itu. Dia hanya dijadikan tempat pelampiasan sekaligus pengganti?

Tapi dewi batin Dita terus membisikkan kata-kata bahwa pemikirannya itu tidaklah benar. Perhatian dan sikap romantis Galen kepadanya itu tulus tanpa suatu tipu daya.

"Kalau kau masih belum percaya, coba kau pergi kesini." Seakan tutup mata akan kesedihan Dita, Zio menunjukkan layar ponselnya kepada Dita.

"Di sana, semuanya akan terjawab."

Mata Dita sontak melirik arlojinya yang menunjukkan pukul tujuh lebih empat lima. Dengan tergesa-gesa dan tanpa berbasa-basi dengan Zio, Dita langsung berjalan cepat keluar dari cafe.

Dita menyetop taksi dan hendak pergi menuju ke suatu tempat. Di perjalanan, dia tidak henti-hentinya berharap semoga apa yang dia pikirkan tidak menjadi kenyataan.

Berbelas menit kemudian akhirnya Dita sampai di tempat yang ia tuju. Dia bergegas menembus kerumunan orang yang berlalu-lalang, dimana dominan banyak membawa koper.

Matanya dengan awas mengedar ke sekitar berusaha menemukan seseorang yang dia cari. Perasaannya was-was tak karuan, takut jikalau kenyataan tak seindah ekspetasinya.

Tapi rasanya, Tuhan sedang tidak memihak Dita saat ini. Ekspetasinya hancur, harapannya hancur, dan hatinya juga hancur detik itu juga. Matanya hanya menatap pada satu titik, dimana ada dua orang yang berhasil membuat jiwanya seolah hilang saat itu juga.

Tepatnya ke arah Galen dan Thea yang saling berpelukan.

Jadi, Galen memutuskannya karena tidak ingin Thea mengetahui hubungan mereka?

.
.
.
TBC. 

Hampir lupa janji up-nya 😂😂

Frozen's LoveWhere stories live. Discover now