🐻 Polar Bear • 61

Mulai dari awal
                                    

"Bukannya gimana Ram, kalau misal lo mau gue aja yang ngasih tahu Kayra juga boleh. Tapi masalahnya, Kayra justru akan semakin kecewa kalau dia tahu dari orang lain. Walau itu gue, selaku abangnya sekalipun."

Rama mengangguk paham. "Tapi, gue bingung mau kasih tahu dia kapan."

"Gimana kalau besok lusa, lo pulang ke Indonesia bareng gue? Jadi lo masih punya waktu untuk ngomong ke Kayra."

"Gue gak yakin nenek ngebolehin."

"Pasti boleh, dah. Atau kalau perlu gue ikut ngomong, biar dapet izin."

Jawaban Reza mengundang Rama pada tawa kecil. Tatapannya bahkan tak sekelam tadi. "Tumben lo baik."

Reza menatap Rama tak percaya. "Ke mana aja lo selama ini, Ram?"

Rama hanya menyambung tawa kala Reza berucap. Namun tak lama, bibirnya kembali mendatar, ketika masalah itu tiba-tiba datang menyapa batinnya.

Semoga saja, ia sanggup memberitahu Kayra lewat mulutnya sendiri setibanya di Indonesia nanti.

***

Kayra : gue di parkiran. kalo udah sampe bilang aja. gue mager buat ke luar

Kayra menghela napas setelah mengirimi pesan pada kakak satu-satunya itu. Kesal masih saja membara di hati. Pasalnya, Reza begitu bersikeras agar ia mau menjemput laki-laki itu di bandara. Padahal setumpuk pekerjaan di kantor masih belum ia sentuh satu pun.

Menyender sejenak pada kursi kemudi, Kayra lalu menutup kedua manik matanya, menggunakan waktu yang ada untuk sekadar beristirahat walau sejenak.

Dua puluh lima menit kemudian, ponselnya bergetar.

Reza : buru, gue udah di pintu keluar

Kayra : otw

Dengan sedikit kantuk yang masih menyergap diri, Kayra pun mulai menyalakan mesin mobil, dan membawa mobil itu ke luar dari arena parkir. Kemudian mengarahkannya ke pintu keluar bandara, sesuai dengan apa yang kakaknya tuturkan.

Menemukan raga Reza yang tengah berdiri menyender pada tiang penyangga, Kayra pun menghentikan mobilnya tepat di beberapa meter dari tiang itu.

Membuka jendela, Kayra lalu memekik. "Kak, buruan!"

Reza yang sedari tadi fokus pada ponsel, segera menegakkan tubuhnya kala mendengar teriakan dari suara yang ia kenali betul. Namun laki-laki itu memilih tidak mendekat, justru mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar Kayra turun dari mobil.

"Ngapain?"

"Bantuin bawa koper," sahut Reza santai.

Kayra menghela napas jengah, lalu segera turun dan mendekat pada kakaknya itu. Ia sebenarnya malas, tapi kalau tidak segera dituruti, laki-laki itu justru akan semakin memperpanjang hingga ia mau menuruti kemauannya.

Ketika hendak menyeret koper milik Reza, sebuah tangan mengambil alih dengan cepat.

Kayra lantas terkejut, ia sudah menduga seseorang akan mencuri koper itu. Namun ketika kepalanya mendongak, rasa terkejutnya semakin bertambah besar. Terbukti dari kedua pupilnya yang sudah melebar penuh.

"Rama?!" Kayra yang tak bisa mengendalikan rasa senangnya, langsung membekap mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangan.

Polar Bear • (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang