🐻 Polar Bear • 27

59.5K 6.7K 804
                                    

Umur kalian berapa sih, kalo boleh kak Fi tau? Kelas berapa sekarang? hehe😋

“Mengungkapkan isi hati itu tergantung situasi. Kalau hati lo siap buat terima segala konsekuensi, maka lantangkanlah itu sesuka hati. Tapi kalo memungkiri, lebih baik nanti atau tidak sama sekali. Dengan catatan, hati lo harus siap untuk tersakiti lebih dalam lagi.”

🐻

Peringkat tujuh.

Kayra menatap lembar kertas peringkat yang tertempel di mading sekolah itu dengan mata tak berkedip.

Pasalnya, ini adalah kali pertama ia bisa menginjakkan kaki di peringkat 10 besar. Yang ia ingat, terakhir kali, ia hanya bisa berdiri di barisan peringkat ke 15 besar. Ini merupakan suatu hal yang membuat hatinya bangga ketika melihat capaian itu.

"Congrats," bisik seseorang, tepat di telinga kirinya.

Tanpa menoleh, Karya berucap disertai senyuman. "Thank u, Peringkat Satu."

Orang itu lalu berjalan keluar dari kerumunan, duduk di bangku yang disediakan di koridor. Kayra mengikutinya, dan duduk di sebelah orang itu.

"Ram," panggilnya.

"Hm?"

"Gue perhatiin sejak lo selesai OSN, kok, si Dira jarang bareng lo lagi ya?"

"Ngapain bareng, kalo gak penting?" Jawaban Rama membuat kepala Kayra memutar cepat, menatap laki-laki di sampingnya.

"Lho, bukannya lo," suka sama Dira? Maksud Kayra hendak berkata seperti itu, namun mulutnya seolah tak kuasa untuk berkata lebih lanjut.

"Kenapa?" Rama mengamati wajah Kayra yang seolah ingin bertanya sesuatu. Namun ekspresi itu hilang saat gadis itu menggeleng dengan senyuman yang tertempel apik di wajahnya.

Mampus, gue harus kasih alasan apa? Kan, gue sama dia harus saling jujur, gak boleh bohong. Kayra membatin.

"Euhm... itu, bukannya lo, euhm... temen masa kecilnya dia, ya? Kan, aneh aja kalo kalian berdua tiba-tiba gak bareng lagi."

Oke, alasan yang bagus, Kay. batin Kayra, merasa lega.

"Pernah jadi temen kecil, bukan berarti gedenya harus terus bareng-bareng, kan? Apalagi, kalo masing-masing udah menemukan yang nyaman." Rama berucap dengan suara rendahnya, membuat bulu kuduk Kayra meremang karena takjub.

"I-iya juga sih," ucap Kayra menyetujui ucapan Rama.

"Ternyata kamu di sini, Sayang." Keduanya menengadah saat mendengar suara itu dan menemukan wajah cantik Renata yang tengah menatap putranya teduh.

"Bunda udah selesai?"

Renata mengangguk mengiyakan. "Oh iya, Ram. Tadi kakak kamu sms bunda, suruh bilangin ke kamu. Hapenya dia ketinggalan katanya, jadi sms lewat bunda. Nih, kamu baca aja sendiri."

Rama menerima uluran ponsel enam inci itu yang menampilkan sebuah ruang obrolan.

Raya : Bun, ini Juna

Raya : Nanti kalo di sekolah ketemu Rama, tolong suruh baca sms ini ya, biar dia bisa ngasih info ke Kayra

Raya : Acara ke vilanya hari Senin. Diusahakan jam 6 pagi udah sampe rumah Vernando.

Raya : Makasih sebelumnya bunda tataku:* — tertanda : Juna anak sulungmu yang sudah punya gandengan

Rama mendengus geli melihat kiriman yang terakhir sebelum kemudian ia memberikan informasi itu pada Kayra dan mengembalikan ponsel sang bunda.

Polar Bear • (SUDAH TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz