2

20 6 2
                                    


"Lo udah di tungguin tuh Ris, sama pak Arez."

"Oh, paling dia minta berkas kemarin yang udah berhasil bikin gue mirip spiderman." jawab ku datar pada Karin.

"Buru deh lo kesana sebelum pak Arez menjelma jadi pak Bagas." kata Karin memoles kuku-kukunya yang selalu ganti warna tiap minggu.

"Ali  belum dateng Rin?" tanya ku tak menggubris celotehan Karin.

"Kalau nggak salah dipanggil sama pak Bagas, soalnya pas gue nyampe sini, Ali udah nggak ada."

Aku hanya ber 'Oh' sambil menata lagi berkas kemarin aku cari. Karena setelah semua berkas yang diminta pak Arez ketemu, aku langsung melempar nya ke meja kerja. Musnah sudah minat ku untuk menatanya lebih dulu.

Bisa-bisa dinyanyiin sama pak haji Roma Irama.

Begadang jangan begadang
Kalau tiada artinya,,,,

Elah. Ngomong aja terus.

Aku menepuk bahu Karin, "Rin, doakan gue ya bisa pulang dengan selamat!" aku menggangguk mantap berniat memberi arahan agar Karin ikut menggangguk.

Tapi yang ku dapat justru pekikan Karin terdengar seperti suara panci di seret, "Sialan lo Ris!!! Kutek gue jadi blepotan!!! ARGGG!!!"

Teriak nya frustrasi. Maafkan aku Mirzakarin.

Ku pencet pelan bell kecil dekat pintu kaca ruangan pak Arez, meski sudah tau dia ada disana, tapi ruangan nya kan kedap suara. Mau langsung masuk dikira lancang. Bagaimana pun juga, aku juga harus menjaga image ku didepan boss baru. Bukan boss sih, lebih tepatnya tangan kanan boss.

Siapa juga yang mau terlihat buruk didepan atasan sendiri pas baru pertama kalinya ketemu.

Ralat! Ini kan kedua kalinya.

"Masuk aja."

Kata pak Arez kira-kira begitu. Karena aku hanya melihat gerakan mulutnya. Kan ruangan kedap suara.

Hari ini pak Arez mengenakan kemeja warna coklat gelap tanpa jas. Ini masih pagi, tapi dia sudah menggulung kemeja lengan panjangnya seolah sedang kepanasan. Apa mungkin dia sengaja pamer otot lengannya yang mencuat seksi itu?

Duhh! Bisa lemah jantung kalau gini caranya.

"Gimana berkasnya, sudah ketemu?" tanya pak Arez tanpa basa basi.

Aku meletakkan setumpuk map berwarna biru tua si sudut meja kerja pak Arez, "Sudah, ini berkas yang bapak minta kemarin."

"Kemarin kamu lembur?"

Tanya pak Arez yang keluar dari topik. Lebih baik tidak usah basi basi lah pak. Jadi basi beneran kan.

"Nggak kok pak, kalau tidak ada yang disampaikan lagi, saya pamit dulu pak." pertanyaan klasik. Udah tau gue bakal lembur. Masih aja tanya.

Pak Arez hanya menggangguk pelan.

Kalau dilihat-lihat pak Arez ini belum terlalu tua, mbak Mala bilang usianya sekitar tiga puluh tahun. Tapi firasatku kok berkata lain ya.

Entahlah.

Semua sedang berkumpul dimeja Ali Mustofa ketika aku sudah kembali ke habitat asal.

"Pada ngomongin apa sih?"

"Syukurlah Ris lo kembali dengan selamat." kata Karin mendramatisir berusaha memeluk ku. Aku mengelak . Karin mencebik.

"Gitu amat sih lo! Padahal gue udah khawatir lo nggak balik karena tadi gue nggak aminin doa lo!" Katanya. Mendramatisir tentunya.

Someone You LoveWhere stories live. Discover now